Waspada! Ahli Ungkap 3 Jalur Mikroplastik Masuk ke Tubuh
Jakarta, CNBC Indonesia - Temuan ilmiah terbaru menunjukkan adanya partikel mikroplastik pada cairan amnion dan urin ibu hamil. Ini artinya, paparan plastik berukuran sangat kecil itu sudah mampu menembus sistem tubuh yang seharusnya melindungi janin.
Dosen Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran IPB University, dr Ganot Sumulyo, SpOG menegaskan, mikroplastik bisa masuk ke tubuh ibu hamil lewat tiga jalur utama. Ia menjelaskan, jalur pertama adalah inhalasi, terutama di lingkungan padat dan ruang tertutup.
Udara yang membawa debu dan serat plastik dapat masuk hingga ke alveolus paru, lalu terbawa ke aliran darah. Jalur kedua, sebut ia, adalah konsumsi makanan dan minuman, seperti air kemasan, makanan laut, serta pangan yang dikemas atau dipanaskan dalam plastik.
"Nanoplastik dapat melewati lapisan usus dan masuk ke sistem peredaran darah," ujarnya dikutip dari laman riset dan kepakaran resmi IPB University, Selasa (25/11/2025).
Jalur ketiga adalah penyerapan lewat kulit, meskipun kontribusinya relatif kecil dibanding dua jalur lainnya. dr. Ganot bilang, secara normal, plasenta menjadi tameng bagi janin.
Kendati begitu, penelitian internasional menunjukkan partikel berukuran nano mampu melewati lapisan tersebut. Mikroplastik bahkan telah ditemukan dalam plasenta, mekonium, hingga jaringan janin.
"Ini menandakan adanya paparan sejak bayi masih dalam kandungan," jelas dr Ganot.
Paparan mikroplastik, lanjut ia, berpotensi memicu peradangan, stres oksidatif, hingga gangguan aliran nutrisi dari ibu ke janin. Penelitian pada hewan menemukan dampak seperti penurunan berat lahir, keterlambatan pertumbuhan, dan perubahan perkembangan organ.
"Yang perlu diwaspadai bukan hanya partikel plastiknya, tetapi juga bahan kimia tambahan seperti phthalates dan Bisphenol A (BPA) dan keduanya dikenal dapat mengganggu keseimbangan hormon pertumbuhan dan reproduksi," kata dr. Ganot.
Menurut dr Ganot, pola hidup sehari-hari ikut memperbesar risiko, mulai dari penggunaan air minum dalam kemasan, konsumsi makanan berbungkus plastik, kebiasaan memanaskan makanan dalam wadah plastik, sampai paparan serat sintetis dari tekstil di dalam ruangan.
Sebagai solusi, ia mendorong riset terpadu yang mencakup studi kohort ibu-anak, penelitian toksikokinetik, eksperimen hewan dengan dosis realistis, hingga standardisasi metode deteksi mikroplastik. Selain itu, edukasi untuk tenaga kesehatan dan masyarakat juga perlu diperkuat.
"Penggunaan plastik yang lebih bijak, terutama bagi ibu hamil, sangat penting. Mikroplastik bukan hanya isu lingkungan, tapi tantangan kesehatan reproduksi di masa depan," tegasnya.
[Gambas:Video CNBC]