
Sepi Sentimen IHSG Masih Bisa Menguat Pembukaan Sesi I
Houtmand P Saragih & Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 February 2018 09:01

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pagi ini dibuka menguat 0,30% ke level 6.597,76 poin. Faktor eksternal, tampaknya akan mempengaruhi kinerja pasar saham domestik hari ini.
Sementara bursa saham Asia pagi ini terpantau bervariasi, dimana indeks Nikkei turun 0,09%, indeks Kospi menguat 0,91%, indeks Hang Seng naik 1,29%, dan indeks Strait Times menguat 0,26%.
Wall Street menguat tiga hari berturut-turut setelah sebelumnya terkoreksi cukup dalam. Saham-saham teknologi yang sempat mengalami tekanan kini mulai bangkit. Harga saham Apple naik 1% sementara Cisco mencatat penguatan 1,55%.
Namun penguatan di Wall Street mulai terbatas karena investor tidak seagresif sebelumnya. Investor tengah menahan diri menunggu rilis data inflasi Negeri Paman Sam pada Rabu waktu setempat.
Inflasi akan menjadi salah satu data kunci yang menjadi perhatian. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters menyebutkan inflasi AS periode Januari 2018 diperkirakan 1,9% year on year (YoY), melambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 2,1% YoY.
Bila laju inflasi ternyata lebih cepat dari ekspektasi, maka hampir pasti bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan bulan depan. Kenaikan suku bunga akan membuat investor melepas aset-aset yang berisiko seperti saham.
Sejumlah data ekonomi yang akan dirilis di kawasan Asia hari ini, diantara datai FDI China, pertumbuhan ekonomi Malaysia kuartal IV-2017 dan India Wholesales Prices.
Ada potensi IHSG kemungkinan bergerak mixed mengikuti pasar saham Asia. Faktor lain yang patut diperhatikan, yaitu perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang dunia, di mana Dollar Index mencatatkan penurunan sampai 0,55%. Ada kemungkinan nilai tukar rupiah menguat dan bisa menjadi sentimen positif bagi IHSG.
Harga komoditas juga bisa menjadi pendukung kenaikan IHSG. Komoditas tambang seperti batu bara, tembaga, dan timah mencatatkan kenaikan harga yang lumayan. Bahkan harga tembaga naik lebih dari 2%.
Rilis data inflasi AS akan memainkan peranan penting. Berita seputar infalsi AS akan menjadi tambahan sentimen bagi para investor. Minat investor untuk bermain-main dengan aset berisiko akan berkurang, termasuk yang berbasis rupiah. Kemungkinan akan ada arus modal keluar (capital outflow) ke instrumen yang aman, misalnya obligasi pemerintah AS atau bahkan emas.
Tanda-tanda peralihan dana ke emas sudah mulai terlihat walau masih samar-samar. Kontrak futures emas di bursa berjangka COMEX menujukkan kenaikan dalam dua hari terakhir, setelah sebelumnya sempat tertekan. Sepertinya investor mulai mempersiapkan sekoci bila kapal nantinya karam.
Harga minyak juga menjadi faktor risiko bagi IHSG. Setelah kemarin naik, kini harga si emas hitam terkoreksi. Bahkan harga minyak light sweet turun hingga kisaran 0,5%.
Apa yang dikhawatirkan investor terbukti, bahwa kenaikan harga minyak kemarin hanya euforia karena kebangkitan Wall Street. Secara fundamental, sulit bagi harga minyak untuk naik karena meningkatnya pasokan di AS.
Dari dalam negeri, risiko bagi IHSG adalah masih ada potensi ambil untung alias profit taking. Sepanjang 2018, IHSG masih menyimpan penguatan 3,5% sehingga ada selisih keuntungan yang bisa direalisasikan investor kapan saja.
Price to earning ratio (P/E) IHSG pun saat ini berada di posisi 19 kali. Pasar berekspektasi P/E IHSG ke depan ada di 16,64 kali sehingga potensi koreksi menuju ke arah sana masih ada.
Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
(hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Sementara bursa saham Asia pagi ini terpantau bervariasi, dimana indeks Nikkei turun 0,09%, indeks Kospi menguat 0,91%, indeks Hang Seng naik 1,29%, dan indeks Strait Times menguat 0,26%.
Wall Street menguat tiga hari berturut-turut setelah sebelumnya terkoreksi cukup dalam. Saham-saham teknologi yang sempat mengalami tekanan kini mulai bangkit. Harga saham Apple naik 1% sementara Cisco mencatat penguatan 1,55%.
Namun penguatan di Wall Street mulai terbatas karena investor tidak seagresif sebelumnya. Investor tengah menahan diri menunggu rilis data inflasi Negeri Paman Sam pada Rabu waktu setempat.
Inflasi akan menjadi salah satu data kunci yang menjadi perhatian. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters menyebutkan inflasi AS periode Januari 2018 diperkirakan 1,9% year on year (YoY), melambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 2,1% YoY.
Bila laju inflasi ternyata lebih cepat dari ekspektasi, maka hampir pasti bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan bulan depan. Kenaikan suku bunga akan membuat investor melepas aset-aset yang berisiko seperti saham.
Ada potensi IHSG kemungkinan bergerak mixed mengikuti pasar saham Asia. Faktor lain yang patut diperhatikan, yaitu perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang dunia, di mana Dollar Index mencatatkan penurunan sampai 0,55%. Ada kemungkinan nilai tukar rupiah menguat dan bisa menjadi sentimen positif bagi IHSG.
Harga komoditas juga bisa menjadi pendukung kenaikan IHSG. Komoditas tambang seperti batu bara, tembaga, dan timah mencatatkan kenaikan harga yang lumayan. Bahkan harga tembaga naik lebih dari 2%.
Rilis data inflasi AS akan memainkan peranan penting. Berita seputar infalsi AS akan menjadi tambahan sentimen bagi para investor. Minat investor untuk bermain-main dengan aset berisiko akan berkurang, termasuk yang berbasis rupiah. Kemungkinan akan ada arus modal keluar (capital outflow) ke instrumen yang aman, misalnya obligasi pemerintah AS atau bahkan emas.
Tanda-tanda peralihan dana ke emas sudah mulai terlihat walau masih samar-samar. Kontrak futures emas di bursa berjangka COMEX menujukkan kenaikan dalam dua hari terakhir, setelah sebelumnya sempat tertekan. Sepertinya investor mulai mempersiapkan sekoci bila kapal nantinya karam.
Harga minyak juga menjadi faktor risiko bagi IHSG. Setelah kemarin naik, kini harga si emas hitam terkoreksi. Bahkan harga minyak light sweet turun hingga kisaran 0,5%.
Apa yang dikhawatirkan investor terbukti, bahwa kenaikan harga minyak kemarin hanya euforia karena kebangkitan Wall Street. Secara fundamental, sulit bagi harga minyak untuk naik karena meningkatnya pasokan di AS.
Dari dalam negeri, risiko bagi IHSG adalah masih ada potensi ambil untung alias profit taking. Sepanjang 2018, IHSG masih menyimpan penguatan 3,5% sehingga ada selisih keuntungan yang bisa direalisasikan investor kapan saja.
Price to earning ratio (P/E) IHSG pun saat ini berada di posisi 19 kali. Pasar berekspektasi P/E IHSG ke depan ada di 16,64 kali sehingga potensi koreksi menuju ke arah sana masih ada.
Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
- Rilis data inflasi AS periode Januari 2018 (20:30)
- Rilis data pertumbuhan penjualan ritel AS periode Januari 2018 (20:30)
- Rilis data cadangan minyak AS (22:30)
(hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Most Popular