10 Saham Paling Buntung, Koreksi Sampai 60%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
27 February 2018 12:36
Namun, terdapat saham-saham yang harganya terkoreksi secara signifikan, bahkan lebih dari 50%.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Secara year to date Indeks Harga Saham Gabungan, hingga perdagangan Senin (26/02/2018) tercatat menguat 3,13%. Namun, terdapat saham-saham yang harganya terkoreksi secara signifikan, bahkan lebih dari 50%.

Terlampir di tabel di bawah ini, saham-saham dengan kinerja harga yang terkoreksi dalam secara year to date :

10 Saham Paling Butung, Koreksi Bisa Sampai 60%Foto: CNBC Indonesia


Intan Baruprana Finance
PT Intan Baruprana Finance Tbk (IBFN) merupakan perusahaan yang menyediakan jasa pembiayaan barang modal, baik secara konvensional maupun syariah. Barang modal yang dibiayai oleh perusahaan mencakup alat berat, alat transportasi, dan mesin-mesin untuk industri.

Terhitung semenjak 2015, kinerja keuangan perusahaan dapat dikatakan mengecewakan. Pada tahun 2015, Laba bersih perusahaan anjlok hingga 98,5% menjadi hanya Rp 902 juta, dari yang sebelumnya Rp 60,7 miliar pada tahun 2014.

Memasuki 2016, nilainya justru berbalik negatif menjadi rugi sebesar Rp 239 miliar. Adalah penurunan pendapatan sebesar 63,7% (dari Rp 352,8 miliar menjadi Rp 128,2 miliar) yang melatarbelakangi kerugian perusahaan.

Memasuki 2017, kondisinya tak lantas membaik. Pada 3 kuartal pertama 2017, perusahaan mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 144,1 miliar, membengkak dari capaian periode yang sama tahun sebelumnya yakni rugi bersih sebesar Rp 82,2 miliar.

Kali ini, pendapatan perusahaan bahkan tercatat negatif yaitu sebesar Rp 34,3 miliar. Padahal pada 3 kuartal pertama 2016, nilainya masih positif sebesar Rp 192,4 miliar.

Selain itu, perusahaan juga terlilit oleh jeratan utang sampai harus mengajukan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Per akhir kuartal 3 2017, total liabilitas tercatat sebesar Rp 1,98 triliun, sementara rasio utang terhadap ekuitas (debt/equity ratio atau DER) tercatat sebesar 10,14 kali.

Dwi Guna Laksana
PT Dwi Guna Laksana Tbk (DWGL) mulai melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 13 Desember 2017 silam dengan harga Rp 150/saham. Perusahaan yang bergerak di bidang tambang batu bara ini diketahui melepas 3,1 miliar saham atau setara dengan 35,89% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.

Selepas IPO, saham DWGL sebenarnya sempat naik kencang sampai titik tertingginya di angka Rp 650/saham pada 27 Desember 2017. Namun selepas itu, harganya berangsur-angsur turun.

Pada tahun 2016, perusahaan mencatatkan rugi bersih senilai Rp 145,9 miliar, membaik dari kerugian tahun 2015 yang mencapai Rp 185,2 miliar. Sepanjang dua kuartal pertama 2017, rugi bersih yang dicatatkan relatif kecil yaitu sebesar Rp 4,03 miliar.

Perlu diketahui, DWGL merupakan salah satu anak usaha dari PT Exploitasi Energi Indonesia Tbk (CNKO). Mengutip laporan keuangan konsolidasian periode kuartal 3 2017, CNKO diketahui memiliki saham DWGL sebesar 81%.
(hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular