Banyak Kasus Keracunan Akibat Program MBG, Menkes BGS Buka Suara

Fergi Nadira, CNBC Indonesia
01 October 2025 14:07
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI di Jakarta, Rabu (1/10/2025). (Tangkapan Layar Youtube/DPR RI)
Foto: Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI di ruang rapat Komisi IX DPR, Gedung DPR, Senayan, Rabu (1/10/2025). (Tangkapan Layar Youtube/DPR RI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan program Makan Bergizi Gratis (MBG) bukan sekadar soal distribusi makanan, melainkan strategi kesehatan jangka panjang. Ia menyebut kualitas gizi anak menentukan beban kesehatan bangsa, dari stunting hingga kematian ibu dan bayi.

"Kalau gizi anak-anak kita bagus, masalah kesehatan bisa berkurang 30% sampai 50%. Karena itu saya sangat berkepentingan program MBG ini sukses," kata BGS, sapaan akrab Budi Gunadi Sadikin, dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IX DPR di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (1/10/2025).

BGS menjelaskan, Kemenkes langsung turun menangani kasus keracunan MBG yang marak, termasuk di Bandung. Total ada 1.315 kasus yang dilaporkan ke puskesmas, dengan 1.310 pasien sembuh dan lima dirawat.

"Semua Dinas Kesehatan melakukan penelitian epidemiologis, memeriksa sampel makanan, dan melacak masa inkubasi. Dari situ kita bisa tahu apakah penyebabnya bakteri, virus, atau kimia," jelasnya.

Laboratorium kesehatan masyarakat daerah kini dipersiapkan agar mampu mendeteksi cepat sumber keracunan, menggunakan PCR untuk mikrobiologi dan uji toksikologi untuk kimia.

Dari Hulu ke Hilir
Menurut BGS, strategi kesehatan tidak bisa hanya fokus ke hilir (pengobatan), tapi harus dimulai dari hulu (pencegahan). MBG, kata ia, merupakan contoh kebijakan hulu yang langsung menyentuh anak-anak sekolah.

"Seperti banyak masalah kesehatan hilir bisa selesai kalau hulunya dibereskan. Kalau gizinya baik, anak-anak sehat, maka biaya kesehatan jangka panjang bisa ditekan," ujarnya.

Kemenkes juga menyiapkan integrasi data antropometri dalam program cek kesehatan gratis. Dengan begitu, setiap enam bulan anak-anak bisa ditimbang dan diukur tinggi badannya.

"Data by name by address ini penting agar kita tahu sekolah mana yang berhasil memperbaiki gizi, mana yang belum. Semua berbasis evidence," ujar Menkes.

Tahun depan, survei gizi nasional (SSGI) juga akan memasukkan indikator MBG untuk mengukur dampaknya terhadap stunting dan masalah gizi lainnya. Budi menekankan, keberhasilan MBG bukan hanya soal menekan angka keracunan, tapi memastikan anak-anak Indonesia tumbuh sehat sejak dini.

"Kalau gizi dibereskan, 30%-40% masalah kesehatan bisa selesai. Dari situ kematian ibu dan bayi menurun, stunting menurun, kesehatan bangsa jauh lebih baik," ungkap ia.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menkes BGS: Celana Jeans Lelaki di atas Ukuran 32-33, Pasti Obesitas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular