MARKET DATA

Stroke Jadi Pembunuh Nomor Satu di RI, Gejalanya Sering Diabaikan

Fergi Nadira,  CNBC Indonesia
01 December 2025 16:15
Ilustrasi Stroke (Pexels.com)
Foto: Ilustrasi Stroke (Pexels.com)

Jakarta, CNBC Indonesia - Stroke masih menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2020 menunjukkan lebih dari 357 ribu warga Indonesia meninggal akibat stroke setiap tahun, atau sekitar 21% dari total kematian nasional.

Angka ini menempatkan Indonesia di urutan ke-11 tertinggi di dunia. Menurut para ahli, tingginya angka kematian bukan hanya disebabkan oleh faktor risiko, tetapi juga karena sebagian besar pasien terlambat datang ke fasilitas kesehatan.

Banyak orang masih menganggap gejala awal seperti pusing mendadak, mulut mencong, tangan lemas, atau penglihatan kabur sebagai kelelahan biasa.

"Setiap menit sangat berharga bagi pasien stroke. Ada golden period kurang dari 4,5 jam sejak gejala pertama muncul, bila pasien datang dalam periode ini, peluang pulih tanpa kecacatan meningkat jauh," kata dr. Riski Amanda, Sp.N, FINA, Spesialis Neurologi Neurointervensi di Primaya Hospital PGI Cikini, dalam keterangan pers yang diterima CNBC Indonesia pada Senin (1/12/2025).

dr. Riski bilang, stroke dapat menyerang siapa saja, meski risikonya meningkat pada usia lanjut dan pada mereka yang memiliki riwayat keluarga. Namun faktor risiko terbesar justru berasal dari kebiasaan dan kondisi yang bisa dikendalikan, seperti hipertensi, kolesterol tinggi, merokok, diabetes, obesitas, dan pola makan buruk.

dr. Riski menjelaskan, gejala awal sering muncul tiba-tiba, di antaranya:

- Mati rasa atau kelemahan pada wajah, lengan, atau kaki

- Bicara pelo atau sulit memahami kata-kata

- Penglihatan kabur

- Hilang keseimbangan

- Sakit kepala hebat tanpa sebab jelas

Untuk mempermudah mengenali tanda-tanda itu, masyarakat disarankan memakai metode FAST: Face (wajah mencong), Arms (lengan lemas), Speech (bicara kacau), Time (segera ke IGD).

Stroke terjadi karena aliran darah ke otak terputus, baik akibat sumbatan maupun pecahnya pembuluh darah. Tanpa oksigen, jutaan sel otak dapat mati dalam hitungan menit.

"Pada kasus iskemik, dokter hanya bisa memberikan obat penghancur bekuan atau melakukan tindakan trombektomi jika pasien masih berada di golden period," kata ia.

"Itu sebabnya keterlambatan ke rumah sakit membuat banyak pasien mengalami kecacatan permanen," ujarnya menambahkan.

Pasien yang selamat dari fase akut tetap membutuhkan perawatan panjang. Rehabilitasi meliputi fisioterapi, terapi okupasi, dan terapi wicara.

"Banyak pasien jatuh ke depresi karena merasa tidak berguna. Dukungan keluarga dan terapi yang konsisten membantu mereka kembali mandiri," jelas dr. Riski.

Bisa Dicegah dengan Kebiasaan Sehari-hari

Stroke bukan sesuatu yang datang tanpa sebab. Hipertensi, gula darah tinggi, kolesterol, kebiasaan merokok, serta kurang bergerak merupakan faktor yang paling berkontribusi. Pemeriksaan rutin terutama bagi usia di atas 40 tahun dinilai sangat penting.

"Stroke bukan takdir. Ini akibat kebiasaan yang bisa diubah. Dengan mengontrol tekanan darah, makan sehat, dan aktif bergerak, risiko stroke bisa turun drastis," kata dr. Riski.

(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 5 Makanan Terbaik Ampuh Turunkan Risiko Stroke Menurut Ahli Gizi


Most Popular