
IHSG Dibuka Menguat Seirama dengan Bursa Global dan Regional
Hidayat Setiaji & Shuliya Ratanavara, CNBC Indonesia
13 February 2018 09:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pagi ini dibuka menguat 0,67% ke level 6.567,07 poin, selaras dengan kinerja pasar saham Asia lainnya. Saham-saham dari sektor pertambangan berpotensi menjadi penopang penguatan IHSG hari ini.
Penguatan bursa saham domestik ini sejalan dengan bursa utama Asia lainnya, dimana indeks Nikkei menguat 0,96%, indeks Kospi menguat 0,79%, indeks Hang Seng naik 1,44%, dan indeks Strait Times menguat 0,84%.
Dari Wall Street, penguatan signifikan kembali terjadi. Dow Jones menguat 1,7% ke 24.601,27, S&P 500 naik 1,39% ke 2.656, dan Nasdaq bertambah 1,56% menjadi 6.981,96.
Penguatan hari ini melanjutkan kenaikan yang terjadi akhir pekan lalu. Setelah terkoreksi dalam, harga aset di Wall Street menjadi lebih murah sehingga memicu aksi borong.
Selain itu, sepertinya pelaku pasar sudah menyadari bahwa secara fundamental perekonomian Negeri Paman Sam justru sedang kuat-kuatnya. Kinerja emiten juga meyakinkan, apalagi didukung oleh pemotongan tarif pajak. Oleh karena itu, sebenarnya kepanikan pasar yang terjadi pekan lalu hanyalah sentimen psikologis semata yang sifatnya sementara.
Investor AS juga bereaksi positif atas proposal anggaran negara yang diajukan Presiden Donald Trump. Total belanja dalam anggaran negara ini mencapai US$ 4,4 triliun (Rp 59.400 triliun) dengan anggaran infrastruktur mencapai US$ 200 miliar (Rp 2.700 triliun).
Sentimen positif bagi IHSG dan bursa Asia juga datang dari harga minyak yang kembali menguat setelah beberapa hari sebelumnya tertekan cukup dalam. Sampai dengan penutupan perdagangan kemarin, harga minyak mentah jenis light sweet naik 2,15% sementara Brent naik 2,04%.
Namun, penguatan harga minyak ini bisa jadi merupakan euforia sementara, menyusul penguatan bursa saham AS. Dari sisi fundamental, saat ini melimpahnya produksi masih akan menjadi perhatian utama pelaku pasar.
Produsen minyak di AS diketahui menambah 26 alat pengeboran baru pada minggu lalu, sehingga totalnya mencapai 791, di mana ini merupakan yang tertinggi sejak April 2015. Kencangnya produksi dari AS ini dikhawatirkan akan menganggu usaha pengendalian pasokan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Dari Wall Street, penguatan signifikan kembali terjadi. Dow Jones menguat 1,7% ke 24.601,27, S&P 500 naik 1,39% ke 2.656, dan Nasdaq bertambah 1,56% menjadi 6.981,96.
Penguatan hari ini melanjutkan kenaikan yang terjadi akhir pekan lalu. Setelah terkoreksi dalam, harga aset di Wall Street menjadi lebih murah sehingga memicu aksi borong.
Selain itu, sepertinya pelaku pasar sudah menyadari bahwa secara fundamental perekonomian Negeri Paman Sam justru sedang kuat-kuatnya. Kinerja emiten juga meyakinkan, apalagi didukung oleh pemotongan tarif pajak. Oleh karena itu, sebenarnya kepanikan pasar yang terjadi pekan lalu hanyalah sentimen psikologis semata yang sifatnya sementara.
Investor AS juga bereaksi positif atas proposal anggaran negara yang diajukan Presiden Donald Trump. Total belanja dalam anggaran negara ini mencapai US$ 4,4 triliun (Rp 59.400 triliun) dengan anggaran infrastruktur mencapai US$ 200 miliar (Rp 2.700 triliun).
Untuk perdagangan hari ini, penguatan Wall Street bisa menjadi energi bagi bursa Asia dan Indonesia. Bahkan investor boleh saja berharap kenaikan hari ini lebih dari kemarin, karena cuacanya sedang mendukung.
Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji memprediksi, saham-saham pertambangan akan menjadi katalis penguatan IHSG. Pemicu kenaikan harga saham-saham pertambangan disebabkan oleh harga komoditas yang mulai stabil. Selain itu, akan ada rilis data inflasi Amerika Serikat Rabu mendatang.
