
Harga Minyak Membumbung, Saham Migas Diburu Investor
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 January 2018 16:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham sektor pertambangan dan energi tampaknya mulai menjadi perhatian investor. Secara year to date kinerja indeks sektor pertambangan dan energi tercatat naik 8,41% meninggalkan sektor lainnya.
Pada perdagngan hari ini, harga minyak mentah menyentuh level US$ 63,42 per barel, level tertinggi sejak 9 Desember 2014 yang tercatat pada harga US$ 63,82/barel. Kenaikan ini dipicu oleh kombinasi antara pemangkasan produksi oleh negara-negara penghasil minyak (OPEC dan non-OPEC) dengan kuatnya permintaan, seiring dengan pemulihan ekonomi global.
Pada akhir November 2017, negara-negara penghasil minyak menyetujui untuk memperpanjang pemangkasan produksi sebesar 1,8 juta barrel per hari sampai dengan akhir 2018. Sejak awal muda di adopsi pada November 2016, tingkat kepatuhan dari negara-negara peserta sudah cukup tinggi.
Selain itu, sentimen positif bagi harga minyak juga datang dari turunnya cadangan minyak Amerika Serikat (AS). Asosiasi industri minyak Amerika Serikat, American Petroleum Institute, menyatakan persediaan minyak AS turun 11,2 juta barel di minggu pertama Januari menjadi 416,6 juta barel.
Sebelumnya analis memperkirakan persediaan hanya akan turun 3,9 juta barel. Data resmi dari pemerintah AS baru akan diumumkan pukul 22.30. Sebagai catatan, sepanjang 2017 harga minyak mentah naik sebesar 12,5%.
Harga Saham
Dari pasar saham domestik, naiknya harga minyak mentah kembali mendorong penguatan saham-saham pertambangan, khususnya yang berada dalam sub sektor minyak. Saham-saham yang sudah naik, diantaranya saham MEDC naik 3,54%, ELSA naik 3,52%, BIPI naik 3,61%, dan ESSA naik 18,56%.
Harga minyak memang memegang peranan penting bagi harga saham-saham di sektor tersebut, mengingat harga jual minyak ikut ditentukan oleh harga minyak acuan seperti WTI dan Brent.
Tim Riset CNBC Indonesia
(hps) Next Article Irak Panas! Demo Tutup Ladang Minyak, Produksi Terancam
Pada perdagngan hari ini, harga minyak mentah menyentuh level US$ 63,42 per barel, level tertinggi sejak 9 Desember 2014 yang tercatat pada harga US$ 63,82/barel. Kenaikan ini dipicu oleh kombinasi antara pemangkasan produksi oleh negara-negara penghasil minyak (OPEC dan non-OPEC) dengan kuatnya permintaan, seiring dengan pemulihan ekonomi global.
Pada akhir November 2017, negara-negara penghasil minyak menyetujui untuk memperpanjang pemangkasan produksi sebesar 1,8 juta barrel per hari sampai dengan akhir 2018. Sejak awal muda di adopsi pada November 2016, tingkat kepatuhan dari negara-negara peserta sudah cukup tinggi.
Sebelumnya analis memperkirakan persediaan hanya akan turun 3,9 juta barel. Data resmi dari pemerintah AS baru akan diumumkan pukul 22.30. Sebagai catatan, sepanjang 2017 harga minyak mentah naik sebesar 12,5%.
Harga Saham
Dari pasar saham domestik, naiknya harga minyak mentah kembali mendorong penguatan saham-saham pertambangan, khususnya yang berada dalam sub sektor minyak. Saham-saham yang sudah naik, diantaranya saham MEDC naik 3,54%, ELSA naik 3,52%, BIPI naik 3,61%, dan ESSA naik 18,56%.
Harga minyak memang memegang peranan penting bagi harga saham-saham di sektor tersebut, mengingat harga jual minyak ikut ditentukan oleh harga minyak acuan seperti WTI dan Brent.
Tim Riset CNBC Indonesia
(hps) Next Article Irak Panas! Demo Tutup Ladang Minyak, Produksi Terancam
Most Popular