Harga Minyak dan Emas Kompak Menguat di Awal Pekan

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
26 February 2018 12:04
Komitmen OPEC dan Rusia untuk membatasi produksi minyak hingga 1,8 juta barel per hari hingga akhir 2018.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak masih bergerak naik pada awal pekan, masih disokong oleh adalah komentar Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih yang menyatakan bahwa persediaan minyak akan terus menurun pada tahun ini, sejalan dengan komitmen OPEC dan Rusia untuk membatasi produksi minyak hingga 1,8 juta barel per hari hingga akhir 2018.

Selain itu, al-Falih juga menyatakan bahwa produksi minyak Arab Saudi pada periode Januari-Maret berada di bawah batas produksi, dimana jumlah ekspor berada di bawah 7 juta barel per hari. Meski demikian, dia berharap kebijakan produksi minyak untuk tahun depan bisa lebih longgar, artinya negara-negara penghasil dan eksportir minyak yang tergabung dalam OPEC, maupun sekutunya, tak harus lagi memotong angka produksi minyak mereka seperti tahun ini.

Kenaikan minyak mentah juga dipicu penutupan ladang minyak El Feel di Libya yang mampu memproduksi minyak mentah sebanyak 70 ribu barel per hari, setelah munculnya protes dari pekerja setempat.

Hingga pukul 11.00 WIB, harga minyak mentah jenis light sweet untuk kontrak pengiriman April 2018 tercatat menguat 0,38% ke US$ 63,79/barel. Sementara itu, brent juga naik 0,27% ke US$ 67,49/barel. Penguatan hingga saat ini merupakan penguatan tertinggi dalam 2 minggu terakhir.

Harga Minyak dan Emas Kompak Menguat di Awal PekanFoto: CNBC Indonesia

Berdasarkan kajian Tim Riset CNBC Indonesia, produksi minyak anggota OPEC sudah menurun sebesar 0,32 juta barel per hari pada kuartal IV-2017. Tercatat pada kuartal IV-2017 produksi minyak OPEC hanya 32,4 juta barel per hari, sementara produksi kuartal sebelumnya mampu mencapai 32,72 juta barel per hari.

Harga Minyak dan Emas Kompak Menguat di Awal PekanFoto: CNBC Indonesia


Sementara, selama 3 bulan terakhir, produksi minyak anggota OPEC juga menunjukkan penurunan yang konsisten. Tercatat produksi minyak pada bulan Januari 2018, produksi minyak OPEC menurun 8 ribu barel per hari dibandingkan capaian bulan Desember 2018.

Melansir laporan bulanan OPEC, penurunan produksi disumbang terbesar oleh anjloknya produksi di Venezuela dan Angola, masing-masing sebesar 47,3 ribu dan 10,9 ribu barel per hari. Namun, pelemahan tersebut mampu dikompensasi oleh penguatan yang dicatatkan oleh Irak, Saudi Arabia, dan Libya.

Harga Minyak dan Emas Kompak Menguat di Awal PekanFoto: CNBC Indonesia


Sementara itu, produksi minyak mentah AS yang masih tetap stabil di angka 10,27 juta barel per hari masih berpotensi menahan penguatan harga minyak. Pada akhir tahun 2018, AS bahkan menargetkan produksi minyak mentah dapat menembus angka 11 juta barel per hari. Kuatnya produksi minyak diperkuat dengan jumlah kilang minyak AS yang terus meningkat selama lima minggu berturut-turut.

Rilis data terakhir menginformasikan bahwa saat ini jumlah kilang minyak tercatat berjumlah 799, terkuat dalam tiga tahun terakhir. Catatan tersebut mengindikasikan produksi minyak mentah AS masih dapat menguat melebihi output saat ini.

Dari bursa dalam negeri, pergerakan harga saham emiten sektor perminyakan mayoritas masih positif. Menjelang penutupan perdagangan sesi I hari ini, saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) naik 7,35%, saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) menguat 0,34%, saham PT Elnusa Tbk (ELSA) naik 2,97%, dan PT Benakat Integra Tbk (BIPI) melonjak 4,17%.

Harga Emas

Harga emas kembali menguat pada awal perdagangan hari Senin (26/2), setelah jatuh hampir lebih dari 1% pada pekan lalu, setelah dolar AS bergerak stabil hari ini.
Pekan lalu merupakan pekan terburuk untuk perkembangan harga emas dalam 2,5 bulan terakhir. Namun hingga pukul 11.30 WIB hari ini, harga emas COMEX untuk kontrak April 2018 tercatat mampu menguat 0,6% ke US$ 1.338,30/ounce.

Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melandai pada pagi ini. Greenback tengah dalam posisi bertahan menanti sentimen baru, yaitu pidato Gubernur The Federal Reserve/The Fed, Jerome Powell, pekan ini.

Mengutip Reuters, pada Senin (26/2/2018) pukul 08.30 WIB Dollar Index tercatat turun tipis 0,02% ke posisi 89,86. Selama sepekan terakhir, indeks yang menggambarkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia ini menguat 0,18%.

Pasar akan menantikan pandangan Powell mengenai ekspektasi inflasi ke depan, yang akan menentukan sikap (stance) kebijakan The Fed. Powell diperkirakan tidak akan banyak mengubah kebijakan pendahulunya, Janet Yellen, dan akan tetap menjalankan kebijakan moneter yang ketat plus normalisasi neraca bank sentral.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps) Next Article Harga Minyak Terjun Bebas, Respons Pertemuan Saudi-Rusia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular