
Paska Libur Imlek, IHSG Dibuka Menguat
Houtmand P Saragih & Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 February 2018 09:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini dibuka menguat 0,38% ke level 6.616,85 poin, selaras dengan pembukaan pasar saham utama Asia. Aktivitas perdagangan saham hari ini akan kembali normal, setelah sempat sedikit sepi pada pekan lalu karena Imlek.
Bursa saham Asia pagi ini sebelum pembukaan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) terpantau menguat. Indeks Nikkei naik 1,11%, indeks Kospi menguat 0,49% dan indeks Strait Time menguat 0,67%. Sementara itu, pasar saham China hari ini belum beraktivitas karena libur Imlek.
Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, pekan lalu ditutup positif dimana indeks Dow Jones naik 4,25%, indeks S&P 500 menguat 4,3%, dan indeks Nasdaq bertambah 5,31%. Penguatan mingguan Dow Jones menjadi yang tertinggi sejak November 2016, sementara S&P 500 mencatat kenaikan mingguan terkuat sejak Januari 2013, dan Nasdaq membukukan lonjakan mingguan terbaik sejak Desember 2011.
Laju inflasi Negeri Paman Sam pada Januari 2018 tercatat 2,1% year on year (YoY), lebih cepat dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 1,9% YoY. Awalnya para ekonom dan analis memperkirakan hal ini bisa memicu aksi jual yang masif di bursa saham, karena investor mencemaskan percepatan laju inflasi bakal berbuntut pada kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif. Investor pun diprediksi akan mengalihkan dana ke pasar obligasi, seperti yang terjadi akhir-akhir ini.
Namun perkiraan tersebut tidak terwujud. Pasar sepertinya justru melihat sisi baik dari percepatan laju inflasi dan kenaikan suku bunga acuan, yaitu ekonomi AS yang semakin kuat. Laporan keuangan emiten yang solid juga membantu mendukung penguatan Wall Street.
Pergerakan IHSG hari ini akan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, keputusan Bank Indonesia (BI) yang masih menahan suku bunga acuan 4,25%, sesuai konsensus pasar. Suku bunga 4,25% dinilai masih sejalan dengan proyeksi inflasi tahun ini yang berada di kisaran 3,5% plus minus 1.
Keputusan BI tersebut paling tidak menenangkan pasar saham, di tengah aura kenaikan suku bunga di negara maju, ruang pelonggaran moneter bagi Indonesia juga semakin tipis. Pasar juga memandang suku bunga acuan 4,25% masih relevan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.
Kedua, perkembangan dolar AS juga bisa suportif terhadap IHSG. Greenback seolah kehilangan pijakan, dan dalam tren melemah.
Dolar AS masih dalam posisi defensif sambil menunggu keputusan suku bunga acuan bulan depan. Kenaikan suku bunga acuan oleh The Federal Reserve diperkirakan baru bisa menyelamatkan dolar AS. Penguatan dolar AS bisa berujung pada penguatan rupiah, yang menjadi sentimen positif bagi IHSG.
Namun, penguatan rupiah bisa menjadi bumerang yang berbalik menyerang Indonesia. Penguatan rupiah akan mendorong kenaikan impor karena harga produk luar negeri yang lebih murah.
Lonjakan impor akan mengancam neraca perdagangan dan kemudian transaksi berjalan. Kekhawatiran ini terbukti bisa membuat IHSG ditutup negatif pada perdagangan akhir pekan lalu.
Risiko lain yang bisa mengancam IHSG (lagi-lagi) adalah aksi ambil untung alias profit taking. Sekedar mengingatkan, IHSG sudah menguat 3,71% selama tahun ini sehingga investor bisa mencairkan keuntungan mereka kapan saja.
Berikut peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
(hps/hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Bursa saham Asia pagi ini sebelum pembukaan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) terpantau menguat. Indeks Nikkei naik 1,11%, indeks Kospi menguat 0,49% dan indeks Strait Time menguat 0,67%. Sementara itu, pasar saham China hari ini belum beraktivitas karena libur Imlek.
Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, pekan lalu ditutup positif dimana indeks Dow Jones naik 4,25%, indeks S&P 500 menguat 4,3%, dan indeks Nasdaq bertambah 5,31%. Penguatan mingguan Dow Jones menjadi yang tertinggi sejak November 2016, sementara S&P 500 mencatat kenaikan mingguan terkuat sejak Januari 2013, dan Nasdaq membukukan lonjakan mingguan terbaik sejak Desember 2011.
Laju inflasi Negeri Paman Sam pada Januari 2018 tercatat 2,1% year on year (YoY), lebih cepat dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 1,9% YoY. Awalnya para ekonom dan analis memperkirakan hal ini bisa memicu aksi jual yang masif di bursa saham, karena investor mencemaskan percepatan laju inflasi bakal berbuntut pada kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif. Investor pun diprediksi akan mengalihkan dana ke pasar obligasi, seperti yang terjadi akhir-akhir ini.
Namun perkiraan tersebut tidak terwujud. Pasar sepertinya justru melihat sisi baik dari percepatan laju inflasi dan kenaikan suku bunga acuan, yaitu ekonomi AS yang semakin kuat. Laporan keuangan emiten yang solid juga membantu mendukung penguatan Wall Street.
Keputusan BI tersebut paling tidak menenangkan pasar saham, di tengah aura kenaikan suku bunga di negara maju, ruang pelonggaran moneter bagi Indonesia juga semakin tipis. Pasar juga memandang suku bunga acuan 4,25% masih relevan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.
Kedua, perkembangan dolar AS juga bisa suportif terhadap IHSG. Greenback seolah kehilangan pijakan, dan dalam tren melemah.
Dolar AS masih dalam posisi defensif sambil menunggu keputusan suku bunga acuan bulan depan. Kenaikan suku bunga acuan oleh The Federal Reserve diperkirakan baru bisa menyelamatkan dolar AS. Penguatan dolar AS bisa berujung pada penguatan rupiah, yang menjadi sentimen positif bagi IHSG.
Namun, penguatan rupiah bisa menjadi bumerang yang berbalik menyerang Indonesia. Penguatan rupiah akan mendorong kenaikan impor karena harga produk luar negeri yang lebih murah.
Lonjakan impor akan mengancam neraca perdagangan dan kemudian transaksi berjalan. Kekhawatiran ini terbukti bisa membuat IHSG ditutup negatif pada perdagangan akhir pekan lalu.
Risiko lain yang bisa mengancam IHSG (lagi-lagi) adalah aksi ambil untung alias profit taking. Sekedar mengingatkan, IHSG sudah menguat 3,71% selama tahun ini sehingga investor bisa mencairkan keuntungan mereka kapan saja.
Berikut peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
- Sejumlah menteri Kabinet Kerja mengadakan rapat membahas program Tapera di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (14.00 WIB).
- Rilis data ekspor-impor dan neraca perdagangan Jepang (06.50).
- Rilis data pertumbuhan ekonomi Thailand (09.30).
- Rilis data transaksi berjalan Uni Eropa (16.00).
(hps/hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Most Popular