Penguatan Harga Minyak Tertahan oleh Kuatnya Ekspor AS

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
23 February 2018 13:48
Penguatan Harga Minyak Tertahan oleh Kuatnya Ekspor AS
Foto: Aristya Rahadian Krisabella
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia terkerek naik hingga lebih dari 1% menjelang akhir perdagangan hari Kamis (22/2) waktu setempat seiring dengan penurunan cadangan minyak Amerika Serikat (AS) pekan lalu. Namun penguatan tersebut, tampaknya kehilangan momentum dan harga cenderung melemah karena ekspor minyak AS naik.

Hingga Kamis pukul 12.00 malam waktu Amerika Serikat (atau Jumat (23/2) pukul 12.00 siang WIB), harga minyak mentah jenis light sweet untuk kontrak pengiriman April 2018 tercatat melemah 0,05% ke US$ 62,74/barel. Sementara itu, brent juga terkoreksi 0,09% ke US$ 66,33/barel.

Sebelumnya, minyak jenis light sweet sempat menguat 1,77% ke US$62,77/barel, sementara brent menguat 1,48% ke US$ 66,39/barel. Penguatan tersebut didorong oleh cadangan minyak AS selama sepekan hingga 16 Februari 2018 diumumkan turun 1,6 juta barel. Nilai tersebut meleset jauh dari ekspektasi pasar yang memprediksi adanya peningkatan sebesar 1,8 juta barel.

Namun demikian, harga minyak kembali tertekan menyusul menurunnya permintaan dari negara-negara di belahan bumi utara seiring dengan berakhirnya musim dingin. Selain itu, kuatnya data ekspor AS juga ikut membebani penguatan harga minyak lebih lanjut.

Berdasarkan data yang dirilis US Energy Information Administration (EIA), impor minyak AS menurun hingga 4,98 juta barel per hari,yang merupakan rekor terendah sejak pertama kali EIA mencatat data perdagangan minyak. Sementara itu, di sisi lain ekspor minyak AS justru menguat lebih dari 2 juta barel per hari, tipis saja dengan rekor 2,1 juta barel per hari pada bulan Oktober 2017. Alhasil, defisit perdagangan minyak AS menurun menjadi 4,98 juta barel per hari, rekor terendah dalam sejarah.

Foto: CNBC Indonesia


TIM RISET CNBC INDONESIA
Kuatnya ekspor AS memang wajar terjadi setelah pada pekan lalu produksi minyak mentah masih tetap stabil di angka 10,27 juta barel per hari. Hal tersebut membuat AS masuk ke dalam jajaran negara produsen minyak terbesar di dunia, mendekati kekuatan Rusia dan Arab Saudi.

Penguatan Harga Minyak Tertahan oleh Kuatnya Ekspor ASFoto: CNBC Indonesia

Namun demikian, penurunan harga minyak AS dinilai pengamat tidak akan terlalu besar. Pengamat menilai kurva harga kontrak berjangka untuk Brent dan light sweet sedang berada dalam kondisi yang dinamakan "backwardation". Mengutip investopedia, "backwardation" adalah teori dimana saat kontrak jangka panjang mendekati masa kadaluarsanya, maka harga komoditas akan diperdagangkan dengan harga lebih tinggi apabila dibandingkan pada masa awal kontrak.

Hal tersebut menjadikan harga untuk pengiriman langsung menjadi lebih tinggi, sehingga mendorong pelaku pasar untuk menahan pembelian pada komoditas minyak untuk kontrak berjangka. Selain itu, secara fundamental pasar minyak global masih didukung oleh masih kuatnya komitmen OPEC dan Rusia untuk membatasi produksi minyak hingga akhir 2018.

Dari bursa dalam negeri, pergerakan harga saham emiten sektor perminyakan masih berada di zona positif. Hingga berita ini diturunkan, saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) naik 3,01%, saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) menguat 2,05%, saham PT Elnusa Tbk (ELSA) naik 1,63%, dan PT Benakat Integra Tbk (BIPI) tercatat tidak mengalami perubahan.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular