5 Saran Lembaga Asing untuk Program Makan Bergizi Gratis Ala Prabowo

Fergi Nadira, CNBC Indonesia
Selasa, 07/10/2025 13:50 WIB
Foto: Sejumlah siswa saat mengikuti pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN Jati 03 Pagi, Pulo Gadung, Jakarta Timur, Rabu, (7/5/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - The Rockefeller Foundation mendorong pemerintah Indonesia menjadikan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) bukan hanya intervensi gizi, tetapi juga mesin ekonomi lokal yang terukur. Dalam salah satu sesi diskusi AsiaXchange 2025 di Jakarta, Selasa (7/10/2025), Senior Vice President Food Initiative The Rockefeller Foundation Roy Steiner memerinci sejumlah resep agar MBG memberi imbal hasil sosial ekonomi yang maksimal.



"Kalau dirancang benar, tiap US$1 investasi bisa kembali US$7 sampai US$35 dalam nilai sosial dan ekonomi," kata Roy dalam sesi diskusi bertajuk "Designing for Impact: Big Bet in Food Innovation to spur Sustainable Development" di Jakarta. "Kuncinya ada pada kualitas menu, keterlibatan petani lokal, teknologi pemantauan, dan eksekusi yang dekat ke sekolah," ujarnya menambahkan.


Foto: Suasana salah satu sesi diskusi AsiaXchange 2025 di Jakarta, Selasa (7/10/2025). (CNBC Indonesia/Fergi Nadira).



1. Prioritaskan kualitas gizi, bukan sekadar kalori

Roy menilai banyak program dunia berangkat dari target kuantitas, lalu tertatih mengejar kualitas. Indonesia didorong membalik urutan seperti, menstandardisasi kualitas sejak awal sambil memperluas cakupan. Contoh dari berbagai negara menunjukkan kehadiran siswa naik 10%-15%, bahkan sampai 30% untuk anak perempuan, ketika menu sekolah membaik. Di AS, reformulasi menu ikut menekan obesitas.

2. Jadikan pasar MBG sebagai pendorong ekonomi desa

Skema pembelian bahan pangan untuk MBG sebaiknya mengutamakan pasokan lokal. Roy mencontohkan Brasil, yang mewajibkan porsi belanja dari petani kecil sehingga pendapatan mereka naik hampir 25%.

"Anda bisa bicara pertanian regeneratif sebanyak mungkin, tapi kalau tidak ada transaksi dengan petani, praktik itu tidak tumbuh," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Deputi Sistem dan Tata Kelola Badan Gizi Nasional Tigor Pangaribuan menggarisbawahi skala permintaan MBG yang mencapai 30.000 service unit ditargetkan.

"Satu unit yang melayani sekitar 3.000 orang per hari butuh kurang lebih 300 kg sayur, 300 kg buah, 200-300 kg beras, plus daging dan susu setiap hari. Kalau target 30 ribu tercapai, volume bahan pangan jadi miliaran ton dalam setahun," kata Tigor.

Ia dan pihaknya akan meminta daerah menata produksi pertanian dan kualitas bahan sejak sekarang, bukan hanya membangun dapur.

3. Desentralisasi eksekusi, sentralisasi standar

Menurut Roy, praktik terbaik di Jepang dan Brasil menunjukkan pentingnya penanggung jawab gizi di tingkat sekolah atau setidaknya ada orang yang bertanggung jawab penuh atas mutu menu. Desain ini tetap butuh standar nasional untuk keamanan pangan, kandungan gizi, dan inspeksi.

"Ini soal eksekusi dan pengukuran. Sistem harus berevolusi mengikuti konteks lokal," ujarnya.

4. Pakai teknologi untuk pembiayaan mikro dan data real-time

The Rockefeller Foundation mendorong penggunaan teknologi untuk pembayaran dan pemantauan program makanan sekolah agar transparan dan efisien. Roy mencontohkan Eat&Tap di Kenya, gelang pintar yang merekam data konsumsi anak dan iuran kecil orang tua.

"Setiap anak terdaftar, orang tua bisa ikut berkontribusi, dan pemerintah punya data akurat berapa banyak anak yang makan setiap hari," ujar Roy.

Sementara itu, Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Ferro Ferizka Aryananda menilai pendekatan berbasis data juga penting diterapkan di Indonesia. Ia menekankan perlunya dashboard nasional untuk memantau realisasi program MBG secara harian, termasuk distribusi dapur dan sebaran penerima.

"Kita perlu memastikan anak-anak memiliki cara untuk dipantau, datanya selalu terbarui. Dengan begitu pembuat kebijakan bisa melihat wilayah mana yang sudah tercakup, mana yang masih membutuhkan tambahan dapur, dan area mana yang butuh peningkatan pasokan," kata Ferro.

Menurutnya, sistem data semacam ini akan mempermudah pengambilan keputusan dan meningkatkan efisiensi program lintas daerah.

5. Atasi tantangan logistik kepulauan dan protein "rantai dingin"

BGN mengingatkan logistik berbeda antara Jawa dan kawasan timur. Distribusi di Jawa dapat mengandalkan truk, tetapi di Maluku dan Nusa Tenggara harus mengandalkan kapal.

"Artinya, model biaya, cold chain untuk protein, dan titik konsolidasi lewat BUMDes/koperasi harus disiapkan sejak awal," kata Tigor.

Inovasi mini cold room bertenaga surya, pengolahan ikan lokal, atau susu UHT bisa jadi opsi uji coba.

Pisau Swiss
Roy menyebut makanan sekolah sebagai "Pisau Swiss" pembangunan. Dampaknya bukan hanya kesehatan, tetapi juga pendidikan, gender, ekonomi lokal, dan lingkungan.

"Daripada satu dampak, Anda dapat lima sekaligus. Itu sebabnya School Meals Coalition tumbuh dari 40 negara (2021) menjadi 111 negara," ujarnya.

Moderator Gaurav Gupta yang juga Global Managing Partner Dalberg menekankan pentingnya pembelajaran lintas negara.

"Karena begitu banyak negara menjalankan program ini, peluang berbagi praktik baik sangat besar," katanya.

Soal selera, MBG perlu ruang bagi menu favorit anak yang tetap memenuhi standar. Di lapangan, anak menulis permintaan menu seperti ayam goreng, spaghetti, atau burger.

"Tantangan ahli gizi adalah mengemasnya tetap seimbang," kata Tigor.

Roy menambahkan, ide kebun sekolah/demonstration farm agar murid terlibat menanam, mencicipi, dan memahami asal makanan sehingga mau makan sehat dan limbah berkurang. Target cepatnya,yakni pilot standar mutu, penguatan data, dan penyiapan sentra produksi per kabupaten.

Kemitraan juga bisa lewat filantropi, swasta, BUMDes, pesantren/ormas besar, hingga perguruan tinggi untuk riset dan inkubasi menu. Sehingga dapat terpenuhi kehadiran dan capaian belajar, serapan pasokan lokal, kualitas gizi, harga per porsi, serta keamanan pangan.


(miq/miq)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Clean Beauty, AI dan Masa Depan Industri Kecantikan Indonesia