
Saham Energi di Asia Naik Mengikuti Harga Minyak
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
23 February 2018 16:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham yang terkait minyak di Asia menguat pada hari Jumat (23/2/2018), ketika harga minyak tercatat sedikit naik setelah menyentuh posisi tertinggi selama dua minggu terakhir di sesi sebelumnya.
Peningkatan harga minyak tersebut muncul setelah cadangan minyak mentah Amerika Serikat (AS) secara tidak terduga menurun 1,6 juta barel pekan lalu, dilansir dari Reuters, mengutip data dari Lembaga Administrasi Energi AS. Jumlah tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan prediksi para pakar sebesar 1,8 juta barel.
Woodside Petroleum, perusahaan minyak dan gas terbesar Australia, meningkat 0,56% mengikuti kenaikan harga. Produsen minyak lainnya juga memperoleh peningkatan, seperti Santos yang naik 0,39% dan Oil Search yang naik 1,46%.
Lebih luas lagi, sub-indeks energi di S&P/ ASX 200 diperdagangkan lebih tinggi 0,68% pada siang hari waktu Sidney, Australia.
Saham energi di Jepang mengalami peningkatan yang lebih tajam. Saham produsen minyak Inpex diperdagangkan lebih tinggi 2,55% dan Cosmo Energy naik 4,59%. JXTG Holding, perusahaan kilang terbesar Jepang, naik 3,58%.
Sementara itu, saham produsen minyak China yang tercatat di Hong Kong, CNOOC, menguat 0,88% pada akhir perdagangan pagi waktu setempat. Raksasa minyak China Petroleum and Chemical Corporation atau Sinopec melompat 1,11%.
Sebagian besar harga minyak stagnan pada hari Jumat.
West Texas Intermediate (WTI) naik tipis 0,05%, diperdagangkan seharga US$62,80 (Rp 859,104) per barel dan Brent turun 0,02% seharga $66,38.
"Penurunan yang tidak diprediksi di inventaris minyak AS seharusnya mendukung harga minyak mentah untuk tetap kuat," kata para analis ANZ Research pada hari Jumat melalui catatan di pagi hari.
"Harga juga didukung oleh komentar dari Menteri Energi Uni Emirat Arab Suhail Al Mazrouei, yang mengatakan kekhawatiran kurangnya pasokan, bukan kelebihan pasokan, sembari permintaan tetap kuat di tengah pembatasan produksi," tambah mereka.
(prm) Next Article Harga Minyak Dunia Meroket, APBN RI Masih Aman?
Peningkatan harga minyak tersebut muncul setelah cadangan minyak mentah Amerika Serikat (AS) secara tidak terduga menurun 1,6 juta barel pekan lalu, dilansir dari Reuters, mengutip data dari Lembaga Administrasi Energi AS. Jumlah tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan prediksi para pakar sebesar 1,8 juta barel.
Woodside Petroleum, perusahaan minyak dan gas terbesar Australia, meningkat 0,56% mengikuti kenaikan harga. Produsen minyak lainnya juga memperoleh peningkatan, seperti Santos yang naik 0,39% dan Oil Search yang naik 1,46%.
Saham energi di Jepang mengalami peningkatan yang lebih tajam. Saham produsen minyak Inpex diperdagangkan lebih tinggi 2,55% dan Cosmo Energy naik 4,59%. JXTG Holding, perusahaan kilang terbesar Jepang, naik 3,58%.
Sementara itu, saham produsen minyak China yang tercatat di Hong Kong, CNOOC, menguat 0,88% pada akhir perdagangan pagi waktu setempat. Raksasa minyak China Petroleum and Chemical Corporation atau Sinopec melompat 1,11%.
Sebagian besar harga minyak stagnan pada hari Jumat.
West Texas Intermediate (WTI) naik tipis 0,05%, diperdagangkan seharga US$62,80 (Rp 859,104) per barel dan Brent turun 0,02% seharga $66,38.
"Penurunan yang tidak diprediksi di inventaris minyak AS seharusnya mendukung harga minyak mentah untuk tetap kuat," kata para analis ANZ Research pada hari Jumat melalui catatan di pagi hari.
"Harga juga didukung oleh komentar dari Menteri Energi Uni Emirat Arab Suhail Al Mazrouei, yang mengatakan kekhawatiran kurangnya pasokan, bukan kelebihan pasokan, sembari permintaan tetap kuat di tengah pembatasan produksi," tambah mereka.
(prm) Next Article Harga Minyak Dunia Meroket, APBN RI Masih Aman?
Most Popular