Barang Sehari-Hari yang Jadi Sumber Mikroplastik Masuk ke Tubuh

Fergi Nadira, CNBC Indonesia
25 June 2025 07:50
Penjual melayani pembeli di toko plastik kawasan Jakarta, Kamis (25/7/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Penjual melayani pembeli di toko plastik kawasan Jakarta, Kamis (25/7/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Studi terbaru mengungkap kemasan makanan yang sehari-hari kita gunakan, termasuk plastik pembungkus daging, keju, hingga botol minum berpotensi melepaskan mikroplastik dan nanoplastik ke dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal NPJ Science of Food itu menemukan, gesekan saat membuka tutup botol atau mengoyak plastik pembungkus bisa menyebabkan pelepasan partikel plastik berukuran sangat kecil, bahkan tak kasat mata.

"Semakin sering sebuah botol dibuka-tutup, jumlah mikroplastiknya meningkat," kata penulis utama studi yang juga peneliti di Food Packaging Forum, sebuah organisasi nonprofit berbasis di Swiss, Lisa Zimmermann dikutip dari CNN International, Selasa (24/6/2025).

Mikroplastik ini ditemukan pada berbagai produk sehari-hari seperti air mineral, teh celup, ikan kaleng, nasi, makanan cepat saji, hingga garam meja. Yang mengejutkan, tak hanya plastik, bahkan botol kaca dengan tutup logam berlapis plastik pun berkontribusi terhadap pelepasan partikel plastik tersebut.

Peneliti menilai, paparan ini bukan sekadar kemungkinan, tapi nyata terjadi dalam praktik penggunaan normal kemasan makanan. "Kami menemukan bahwa sumber utama mikroplastik justru berasal dari kemasan makanan itu sendiri," ujar Zimmermann.

Nanoplastik berukuran jauh lebih kecil dari diameter rambut manusia. Itu pun juga dikhawatirkan dapat menembus jaringan tubuh melalui sistem pencernaan atau pernapasan lalu masuk ke aliran darah.

Penelitian sebelumnya bahkan telah menemukan partikel mikroplastik di berbagai bagian tubuh manusia, mulai dari darah, paru-paru, hati, urine, ASI, hingga plasenta. Studi pada Maret 2024 menyebut keberadaan mikroplastik dalam pembuluh arteri bisa meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, atau bahkan kematian dua kali lipat dalam tiga tahun ke depan.

Paparan mikroplastik ini juga meningkat drastis pada makanan ultra-proses, sebab proses produksinya yang melibatkan lebih banyak tahap dan interaksi dengan mesin berbahan plastik. Faktor lain yang memperparah pelepasan mikroplastik adalah ketika kemasan dipanaskan, dicuci berulang kali, atau terkena paparan sinar matahari, bahkan membuka tutup wadah makanan instan pun dapat menjadi pemicunya.

Sebagai langkah pencegahan, para ahli menyarankan untuk mengurangi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, menyimpan makanan dengan wadah kaca atau baja tahan karat, menghindari memanaskan makanan dalam plastik, serta tidak mencuci plastik di mesin pencuci piring.

Namun para peneliti juga menekankan, masalah ini tak bisa diselesaikan hanya di level individu. "Kita butuh tindakan sistemik dari pemerintah dan industri untuk mengurangi produksi plastik dan mencegah polusi lebih lanjut," kata Megan Deeney dari London School of Hygiene & Tropical Medicine.

Lebih dari 175 negara dijadwalkan akan bertemu di Jenewa, Swiss, pada Agustus 2025 untuk merumuskan perjanjian global yang mengikat secara hukum demi menghentikan polusi plastik.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jajanan Anak Kecil yang Ternyata Mengandung Ribuan Mikroplastik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular