
Penguatan Harga Minyak Tertahan oleh Kuatnya Ekspor AS
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
23 February 2018 13:48

Kuatnya ekspor AS memang wajar terjadi setelah pada pekan lalu produksi minyak mentah masih tetap stabil di angka 10,27 juta barel per hari. Hal tersebut membuat AS masuk ke dalam jajaran negara produsen minyak terbesar di dunia, mendekati kekuatan Rusia dan Arab Saudi.
Namun demikian, penurunan harga minyak AS dinilai pengamat tidak akan terlalu besar. Pengamat menilai kurva harga kontrak berjangka untuk Brent dan light sweet sedang berada dalam kondisi yang dinamakan "backwardation". Mengutip investopedia, "backwardation" adalah teori dimana saat kontrak jangka panjang mendekati masa kadaluarsanya, maka harga komoditas akan diperdagangkan dengan harga lebih tinggi apabila dibandingkan pada masa awal kontrak.
Hal tersebut menjadikan harga untuk pengiriman langsung menjadi lebih tinggi, sehingga mendorong pelaku pasar untuk menahan pembelian pada komoditas minyak untuk kontrak berjangka. Selain itu, secara fundamental pasar minyak global masih didukung oleh masih kuatnya komitmen OPEC dan Rusia untuk membatasi produksi minyak hingga akhir 2018.
Dari bursa dalam negeri, pergerakan harga saham emiten sektor perminyakan masih berada di zona positif. Hingga berita ini diturunkan, saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) naik 3,01%, saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) menguat 2,05%, saham PT Elnusa Tbk (ELSA) naik 1,63%, dan PT Benakat Integra Tbk (BIPI) tercatat tidak mengalami perubahan.
(hps/hps)
![]() |
Namun demikian, penurunan harga minyak AS dinilai pengamat tidak akan terlalu besar. Pengamat menilai kurva harga kontrak berjangka untuk Brent dan light sweet sedang berada dalam kondisi yang dinamakan "backwardation". Mengutip investopedia, "backwardation" adalah teori dimana saat kontrak jangka panjang mendekati masa kadaluarsanya, maka harga komoditas akan diperdagangkan dengan harga lebih tinggi apabila dibandingkan pada masa awal kontrak.
Hal tersebut menjadikan harga untuk pengiriman langsung menjadi lebih tinggi, sehingga mendorong pelaku pasar untuk menahan pembelian pada komoditas minyak untuk kontrak berjangka. Selain itu, secara fundamental pasar minyak global masih didukung oleh masih kuatnya komitmen OPEC dan Rusia untuk membatasi produksi minyak hingga akhir 2018.
Pages
Most Popular