
Dolar Kembali Menguat Setelah Merosot Tajam
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
19 February 2018 11:27

Tokyo, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat hari Senin (17/1/2018) setelah sempat turun ke level terendahnya dalam tiga tahun terhadap beberapa mata uang utama dunia.
Indeks dolar terhadap enam mata uang dunia berada di kisaran 89,08 setelah mengalami rebound hari Jumat minggu lalu menyusul penurunan hingga ke level 88,25 yang merupakan posisi terendah greenback sejak Desember 2014, dilansir dari Reuters.
Banyak faktor yang menyebabkan dolar terus turun tahun ini, termasuk kekhawatiran bahwa Washington sedang menyiapkan strategi untuk membiarkan dolar melemah dan penurunan keuntungan imbal hasil karena banyak negara mulai mengetatkan kembali kebijakan moneternya.
Kepercayaan investor terhadap dolar mulai menurun menyusul kekhawatiran melonjaknya defisit anggaran negara AS hingga US$1 triliun (Rp 13,5 kuadriliun) pada 2019 mendatang akibat membengkaknya pengeluaran pemerintah dan penerapan kebijakan pemotongan pajak besar-besaran.
“Pelemahan dolar minggu lalu barangkali telah terlalu dalam, contohnya penurunan dolar terhadap yen ke level 105 yen per dolar terlalu cepat,” kata Yukio Ishizuki, senior currency strategist di Daiwa Securities.
“Rebound dolar yang sedang kita lihat ini wajar mengingat dalamnya penurunan tersebut,” tambahnya.
Dolar menguat tipis ke 106,31 per yen setelah merosot ke level 105,54, yang merupakan posisi terendahnya sejak November 2016.
Euro stabil di $1,24 setelah sebelumnya sempat melonjak ke level tertinggi dalam tiga tahun menjadi $1,25 hari Jumat.
Poundsterling stabil di $1,40 setelah turun 0,5% pada hari Jumat. Dolar Australia naik tajam menjadi $0,79 setelah turun 0,5% pada hari sebelumnya.
(prm/prm) Next Article Bukan Pamer, Cek Nih Keperkasaan Rupiah Lawan Mata Uang Dunia
Indeks dolar terhadap enam mata uang dunia berada di kisaran 89,08 setelah mengalami rebound hari Jumat minggu lalu menyusul penurunan hingga ke level 88,25 yang merupakan posisi terendah greenback sejak Desember 2014, dilansir dari Reuters.
Banyak faktor yang menyebabkan dolar terus turun tahun ini, termasuk kekhawatiran bahwa Washington sedang menyiapkan strategi untuk membiarkan dolar melemah dan penurunan keuntungan imbal hasil karena banyak negara mulai mengetatkan kembali kebijakan moneternya.
“Pelemahan dolar minggu lalu barangkali telah terlalu dalam, contohnya penurunan dolar terhadap yen ke level 105 yen per dolar terlalu cepat,” kata Yukio Ishizuki, senior currency strategist di Daiwa Securities.
“Rebound dolar yang sedang kita lihat ini wajar mengingat dalamnya penurunan tersebut,” tambahnya.
Dolar menguat tipis ke 106,31 per yen setelah merosot ke level 105,54, yang merupakan posisi terendahnya sejak November 2016.
Euro stabil di $1,24 setelah sebelumnya sempat melonjak ke level tertinggi dalam tiga tahun menjadi $1,25 hari Jumat.
Poundsterling stabil di $1,40 setelah turun 0,5% pada hari Jumat. Dolar Australia naik tajam menjadi $0,79 setelah turun 0,5% pada hari sebelumnya.
(prm/prm) Next Article Bukan Pamer, Cek Nih Keperkasaan Rupiah Lawan Mata Uang Dunia
Most Popular