Pasar Saham Asia Terkoreksi Mengikuti Wall Street

Hidayat Setiaji & Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
09 February 2018 08:14
Penurunan harga saham-saham perusahaan besar menjadi pemicu koreksi pasar saham Asia secara keseluruhan.
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham utama Asia Pasifik pagi ini mengalami tekanan hebat, merespons penurunan dalam pasar saham Amerika Serikat, Wall Street, yang terkoreksi dalam pada perdagangan dini hari. Penurunan harga saham-saham perusahaan besar menjadi pemicu koreksi pasar saham Asia secara keseluruhan.

Pasar saham Jepang terkoreksi dalam, dimana indeks Nikkei terkoreksi 2,95% pada awal pembukaan perdagangan waktu setempat. Saham-saham produsen mobil, keuangan, manufaktur dan teknologi yang tercatat di bursa saham Jepang turun dalam. Misalnya, saham Toyota turun 2,64%, saham saham Fanuc Manufacturing turun 4,09% dan saham Fast Retailing turung 4,02%.

Pasar saham Korea Selatan juga mengalami tekanan, dimana indeks Kospi turun 2,64%. Pemicunya penurunan harga saham seperti, Samsung Electronic sebesar 2,57%.

Demikian pula dengan pasar saham Australia pagi ini dibuka terkoreksi 1,52%. Hampir semua sektor di bursa saham Australia terkoreksi. Namun perusahan produsen emas masih bisa bertahan di zona positif

Pada penutupan perdagangan di Wall Street, dini hari tadi, indeks Dow Jones babak belur dengan pelemahan mencapai 4,15% menjadi 23.860,46 poin. Sementara S&P 500 turun tajam 3,75% menjadi 2.581,08 dan Nasdaq berkurang 3,9% ke 6.777,16.
 
Secara YTD, Dow Jones sudah minus 3,47%. Kemudian S&P juga negatif 3,47% dan Nasdaq pun melemah 1,41%.
 
Secara fundamental, data ekonomi AS yang cenderung positif ternyata menjadi pisau bermata dua. Di satu sisi data-data tersebut menjadi sentimen positif karena merupakan pertanda pemulihan ekonomi di Negara Adidaya. Namun di sisi lain, menjadi konfirmasi bahwa suku bunga harus sudah dinaikkan bahkan mungkin lebih cepat dan lebih besar dari perkiraan.
 
Data terbaru menunjukkan klaim pengangguran mingguan tercatat hanya 221.000 orang, terendah dalam 45 tahun. Jumlah tersebut lebih rendah dari pekan sebelumnya yang sebanyak 230.000.
 
Pencapaian tersebut menandakan 153 minggu secara beruntun klaim pengangguran berada di bawah angka 300.000, sehingga mengindikasikan pasar tenaga kerja AS yang kuat. Upah tenaga kerja pun lantas diprediksikan tumbuh dengan lebih cepat pada tahun ini. Minggu lalu Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan upah per jam rata-rata periode Januari tumbuh 2,9% YoY, yang merupakan peningkatan tertinggi sejak 2009.
 
Data ketenagakerjaan yang kuat merupakan syarat utama bagi The Federal Reserve/The Fed dalam menaikkan suku bunga acuan. Oleh karena itu, pelaku pasar menjadi lebih yakin bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga pada bulan depan.

Beberapa hal yang patut disimak dari Asia Pasifik hari ini diantaranya, Bank Sentral Australia akan mengumumkan kebijakan moneter, rilis data pinjaman perumahan Australia, rilis data CPI dan PPI China dan rilis data Malaysia Industrial Output.
(hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular