
Siang Ini Bea Cukai Undang Asosiasi Bahas Mainan Impor
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
22 January 2018 09:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Kisruh mainan oleh-oleh dari luar negeri harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) terus berlanjut. Untuk itu, menurut rencana siang ini, Direktorat Jenderal (Dirjen) Bea dan Cukai mengundang Asosiasi Mainan Indonesia (AMI) untuk rapat membahas isu mainan impor.
"Besok (hari ini), kita ada undangan rapat jam 14.00 di kantor Bea Cukai Pusat terkait mainan impor," ujar Ketua AMI, Sutjiadi Lukas dalam pesan singkatnya kepada CNBC Indonesia, Minggu siang (21/1/2018).
Lebih lanjut, Lukas mengatakan mainan yang dipasarkan di Indonesia saat ini memang masih didominasi produk impor, terutama dari China. Meskipun komposisi produk mainan yang diproduksi di domestik dan impor saat ini sudah lebih baik dibandingkan 5 tahun lalu.
"Dahulu, sebelum tahun 2013, belum berlaku SNI, mainan impor 80% sedangkan produsen lokal 20%. Tetapi, sekarang ini impor sudah mulai berkurang menjadi 65% dan para importir mulai beralih investasi membuka pabrik lokal dan ada peningkatan produksi menjadi sekitar 35%," jelas Lukas kepada CNBC Indonesia.
Lukas menambahkan, perusahaan mainan asing yang melakukan penanaman modal di sini (PMA) seperti PT Mattel Indonesia juga melakukan ekspor namun menurutnya, jumlahnya belum signifikan.
Sebagai informasi, Mattel Indonesia sudah 25 tahun beroperasi di tanah air dan merupakan anak usaha dari perusahaan mainan asal AS, Mattel, Inc yang terkenal dengan produksi boneka Barbie dan Hot Wheels. Total nilai ekspornya mencapai US$ 150 juta per tahun.
Lukas yakin di tahun ini industri mainan lokal masih bisa berkembang karena pangsa pasarnya masih terbuka. Namun, dia menekankan pentingnya alih teknologi (transfer of technology/TOT) dalam industri mainan.
(hps) Next Article Neraca Dagang Maret 2020 Surplus US$ 740 Juta
"Besok (hari ini), kita ada undangan rapat jam 14.00 di kantor Bea Cukai Pusat terkait mainan impor," ujar Ketua AMI, Sutjiadi Lukas dalam pesan singkatnya kepada CNBC Indonesia, Minggu siang (21/1/2018).
Lebih lanjut, Lukas mengatakan mainan yang dipasarkan di Indonesia saat ini memang masih didominasi produk impor, terutama dari China. Meskipun komposisi produk mainan yang diproduksi di domestik dan impor saat ini sudah lebih baik dibandingkan 5 tahun lalu.
Lukas menambahkan, perusahaan mainan asing yang melakukan penanaman modal di sini (PMA) seperti PT Mattel Indonesia juga melakukan ekspor namun menurutnya, jumlahnya belum signifikan.
Sebagai informasi, Mattel Indonesia sudah 25 tahun beroperasi di tanah air dan merupakan anak usaha dari perusahaan mainan asal AS, Mattel, Inc yang terkenal dengan produksi boneka Barbie dan Hot Wheels. Total nilai ekspornya mencapai US$ 150 juta per tahun.
Lukas yakin di tahun ini industri mainan lokal masih bisa berkembang karena pangsa pasarnya masih terbuka. Namun, dia menekankan pentingnya alih teknologi (transfer of technology/TOT) dalam industri mainan.
(hps) Next Article Neraca Dagang Maret 2020 Surplus US$ 740 Juta
Most Popular