
Bursa Saham Anjlok, Uang Rp 5.400 T 'Hangus'
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
06 February 2018 18:30

London, CNBC Indonesia – Bursa saham dunia tengah mengalami periode yang berat. Koreksi dalam dialami oleh hampir seluruh bursa saham dunia.
Mengutip Reuters, Selasa (6/2/2018), bursa saham global telah tertekan selama empat hari berturut-turut. Selama periode itu, ada uang senilai US$ 4 triliun (Rp 5.400 triliun) yang “hangus” dari kerugian para investor.
“Waktu bermain sudah selesai, anak-anak,” ujar analis di Rabobank. Kalangan analis menilai koreksi yang terjadi saat ini masih dalam taraf sehat, mengingat penguatan signifikan yang terjadi sejak akhir tahun lalu. Namun karena fenomena ini berlangsung masif dari Amerika Serikat (AS), Eropa, sampai Asia, maka investor pun agak gelisah.
“Investor menaruh harapan kepada fase Goldilocks yaitu ekspansi ekonomi, perbaikan kinerja korporasi, dan inflasi yang stabil. Namun situasi sepertinya berubah,” kata Norihiro Fujito, Analis Investasi Senior di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities.
Di Asia, indeks saham yang melemah paling dalam adalah Hang Seng (-5,12%). Disusul oleh Nikkei 225 (-4,73%), SSECI (-3,35%), dan KLCI (2,19%).
Sebelumnya, Wall Street pun melemah dalam. Dow Jones dicukur gundul sampai melemah 4,6%, S&P 500 terkoreksi 4,1%, dan Nasdaq anjlok 3,78%.
Bursa Eropa yang baru dibuka sore waktu Indonesia juga tidak luput dari pelemahan. STOXX 600 dibuka turun 1,6%. Kemudian FTSE membuka perdagangan dengan koreksi 2,02%, CAC 40 turun 3,24%, DAX melemah 3,55%, dan IBEX berkurang 3,36%.
“Ini lebih karena faktor teknikal, mengikuti pergerakan bursa global yang brutal. Kita semua sedang berada di perairan yang ganas,” tegas Alessandro Balsotti, Kepala Manajemen Aset di JCI Capital Ltd.
Pemicu awal aksi penjualan besar-besaran di pasar saham adalah peningkatan tajam di imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat (AS). Hal ini menimbulkan kegelisahan akan inflasi yang lebih tinggi yang diikuti dengan potensi kenaikan suku bunga.
(aji/aji) Next Article Aset Capai Rp101 T, Intip Perayaan Digital 51 Tahun Bank Mega
Mengutip Reuters, Selasa (6/2/2018), bursa saham global telah tertekan selama empat hari berturut-turut. Selama periode itu, ada uang senilai US$ 4 triliun (Rp 5.400 triliun) yang “hangus” dari kerugian para investor.
“Waktu bermain sudah selesai, anak-anak,” ujar analis di Rabobank. Kalangan analis menilai koreksi yang terjadi saat ini masih dalam taraf sehat, mengingat penguatan signifikan yang terjadi sejak akhir tahun lalu. Namun karena fenomena ini berlangsung masif dari Amerika Serikat (AS), Eropa, sampai Asia, maka investor pun agak gelisah.
Di Asia, indeks saham yang melemah paling dalam adalah Hang Seng (-5,12%). Disusul oleh Nikkei 225 (-4,73%), SSECI (-3,35%), dan KLCI (2,19%).
Sebelumnya, Wall Street pun melemah dalam. Dow Jones dicukur gundul sampai melemah 4,6%, S&P 500 terkoreksi 4,1%, dan Nasdaq anjlok 3,78%.
Bursa Eropa yang baru dibuka sore waktu Indonesia juga tidak luput dari pelemahan. STOXX 600 dibuka turun 1,6%. Kemudian FTSE membuka perdagangan dengan koreksi 2,02%, CAC 40 turun 3,24%, DAX melemah 3,55%, dan IBEX berkurang 3,36%.
“Ini lebih karena faktor teknikal, mengikuti pergerakan bursa global yang brutal. Kita semua sedang berada di perairan yang ganas,” tegas Alessandro Balsotti, Kepala Manajemen Aset di JCI Capital Ltd.
Pemicu awal aksi penjualan besar-besaran di pasar saham adalah peningkatan tajam di imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat (AS). Hal ini menimbulkan kegelisahan akan inflasi yang lebih tinggi yang diikuti dengan potensi kenaikan suku bunga.
(aji/aji) Next Article Aset Capai Rp101 T, Intip Perayaan Digital 51 Tahun Bank Mega
Most Popular