Air Hujan Jakarta Mengandung Mikroplastik, Ahli Jelaskan Penyebabnya

Fergi Nadira, CNBC Indonesia
Senin, 20/10/2025 18:50 WIB
Foto: Sejumlah kendaraan bermotor melintas saat hujan deras melanda kawasan Blok A, Jakarta Selatan, (16/9/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Guru Besar IPB University dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Prof Etty Riani menyoroti temuan air hujan di Jakarta mengandung mikroplastik. Menurutnya fenomena ini memang bisa terjadi secara ilmiah.

"Mikroplastik, terutama yang berukuran sangat kecil atau nanoplastik, memiliki massa ringan sehingga mudah terangkat ke atmosfer," kata Prof Etty dalam keterangan seperti dikutip dari website resmi IPB University, Senin (20/10/2025).

Menurutnya, partikel mikroplastik bisa berasal dari berbagai sumber di darat, mulai dari gesekan ban kendaraan, pelapukan sampah plastik kering yang terbawa angin, hingga serat pakaian berbahan sintetis. Saat partikel itu sudah berada di udara, ia bisa terbawa angin dan turun kembali ke bumi bersama air hujan.

"Hujan berperan seperti pencuci udara. Mikroplastik yang melayang di atmosfer akan menyatu dengan tetesan air hujan. Karena ukurannya sangat kecil, partikel itu tidak terlihat, sehingga air hujan tampak bersih padahal sudah tercemar," jelasnya.

Prof Etty menambahkan, sumber mikroplastik di udara perkotaan seperti Jakarta sangat beragam, dan faktor lingkungan seperti suhu tinggi serta udara kering dapat mempercepat pelapukan plastik. Akibatnya, partikel halus lebih mudah beterbangan dan masuk ke atmosfer.

"Tingginya penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari menjadi akar masalah. Dari bangun tidur sampai tidur lagi, manusia tidak lepas dari plastik. Pada akhirnya, plastik itu terurai menjadi mikroplastik dan nanoplastik," ujarnya.


Ia menilai perlu adanya langkah nyata dari pemerintah dan masyarakat untuk menekan polusi plastik. Salah satunya dengan mengubah gaya hidup agar lebih ramah lingkungan, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, serta memilah sampah sejak dari rumah.

"Kita perlu hidup lebih sederhana dan kembali ke alam. Kurangi penggunaan plastik, hindari produk perawatan tubuh yang mengandung mikroplastik, dan biasakan memilah sampah," tegas Prof Etty.

Ia juga menekankan pentingnya penerapan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) dan penegakan sanksi bagi pihak yang tidak mendukung kebijakan pengurangan plastik.

"Plastik bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga masalah kesehatan. Di dalamnya ada bahan aditif berbahaya yang bisa memicu gangguan hormonal dan meningkatkan risiko kanker," ujarnya.


(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Clean Beauty, AI dan Masa Depan Industri Kecantikan Indonesia