
Internasional
Efek Komentar The Fed Berlanjut, Wall Street Kembali Memerah
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
01 March 2018 06:24

New York, CNBC Indonesia - Saham-saham yang diperdagangkan di bursa Amerika Serikat (AS) kembali mengakhiri sesi perdagangan hari Rabu (28/2/2018) di zona negatif, masih terseret kecemasan naiknya suku bunga acuan bank sentral AS, Federal Reserve.
Dow Jones Industrial Average terperosok 1,5% atau 380,83 poin menjadi 25.029,2 sementara S&P 500 kehilangan 30,45 poin atau 1,11% ke 2.713,83. Nasdaq Composite turun 57,35 poin atau 0,78% dan ditutup di 7.273,01.
Penurunan yang dibukukan indeks-indeks acuan Wall Street hari Rabu menutup bulan yang diwarnai oleh tingginya gejolak pasar dan kekhawatiran akan naiknya inflasi yang dapat memaksa The Fed menaikkan suku bunga acuannya lebih cepat.
Pernyataan gubernur baru The Fed, Jerome Powell, pada hari Selasa yang menghidupkan kembali kecemasan akan kenaikan suku bunga yang lebih banyak dari tiga kali tahun ini masih terus membebani indeks saham AS.
Sepanjang bulan Februari, Dow Jones telah turun tajam 4,3% dan S&P 500 terkoreksi 3,9%. Nasdaq melemah 1,9% yang merupakan penurunan bulanan terdalamnya sejak Oktober 2016, dilansir dari Reuters.
"Para investor masih mencoba mencerna arah kebijakan The Fed sekarang hingga akhir tahun dan Powell telah memberikan kecenderungan arah yang hawkish," kata Bucky Hellwig, senior vice president di BB&T Wealth Management.
Powell berpidato di hadapan Kongres AS untuk kali pertama setelah menjabat sebagai pemimpin The Fed menggantikan Janet Yellen. Dalam pidatonya, Powell menyatakan negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu mengalami perkembangan ekonomi yang sangat positif baik dari segi inflasi, ketenagakerjaan, sampai kebijakan fiskal.
Ia juga mengatakan The Fed siap menjaga agar ekonomi AS tidak mengalami overheating.
Pasar membaca The Fed membuka kemungkinan untuk menaikkan suku bunga acuan sampai empat kali dalam tahun ini dari tiga kali yang diperkirakan sebelumnya.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Dow Jones Industrial Average terperosok 1,5% atau 380,83 poin menjadi 25.029,2 sementara S&P 500 kehilangan 30,45 poin atau 1,11% ke 2.713,83. Nasdaq Composite turun 57,35 poin atau 0,78% dan ditutup di 7.273,01.
Baca:Badai Belum Berlalu |
Penurunan yang dibukukan indeks-indeks acuan Wall Street hari Rabu menutup bulan yang diwarnai oleh tingginya gejolak pasar dan kekhawatiran akan naiknya inflasi yang dapat memaksa The Fed menaikkan suku bunga acuannya lebih cepat.
Sepanjang bulan Februari, Dow Jones telah turun tajam 4,3% dan S&P 500 terkoreksi 3,9%. Nasdaq melemah 1,9% yang merupakan penurunan bulanan terdalamnya sejak Oktober 2016, dilansir dari Reuters.
"Para investor masih mencoba mencerna arah kebijakan The Fed sekarang hingga akhir tahun dan Powell telah memberikan kecenderungan arah yang hawkish," kata Bucky Hellwig, senior vice president di BB&T Wealth Management.
Powell berpidato di hadapan Kongres AS untuk kali pertama setelah menjabat sebagai pemimpin The Fed menggantikan Janet Yellen. Dalam pidatonya, Powell menyatakan negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu mengalami perkembangan ekonomi yang sangat positif baik dari segi inflasi, ketenagakerjaan, sampai kebijakan fiskal.
Ia juga mengatakan The Fed siap menjaga agar ekonomi AS tidak mengalami overheating.
Pasar membaca The Fed membuka kemungkinan untuk menaikkan suku bunga acuan sampai empat kali dalam tahun ini dari tiga kali yang diperkirakan sebelumnya.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Most Popular