
AS Kembali 'Shutdown'
Tutupnya Pemerintahan AS Mungkin Hanya Langkah Politik Trump
Anthony Kevin & Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
20 January 2018 20:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Amerika Serikat (AS) resmi tutup alias shutdown pada Sabtu dini hari (20/1/2018) waktu setempat. Ini merupakan pertama kalinya shutdown terjadi semenjak 2013 silam, dimana pada saat itu AS masih berada dibawah pimpinan Barack Obama.
Lantas, apakah shutdown kali ini murni karena selisih paham antara partai Demokrat dan Republik? Atau jangan-jangan ada agenda lain di balik ini semua?
Dulu melunak, sekarang tidak
Ancaman shutdown bagi pemerintahan Donald Trump bukan kali ini saja terjadi. Pada Mei 2017, pemerintahan mantan pengusaha real estate tersebut juga terancam tutup namun batal, dikarenakan Trump melunak terhadap tuntutannya untuk memasukkan anggaran pembangunan tembok perbatas AS-Meksiko. Undang-undang yang diloloskan lantas tak memasukkan permintaan Trump.
Berbeda dengan dulu, pada hari ini Trump bersikukuh untuk tidak mengesahkan undang-undang yang akan mengakui sekitar 700.000 anak dari imigran illegal yang saat ini berada dibawah naungan program Deferred Action for Childhood Arrivals (DACA). Dibawah program ini, anak-anak tersebut diperbolehkan untuk bekerja dan tinggal di AS.
Besar kemungkinan shutdown hari ini merupakan sesuatu yang memang diinginkan oleh Trump. Saat ini, partai Republik menguasai parlemen (kongres) AS yang terdiri dari House of Representatives dan Senate. Di House of Representatives, partai Republik memegang 238 kursi dari total 435 kursi yang ada, sementara di Senate, partai berlambang gajah tersebut menguasai 51 dari 100 kursi.
Permasalahannya adalah, pada November 2018 mendatang akan diadakan pemilu yang memperebutkan 34 kursi senat. Partai Demokrat lantas dimungkinkan merajai senat jika berhasil menguasai lebih dari 50 kursi. Hal ini tentunya akan semakin menyulitkan Trump dalam meloloskan program-programnya.
Dengan terjadinya shutdown pemerintahan, Donald Trump lantas melimpahkan kesalahan terhadap partai Demokrat, dengan maksud mempengaruhi voting masyarakat AS pada pemilu mendatang. Diharapkan, masyarakat akan memandang partai Demokrat sebagai tokoh utama dibalik ‘tutupnya’ pemerintahan negeri paman sam.
Beberapa saat sebelum senat melakukan voting untuk mencegah terjadinya shutdown, trump sempat memposting sebuah tweet yang isinya secara tidak langsung mengajak bagi masyarakat AS untuk memilih senator dari partai Republik.
Lantas sekitar 40 menit yang lalu (ketika shutdown sudah terjadi), Trump kembali memposting tweet dengan maksud serupa.
Dampak ke Indonesia kecil
Mengingat shutdown kali ini mungkin hanya merupakan langkah politik Trump, besar kemungkinan hal ini tidak akan berlangsung dalam waktu yang lama. Terlebih, Trump tentu tidak mau momentum yang sudah didapat dari diloloskannya undang-undang reformasi pajak hilang karena adanya shutdown pemerintahan.
Pada akhirnya, kita harapkan dampaknya kepada ekonomi dan pasar keuangan Indonesia tidak besar.
Dari sisi pasar keuangan, berkaca dari shutdown sebelumnya yang berlangsung selama 16 hari pada 1 Oktober-16 Oktober 2013, tiga indeks utama pasar saham AS justru ditutup menguat, walaupun sempat terkoreksi. Indeks Dow Jones, S&P 500 dan Nasdaq naik masing-masing sebesar 1,6%, 2,4% dan 2%.
Sementara itu, IHSG juga menguat pada periode tersebut yakni sebesar 4%.
Menguatnya pasar saham pada saat shutdown disebabkan oleh giatnya usaha kongres dalam mengejar kesepakatan, sehingga tekanan terhadap pasar saham hanya berlangsung sementara. Selain itu, pelaku pasar juga optimis bahwa shutdown tidak akan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Sepanjang sejarah AS, tercatat shutdown tidak pernah melebihi 22 hari.
Meskipun dampak shutdown saat ini relatif kecil, namun ada risiko yang perlu diwaspadai dan berpotensi memengaruhi Indonesia dalam jangka panjang.
Adanya ketidak sepahaman antara partai Republik dan Demokrat dikhawatirkan menyulitkan kesepakatan dinaikannya batas atas utang AS (debt ceiling). Jika batas atas utang ini tidal dinaikkan, maka terdapat potensi gagal bayar surat utang, mengingat lolosnya undang-undang reformasi perpajakan akan menekan penerimaan. Pada akhirnya, perekonomian terbesar di dunia tersebut akan kehilangan momentum pemulihan ekonominya.
