Banyak Siswa Keracunan MBG, Bos BGN Siap Terima Kritik

Fergi Nadira, CNBC Indonesia
Kamis, 25/09/2025 15:07 WIB
Foto: Sejumlah siswa saat mengikuti pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN Jati 03 Pagi, Pulo Gadung, Jakarta Timur, Rabu, (7/5/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana buka suara soal maraknya kasus siswa keracunan usai mengonsumsi makanan yang diberikan dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG). 

Dadan menegaskan pihaknya siap menerima kritik dan berjanji memperkuat pengawasan dan koordinasi agar standar mutu dan keamanan pangan di semua dapur program semakin konsisten.

"Saya senang ada kritik karena itu memberi insight dan masukan untuk mempertajam pelaksanaan. Program ini tetap berjalan karena strategis untuk menyelamatkan generasi dan menciptakan SDM berkualitas menuju 2045," kata Dadan dalam dialog di Foodagri Insight CNBC Indonesia, Kamis (25/9/2025).

Menurut Dadan, insiden kesehatan yang muncul di lapangan banyak terkait SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) baru yang belum terbiasa memasak dalam skala besar. Menurutnya, sebagian petugas yang sehari-hari memasak untuk keluarga kecil butuh waktu adaptasi agar memenuhi standar kematangan, higienitas, dan cita rasa untuk ribuan porsi.


Dapur Sehat Anak Bangsa' menyiapkan menu makan bergizi gratis (MBG) berisi menu ayam teriyaki, sayur buncis, nasi dan pisang, Jakarta Senin, (6/1/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)" title="Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) Halim Perdanakusuma bernama 'Dapur Sehat Anak Bangsa' menyiapkan menu makan bergizi gratis (MBG) berisi menu ayam teriyaki, sayur buncis, nasi dan pisang, Jakarta Senin, (6/1/2025)." />Foto: Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) Halim Perdanakusuma bernama 'Dapur Sehat Anak Bangsa' menyiapkan menu makan bergizi gratis (MBG) berisi menu ayam teriyaki, sayur buncis, nasi dan pisang, Jakarta Senin, (6/1/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

"Ini memerlukan sentuhan koordinasi dari pusat," ujarnya.

Hingga pertengahan September 2025 (sekitar 9 bulan berjalan), BGN mencatat ada 8.767 SPPG yang beroperasi, berpotensi melayani 29 juta penerima manfaat. Selain itu serapan anggaran mendekati Rp17 triliun dari pagu Rp71 triliun tahun ini.

Adapun target akhir September yaitu 10.000 SPPG dan target Desember 2025 yaitu 82,9 juta penerima manfaat. BGN menyebut realisasi melampaui target awal.

Contohnya, target pembentukan SPPG hingga Juli awalnya 1.950 unit, dan terealisasi 2.391. Serapan anggaran sampai akhir Agustus juga melebihi target internal (Rp10 triliun dan target Rp9 triliun).

Dadan menyebut tiga kunci MBG adalah anggaran, SDM, dan infrastruktur. Soal anggaran, menurutnya sudah selesai dari awal, sementara SDM dinyatakan siap sejak 12 Juli 2025, tersebar di seluruh provinsi/kabupaten/kecamatan hingga infrastruktur yang kata ia, masih menjadi tantangan dan 100% dibangun oleh mitra

"Banyak fasilitas akan selesai bersamaan pada Oktober-November, yang mendorong akselerasi pembentukan SPPG baru," kata ia.

Menjawab seruan agar MBG ditinjau ulang atau dihentikan, Dadan menyatakan program tetap jalan. Sasaran tetap diarahkan ke sekolah-sekolah dengan mayoritas siswa dari kelas menengah ke bawah, terutama di daerah aglomerasi yang padat penduduk, tanpa membedakan kaya-miskin di dalam satu sekolah.

BGN menyebut prioritas perbaikan saat ini mencakup standarisasi dan pelatihan masak massal untuk SPPG baru, dan pengawasan mutu bahan dan proses produksi di dapur MBG. Selain itu koordinasi lintas otoritas agar respons cepat saat ada kejadian luar biasa di lapangan. Pemetaan risiko berdasarkan kepadatan penduduk dan kondisi infrastruktur daerah juga menjadi prioritas perbaikan.

"Kita ingin menggapai 60% anak yang belum punya akses gizi seimbang. Kritik lebih banyak pada tata kelola? Kita perbaiki terus-menerus," tutur Dadan.

Berdasarkan data yang dihimpun, di Bandung Barat, Cipongkor (Jawa Barat) tercatat 500 pelajar mengalami keracunan massal usai menyantap MBG (menu: ayam goreng, tahu kecap, buah stroberi). Mereka melaporkan gejala seperti muntah, mual, pusing, sesak napas.

Selain itu korban di Cipongkor dilaporkan meningkat hingga 1.315 orang pada pelaporan berikutnya. Di SPPG Maluku Barat Daya, kasus keracunan muncul setelah pergantian pemasok bahan baku, menurut pengakuan BGN.

Di Jawa Barat, dalam kurun dua minggu terakhir 1.775 pelajar dilaporkan keracunan MBG di berbagai kabupaten (Cianjur, Garut, Bandung Barat, Tasikmalaya, Sukabumi). Di SMPN 1 Jonggol, Kabupaten Bogor, 4 siswa diduga keracunan setelah mengkonsumsi MBG.

BGN mengklaim, hanya ada 4.711 kasus suspek keracunan dari 1 miliar porsi makanan yang sudah disajikan dalam MBG. 


(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kosmetik RI Wajib Halal, Industri Siap?