"Rilis data inflasi itu diperkirakan akan mengumkan inflasi turun Rabu nanti. Kalau sentimen ini terjadi akan menekan dolar AS yang membuat harga komoditas lebih stabil," kata Nafan kepada CNBC Indonesia, Senin (12/02/2018).
(hps/hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Penguatan bursa saham domestik ini sejalan dengan bursa utama Asia lainnya, dimana indeks Nikkei menguat 0,96%, indeks Kospi menguat 0,79%, indeks Hang Seng naik 1,44%, dan indeks Strait Times menguat 0,84%.
Dari Wall Street, penguatan signifikan kembali terjadi. Dow Jones menguat 1,7% ke 24.601,27, S&P 500 naik 1,39% ke 2.656, dan Nasdaq bertambah 1,56% menjadi 6.981,96.
Penguatan hari ini melanjutkan kenaikan yang terjadi akhir pekan lalu. Setelah terkoreksi dalam, harga aset di Wall Street menjadi lebih murah sehingga memicu aksi borong.
Selain itu, sepertinya pelaku pasar sudah menyadari bahwa secara fundamental perekonomian Negeri Paman Sam justru sedang kuat-kuatnya. Kinerja emiten juga meyakinkan, apalagi didukung oleh pemotongan tarif pajak. Oleh karena itu, sebenarnya kepanikan pasar yang terjadi pekan lalu hanyalah sentimen psikologis semata yang sifatnya sementara.
Investor AS juga bereaksi positif atas proposal anggaran negara yang diajukan Presiden Donald Trump. Total belanja dalam anggaran negara ini mencapai US$ 4,4 triliun (Rp 59.400 triliun) dengan anggaran infrastruktur mencapai US$ 200 miliar (Rp 2.700 triliun).
Sentimen positif bagi IHSG dan bursa Asia juga datang dari harga minyak yang kembali menguat setelah beberapa hari sebelumnya tertekan cukup dalam. Sampai dengan penutupan perdagangan kemarin, harga minyak mentah jenis light sweet naik 2,15% sementara Brent naik 2,04%.
Namun, penguatan harga minyak ini bisa jadi merupakan euforia sementara, menyusul penguatan bursa saham AS. Dari sisi fundamental, saat ini melimpahnya produksi masih akan menjadi perhatian utama pelaku pasar.
Produsen minyak di AS diketahui menambah 26 alat pengeboran baru pada minggu lalu, sehingga totalnya mencapai 791, di mana ini merupakan yang tertinggi sejak April 2015. Kencangnya produksi dari AS ini dikhawatirkan akan menganggu usaha pengendalian pasokan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Dari Wall Street, penguatan signifikan kembali terjadi. Dow Jones menguat 1,7% ke 24.601,27, S&P 500 naik 1,39% ke 2.656, dan Nasdaq bertambah 1,56% menjadi 6.981,96.
Penguatan hari ini melanjutkan kenaikan yang terjadi akhir pekan lalu. Setelah terkoreksi dalam, harga aset di Wall Street menjadi lebih murah sehingga memicu aksi borong.
Selain itu, sepertinya pelaku pasar sudah menyadari bahwa secara fundamental perekonomian Negeri Paman Sam justru sedang kuat-kuatnya. Kinerja emiten juga meyakinkan, apalagi didukung oleh pemotongan tarif pajak. Oleh karena itu, sebenarnya kepanikan pasar yang terjadi pekan lalu hanyalah sentimen psikologis semata yang sifatnya sementara.
Investor AS juga bereaksi positif atas proposal anggaran negara yang diajukan Presiden Donald Trump. Total belanja dalam anggaran negara ini mencapai US$ 4,4 triliun (Rp 59.400 triliun) dengan anggaran infrastruktur mencapai US$ 200 miliar (Rp 2.700 triliun).
Untuk perdagangan hari ini, penguatan Wall Street bisa menjadi energi bagi bursa Asia dan Indonesia. Bahkan investor boleh saja berharap kenaikan hari ini lebih dari kemarin, karena cuacanya sedang mendukung.
"Rilis data inflasi itu diperkirakan akan mengumkan inflasi turun Rabu nanti. Kalau sentimen ini terjadi akan menekan dolar AS yang membuat harga komoditas lebih stabil," kata Nafan kepada CNBC Indonesia, Senin (12/02/2018).
(hps/hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Most Popular