Pemilik 7-Eleven Batal Masuk Bisnis Agribisnis

Shuliya Ratanavara, CNBC Indonesia
07 February 2018 12:43
Bisnis agribisnis menambah beban perusahaan.
Foto: Detik.com
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Modern Internasional membatalkan niat kembangkan bisnis pada bidang pertanian khusus. Alasannya, perluasan bisnis ini bisa menambah beban perusahaan.

Emiten yang memiliki kode saham MDRN ini berencana memasuki bisnis ini dengan mengakuisisi PT Nusantara Agri Sejati. Ini adalah perusahaan bidang pertanian khususnya  sektor peternakan sapi perah dan pengolahan susu .

"Rencananya seperti itu tapi secara infrastruktur itu masih perlu (dibuat baru), jadi tidak serta merta dari akuisisi langsung bisa menghasilkan itu tidak seperti itu," ujar Direktur Modern International Johannis, Rabu (07/02/2018).

Perubahan bisnis ini dilakukan PT Modern Internasional setelah gagal mengembangkan bisnis ritel melalui ‎PT Modern Sevel Indonesia atau 7-Eleven (Sevel). Manajemen memutuskan menutup bisnis ini dan menyatakan bangkrut.

Saat ini Modern Internasional Tbk mengalihkan fokus bisnisnya menjadi distributor mesin fotocopy Ricoh melalui anak usaha perseroan, PT Modern Data Solusi. Nantinya perseroan menargetkan kontribusi bisnis distribusi mesin fotocopy terhadap kinerja meningkat menjadi 20% dari sebelumnya hanya 10%.

Restruktutasi Utang 

Johannis menjelaskan nantinya perseroan akan mendistribusikan mesin fotocopy Ricoh kepada end user seperti perkantoran baik itu dengan metode pembelian atau penyewaan. Ia mengatakan perseroan optimis dalam memasuki bisnis distribusi mesin fotocopy karena melihat pemainnya yang belum banyak.

"Sebagai benchmark itu kita lihat Astragraphia itu besar ya yang Xerox itu kan kurang lebih sama sepanjang ini kan mereka yang market leader," kata Johannis  usai Rapat Umum Pemegang Saham Modern International, Rabu (07/02/2018).

Hal tersebut akan dilakukan Modern International setelah menyelesaikan proses restruktutasi utang perseroan dengan melakukan penjualan kekayaan bersih. Pihak manajemen masih enggan menyebutkan berapa jumlah utang yang akan direstrukturasi. Johannis mengatakan, kini pihaknya masih bernegosiasi dengan pihak perbankan dan perusahaan leasing untuk memberikan keringanan.

"Sebetulnya kita belum bisa mastikan karena kita restrukturusasi itu termasuk mengurangi utang dan bunga, kita lagi negosiasi dengan bank saat ini posisinya jadi kita belum bisa kasih nilainya," kata Johannis.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal III-2017 total beban perusahaan mencapai Rp 1,28 triliun. Dari jumlah tersebut total utang perseroan yang bisa direstrukturisasi sebesar Rp 661,4 miliar yang terdiri dari Rp 480 miliar utang kepada perbankan dan Rp 181 miliar kepada perusahaan leasing.

Sementara total aset perseroan sampai kuartal III-2017 berada di posisi Rp 1,12 triliun yang terdiri dari Rp 211,75 miliar aset lancar dan Rp 910,75 miliar aset tak lancar. 

Dalam proses restrukturasi ini, Johannis menjelaskan kekayaan bersih perseroan yang akan dijual untuk melunasi kewajiban utang adalah properti bangunan seperti ruko dan tanah. 

"Kalau alat - alat kan enggak ada nilainya kalau mungkin ke depan kan penyusutannya gede. Kalau tanah sama properti kan lebih cenderung naik, jadi yang kita punya (yang akan dijual) kebanyakan properti," kata Johannis.

Bisnis Modern International memang menjadi kacau sejak penutupan seluruh gerai retail 7-Eleven yang lisesnsinya dipegang perseroan pada Juni 2017. Padahal, gerai 7-Eleven merupakan penopang utama bisnis Modern International sejak 2009 sampai akhirnya bisnis itu bangkrut pada pertengahan 2017.
(roy/roy) Next Article Hitung Proyeksi Window Dressing Pendorong IHSG di Akhir Tahun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular