
Dua Hari Berturut IHSG Dibuka Melemah
Houtmand P Saragih & Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
31 January 2018 09:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan pagi ini dibuka melelmah 0,59% ke level 6.536,44 poin. Koreksi ini tampaknya merupakan sentimen dari regional dan global yang terpengaruh oleh isu kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) atau Fed Fund Rate.
Selain itu, koreksi yang terjadi sejak kemarin dan awal perdagangan hari ini merupakan kesempatan bagi investor untuk merealisasikan keuntungan setelah IHSG rally panjang. Ini juga sejalan dengan pembukaan bursa saham Asia.
Setengah jam sebelum bursa domestik dibuka, Bursa saham Jepang pada perdagangan pagi ini melemah, dimana indeks Nikkei terkoreksi 0,11%. Indeks Hang Seng pagi ini terpantau turun 1,09%, indeks Shanghai turun 0,99%, indeks Kospi menguat 0,15% dan indeks Strait Time turun 0,38%.
Dari Amerika Serikat (AS) bursa saham Wall Street juga mengalami tekanan. Indeks Dow Jones terpangkas 1,37% ke 26.076,89, S&P 500 terkoreksi 1,09% ke 2.822,43, dan Nasdaq melemah 0,86% menjadi 7.402,48.
Wall Street sudah dua hari berturut-turut mengalami koreksi dalam. Pada perdagangan sebelumnya, Dow Jones melemah 0,67%, S&P 500 turun 0,67%, dan Nasdaq berkurang 0,52%.
Pasar saham AS tertekan karena investor beralih ke obligasi. Imbal hasil (yield) obligasi negara AS naik ke level tertinggi sejak 2014 dengan menyentuh 2,73%.
Investor sepertinya mengambil posisi menunggu pengumuman suku bunga acuan AS dan data ketenagakerjaan yang diumumkan dalam waktu dekat. Ada kekhawatiran bank sentral AS akan agresif dalam menaikkan suku bunga bila ada indikasi ekonomi pulih dengan cepat.
Ada beberapa isu yang bisa jadi pertimbangan investor hari ini. Pertama, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan realisasi investasi sepanjang 2017 mencapai Rp 693,8 triliun atau melampaui target Rp 678,8 triliun. Pada Kuartal-IV 2017, realisasi investasi domestik dana sing tercatat Rp 179,6 triliun atau naik 12,7% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Berdasarkan lapangan usaha investasi paling banyak tertuju di sektor utilitas (Rp 24,3 triliun), transportasi, gudang, dan telekomunikasi (Rp 22,6 triliun), industri makanan (Rp 17,4 triliun), pertambangan (Rp 16,4 triliun), serta tanaman pangan dan perkebunan (Rp 14,6 triliun).
Perkembangan positif dari investasi di sektor riil ini bisa menjadi sentimen positif bagi sektor keuangan. Indonesia menjadi salah satu tujuan investasi yang menarik.
Kedua, adalah kinerja emiten. Akan ada tiga emiten yang menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar BIasa (RUPSLB) hari ini yaitu SIDO, SUGI, dan TOBA. Bila ada kabar baik dari RUPSLB ini, maka bisa menjadi bahan bakar penguatan Indeks.
Ketiga adalah pergerakan dolar AS yang cenderung melemah. Setelah rally dalam dua hari terakhir, penguatan dolar AS mulai terhenti.
Dollar Index, yang mencerminkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia, melemah 0,13% ke 89,19. Penguatan dolar tertahan karena investor menunggu keputusan suku bunga acuan AS.
Namun, ada beberapa hal yang bisa membuat koreksi IHSG berlanjut. Faktor ambil untung (profit taking) masih membayangi, karena sepanjang bulan ini IHSG masih tumbuh 3,46%. Meski kemarin melemah lebih dari 1%, masih ada sisa keuntungan yang bisa dicairkan investor kapan saja.
Pelemahan Wall Street juga bisa menjadi sentimen negatif bila menular ke bursa regional. Ketika Wall Street dan bursa regional merah, biasanya IHSG pun sulit untuk melawan arus.
Investor, terutama asing, juga sepertinya masih cenderung wait and see menanti keputusan rapat The Fed. Sambal menunggu, obligasi negara AS menjadi pilihan investasi paling aman sehingga pasar saham masih akan tertekan.
Yield obligasi pemerintah AS akan semakin menarik dan menjadi hal yang perlu diwaspadai. Ini sudah terbukti menjadi salah satu penyebab koreksi dalam di pasar saham AS, karena aliran dana tersedot ke obligasi.
Berlanjutnya penurunan harga minyak juga bisa menarik IHSG ke zona negatif. Harga minyak dunia masih terkoreksi, bahkan cukup signifikan, di mana light sweet anjlok lebih dari dari 2% dan brent turun sampai kisaran 1%.
Penurunan harga minyak disebabkan kenaikan produksi si emas hitam di AS. Produksi minyak AS diperkirakan melampaui 10 juta barel per hari dalam waktu dekat, menyamai Arab Saudi.
Selain peralihan dana ke obligasi, penurunan harga minyak juga menjadi penyebab koreksi signifikan di Wall Street. Saham-saham sektor energi turun 2%.
Kenaikan harga minyak dalam beberapa waktu terakhir merupakan bahan bakar penguatan IHSG, terutama bagi saham-saham pertambangan. Oleh karena itu, penurunan harga minyak tentu menjadi pemberat jika IHSG ingin rebound.
Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
(hps/hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Selain itu, koreksi yang terjadi sejak kemarin dan awal perdagangan hari ini merupakan kesempatan bagi investor untuk merealisasikan keuntungan setelah IHSG rally panjang. Ini juga sejalan dengan pembukaan bursa saham Asia.
Setengah jam sebelum bursa domestik dibuka, Bursa saham Jepang pada perdagangan pagi ini melemah, dimana indeks Nikkei terkoreksi 0,11%. Indeks Hang Seng pagi ini terpantau turun 1,09%, indeks Shanghai turun 0,99%, indeks Kospi menguat 0,15% dan indeks Strait Time turun 0,38%.
Wall Street sudah dua hari berturut-turut mengalami koreksi dalam. Pada perdagangan sebelumnya, Dow Jones melemah 0,67%, S&P 500 turun 0,67%, dan Nasdaq berkurang 0,52%.
Pasar saham AS tertekan karena investor beralih ke obligasi. Imbal hasil (yield) obligasi negara AS naik ke level tertinggi sejak 2014 dengan menyentuh 2,73%.
Investor sepertinya mengambil posisi menunggu pengumuman suku bunga acuan AS dan data ketenagakerjaan yang diumumkan dalam waktu dekat. Ada kekhawatiran bank sentral AS akan agresif dalam menaikkan suku bunga bila ada indikasi ekonomi pulih dengan cepat.
Ada beberapa isu yang bisa jadi pertimbangan investor hari ini. Pertama, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan realisasi investasi sepanjang 2017 mencapai Rp 693,8 triliun atau melampaui target Rp 678,8 triliun. Pada Kuartal-IV 2017, realisasi investasi domestik dana sing tercatat Rp 179,6 triliun atau naik 12,7% dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Berdasarkan lapangan usaha investasi paling banyak tertuju di sektor utilitas (Rp 24,3 triliun), transportasi, gudang, dan telekomunikasi (Rp 22,6 triliun), industri makanan (Rp 17,4 triliun), pertambangan (Rp 16,4 triliun), serta tanaman pangan dan perkebunan (Rp 14,6 triliun).
Perkembangan positif dari investasi di sektor riil ini bisa menjadi sentimen positif bagi sektor keuangan. Indonesia menjadi salah satu tujuan investasi yang menarik.
Kedua, adalah kinerja emiten. Akan ada tiga emiten yang menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar BIasa (RUPSLB) hari ini yaitu SIDO, SUGI, dan TOBA. Bila ada kabar baik dari RUPSLB ini, maka bisa menjadi bahan bakar penguatan Indeks.
Ketiga adalah pergerakan dolar AS yang cenderung melemah. Setelah rally dalam dua hari terakhir, penguatan dolar AS mulai terhenti.
Dollar Index, yang mencerminkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia, melemah 0,13% ke 89,19. Penguatan dolar tertahan karena investor menunggu keputusan suku bunga acuan AS.
Namun, ada beberapa hal yang bisa membuat koreksi IHSG berlanjut. Faktor ambil untung (profit taking) masih membayangi, karena sepanjang bulan ini IHSG masih tumbuh 3,46%. Meski kemarin melemah lebih dari 1%, masih ada sisa keuntungan yang bisa dicairkan investor kapan saja.
Pelemahan Wall Street juga bisa menjadi sentimen negatif bila menular ke bursa regional. Ketika Wall Street dan bursa regional merah, biasanya IHSG pun sulit untuk melawan arus.
Investor, terutama asing, juga sepertinya masih cenderung wait and see menanti keputusan rapat The Fed. Sambal menunggu, obligasi negara AS menjadi pilihan investasi paling aman sehingga pasar saham masih akan tertekan.
Yield obligasi pemerintah AS akan semakin menarik dan menjadi hal yang perlu diwaspadai. Ini sudah terbukti menjadi salah satu penyebab koreksi dalam di pasar saham AS, karena aliran dana tersedot ke obligasi.
Berlanjutnya penurunan harga minyak juga bisa menarik IHSG ke zona negatif. Harga minyak dunia masih terkoreksi, bahkan cukup signifikan, di mana light sweet anjlok lebih dari dari 2% dan brent turun sampai kisaran 1%.
Penurunan harga minyak disebabkan kenaikan produksi si emas hitam di AS. Produksi minyak AS diperkirakan melampaui 10 juta barel per hari dalam waktu dekat, menyamai Arab Saudi.
Selain peralihan dana ke obligasi, penurunan harga minyak juga menjadi penyebab koreksi signifikan di Wall Street. Saham-saham sektor energi turun 2%.
Kenaikan harga minyak dalam beberapa waktu terakhir merupakan bahan bakar penguatan IHSG, terutama bagi saham-saham pertambangan. Oleh karena itu, penurunan harga minyak tentu menjadi pemberat jika IHSG ingin rebound.
Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
- Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Archandra Tahar akan mengumumkan wilayah kerja migas dan skema gross split (13.00 WIB).
- Presiden Joko Widodo dan sejumlah menteri Kabinet Kerja mengadakan rapat kabinet terbatas membahas upaya peningkatan investasi (14.00 WIB). Dilanjutkan dengan rapat membahas peningkatan ekspor (15.00 WIB).
- Pidato Presiden AS Donald Trump dalam State of the Union (09.00)
- Rilis data penciptaan lapangan kerja AS versi ADP periode Januari 2018 (20.15)
- Rilis data cadangan minyak AS (22.30).
- Rilis data indeks manufaktur Cina (08.00)
(hps/hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Most Popular