Gula atau Garam, Mana Paling Bahaya untuk Kesehatan Jantung?

Linda Hasibuan, CNBC Indonesia
Kamis, 20/11/2025 10:50 WIB
Foto: Ilustrasi sakit jantung akibat tersumbat pembuluh darah. (Istockphoto/wildpixel)
Dafar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Jantung merupakan organ vital bagi tubuh. Fungsi jantung berperan penting dalam memompa darah dan mengalirkannya ke seluruh tubuh. Untuk itu, penting bagi kita untuk mengetahui dan menerapkan cara menjaga kesehatan jantung sedari dini agar tetap berfungsi secara optimal.

Ada dua asupan sehari-hari yang sering disalahkan atas penyakit jantung, yakni gula dan garam. Kedua bahan tersebut tidak lepas dari makanan sehari-hari. Berikut ulasannya mengutip Times of India.

Bahaya gula pada jantung

Mengonsumsi gula berlebih, terutama dari pemanis buatan, secara langsung memengaruhi kesehatan jantung melalui berbagai jalur. Asupan gula yang tinggi secara kronis meningkatkan risiko obesitas, diabetes tipe 2, penyakit hati berlemak non-alkohol, dan sindrom metabolik.


Kondisi ini pada akhirnya berkontribusi pada peningkatan trigliserida, penurunan kolesterol HDL, tekanan darah tinggi, dan peradangan sistemik. Semuanya merupakan pemicu utama penyakit arteri koroner dan serangan jantung.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam The American Journal of Clinical Nutrition mengungkapkan bahwa orang dewasa yang paling banyak mengonsumsi minuman manis memiliki kemungkinan 12% lebih besar untuk mengalami hipertensi dan penyakit jantung dibandingkan dengan mereka yang paling sedikit mengonsumsinya.

Gula tambahan terutama fruktosa telah terbukti meningkatkan kebutuhan oksigen miokard, meningkatkan detak jantung, dan mengintensifkan variabilitas tekanan darah, yang semuanya membebani jantung dan sistem arteri.

Lebih lanjut, asupan gula kronis menyebabkan peradangan kronis tingkat rendah yang dikenal sebagai jalur utama menuju aterosklerosis (pengerasan dan penyempitan arteri), yang pada akhirnya meningkatkan risiko pecahnya plak dan serangan jantung.

Studi kohort prospektif yang dikutip oleh BMJ dan lainnya menyoroti hubungan dosis-respons. Mereka yang memperoleh lebih dari 20% energi harian mereka dari gula tambahan memiliki risiko kejadian jantung yang jauh lebih tinggi, dan risikonya berlipat ganda melewati batas 25%.

Bahaya garam bagi jantung

Garam (natrium klorida), meskipun penting untuk fungsi fisiologis, memberikan efek bagi jantung terutama melalui tekanan darah. Asupan natrium yang tinggi merupakan penyebab utama hipertensi yakni faktor risiko dominan untuk serangan jantung, stroke, dan gagal jantung di seluruh dunia.

Efek hipertensi dari garam muncul ketika kelebihan natrium mendorong tubuh untuk menahan lebih banyak air, meningkatkan volume darah dan dengan demikian meningkatkan tekanan di dalam dinding arteri.

Selama bertahun-tahun, pembuluh darah menjadi kaku, jantung membesar untuk mengompensasi, dan lapisan arteri menjadi rentan terhadap cedera dan pembentukan plak.

Studi populasi seperti INTERSALT (lebih dari 100.000 pasien) dan analisis UK Biobank yang lebih baru mengungkapkan hubungan linear yang jelas antara kadar natrium di atas ambang batas yang direkomendasikan dan peningkatan risiko penyakit jantung.

Dampak gula vs garam

Beban penyakit jantung global sangat dipengaruhi oleh kelebihan asupan gula dan garam, tetapi cara kerusakannya berbeda. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan asupan gula tambahan di bawah 10% dari kalori harian (sebaiknya di bawah 5% untuk manfaat maksimal) dan natrium di bawah 2 gram (5 gram garam) per hari.

Namun, asupan sebenarnya seringkali jauh melebihi batas ini, terutama di kalangan masyarakat yang mengonsumsi makanan olahan mengandung gula dan garam dalam dosis berbahaya, yang memicu epidemi hipertensi, obesitas, dan penyakit arteri koroner.

Kesimpulannya, gula dan garam sama-sama berbahaya jika dikonsumsi dalam kadar tinggi. Pada akhirnya, kesehatan jantung paling baik dilindungi dengan menghindari makanan olahan, memantau asupan natrium dan gula tambahan, serta memprioritaskan makanan utuh yang padat nutrisi sebuah prinsip yang didukung oleh studi kohort lintas benua, meta-analisis, dan kepemimpinan kesehatan masyarakat.


(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Jakarta Jadi Magnet Ekonomi Baru lewat FFWS 2025