Lantas, bagaimana dampaknya ke Indonesia? Jika ekonomi AS berada dalam tekanan, maka ekonomi Indonesia pun akan tertekan, seiring besarnya hubungan dagang dan investasi antara kedua negara.
(dru/dru) Next Article VIDEO: Trump Ingin Dolar Menguat
Lantas, apakah shutdown kali ini murni karena selisih paham antara partai Demokrat dan Republik? Atau jangan-jangan ada agenda lain di balik ini semua?
Dulu melunak, sekarang tidak
Berbeda dengan dulu, pada hari ini Trump bersikukuh untuk tidak mengesahkan undang-undang yang akan mengakui sekitar 700.000 anak dari imigran illegal yang saat ini berada dibawah naungan program Deferred Action for Childhood Arrivals (DACA). Dibawah program ini, anak-anak tersebut diperbolehkan untuk bekerja dan tinggal di AS.
Besar kemungkinan shutdown hari ini merupakan sesuatu yang memang diinginkan oleh Trump. Saat ini, partai Republik menguasai parlemen (kongres) AS yang terdiri dari House of Representatives dan Senate. Di House of Representatives, partai Republik memegang 238 kursi dari total 435 kursi yang ada, sementara di Senate, partai berlambang gajah tersebut menguasai 51 dari 100 kursi.
Permasalahannya adalah, pada November 2018 mendatang akan diadakan pemilu yang memperebutkan 34 kursi senat. Partai Demokrat lantas dimungkinkan merajai senat jika berhasil menguasai lebih dari 50 kursi. Hal ini tentunya akan semakin menyulitkan Trump dalam meloloskan program-programnya.
Dengan terjadinya shutdown pemerintahan, Donald Trump lantas melimpahkan kesalahan terhadap partai Demokrat, dengan maksud mempengaruhi voting masyarakat AS pada pemilu mendatang. Diharapkan, masyarakat akan memandang partai Demokrat sebagai tokoh utama dibalik ‘tutupnya’ pemerintahan negeri paman sam.
Beberapa saat sebelum senat melakukan voting untuk mencegah terjadinya shutdown, trump sempat memposting sebuah tweet yang isinya secara tidak langsung mengajak bagi masyarakat AS untuk memilih senator dari partai Republik.
![]() |
Lantas sekitar 40 menit yang lalu (ketika shutdown sudah terjadi), Trump kembali memposting tweet dengan maksud serupa.
![]() |
Dampak ke Indonesia kecil
Mengingat shutdown kali ini mungkin hanya merupakan langkah politik Trump, besar kemungkinan hal ini tidak akan berlangsung dalam waktu yang lama. Terlebih, Trump tentu tidak mau momentum yang sudah didapat dari diloloskannya undang-undang reformasi pajak hilang karena adanya shutdown pemerintahan.
Pada akhirnya, kita harapkan dampaknya kepada ekonomi dan pasar keuangan Indonesia tidak besar.
Dari sisi pasar keuangan, berkaca dari shutdown sebelumnya yang berlangsung selama 16 hari pada 1 Oktober-16 Oktober 2013, tiga indeks utama pasar saham AS justru ditutup menguat, walaupun sempat terkoreksi. Indeks Dow Jones, S&P 500 dan Nasdaq naik masing-masing sebesar 1,6%, 2,4% dan 2%.
Sementara itu, IHSG juga menguat pada periode tersebut yakni sebesar 4%.
Menguatnya pasar saham pada saat shutdown disebabkan oleh giatnya usaha kongres dalam mengejar kesepakatan, sehingga tekanan terhadap pasar saham hanya berlangsung sementara. Selain itu, pelaku pasar juga optimis bahwa shutdown tidak akan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Sepanjang sejarah AS, tercatat shutdown tidak pernah melebihi 22 hari.
Meskipun dampak shutdown saat ini relatif kecil, namun ada risiko yang perlu diwaspadai dan berpotensi memengaruhi Indonesia dalam jangka panjang.
Adanya ketidak sepahaman antara partai Republik dan Demokrat dikhawatirkan menyulitkan kesepakatan dinaikannya batas atas utang AS (debt ceiling). Jika batas atas utang ini tidal dinaikkan, maka terdapat potensi gagal bayar surat utang, mengingat lolosnya undang-undang reformasi perpajakan akan menekan penerimaan. Pada akhirnya, perekonomian terbesar di dunia tersebut akan kehilangan momentum pemulihan ekonominya.
Lantas, bagaimana dampaknya ke Indonesia? Jika ekonomi AS berada dalam tekanan, maka ekonomi Indonesia pun akan tertekan, seiring besarnya hubungan dagang dan investasi antara kedua negara.
(dru/dru) Next Article VIDEO: Trump Ingin Dolar Menguat
Most Popular