
Penurunan Angka Kelahiran di 10 Negara Terbesar Dunia, RI Termasuk

Jakarta, CNBC Indonesia - Data Bank Dunia menunjukkan tingkat fertilitas global terus mengalami penurunan tajam dalam enam dekade terakhir. Rata-rata tingkat fertilitas global kini hanya 2,2 pada 2023. Ini artinya setiap perempuan hanya melahirkan sekitar 2,2 anak, jauh di bawah level 4,7 pada 1960.
Data dari Visual Capitalist merangkum, fenomena ini menunjukkan setengah dari 10 negara berpenduduk terbesar di dunia sudah berada di bawah tingkat pengganti populasi (replacement level fertility rate) yaitu 2,1 anak per perempuan. Kondisi tersebut memicu kekhawatiran soal populasi menua, berkurangnya tenaga kerja, dan meningkatnya beban pensiun serta kesehatan.
Penurunan paling tajam terjadi di China. Negeri Tirai Bambu ini tercatat memiliki angka kelahiran 1,0 pada 2023, salah satu yang terendah di dunia. Padahal, pada 1970 China sempat mencatat angka 6,1.
Lonjakan penurunan ini tak lepas dari kebijakan satu anak di China (1979-2015), disusul tekanan sosial-ekonomi yang membuat pasangan menunda atau enggan punya anak.
Sementara itu sebagai negara dengan populasi terbesar di dunia, India kini memiliki angka kelahiran 2,0 pada 2023. Angka ini tepat di bawah batas pengganti populasi.
Turunnya angka kelahiran India dalam 60 tahun terakhir terbilang signifikan yaitu dari 5,9 pada 1960, kini menjadi sepertiganya.
Indonesia juga mengalami tren serupa. Angka kelahiran turun dari 5,5 pada 1960 menjadi 2,1 pada 2023, hanya sedikit di atas rata-rata dunia. Artinya, Indonesia berisiko masuk ke fase populasi menua lebih cepat jika tren ini berlanjut.
Amerika Serikat juga konsisten di bawah angka pengganti selama beberapa dekade terakhir. Tahun 2023, AS mencatat 1,6 anak per perempuan.
Faktor penyebab penurunan di negara maju antara lain lebih banyak perempuan melanjutkan pendidikan tinggi dan berkarier dan usia pernikahan dan kelahiran anak pertama makin mundur.
Selain itu biaya perumahan, pendidikan, dan pengasuhan yang semakin tinggi. Preferensi hidup yang berubah, di mana sebagian memilih keluarga kecil atau tanpa anak juga menjadi faktor.
Tren serupa juga terjadi di Brazil (1,6), Rusia (1,4), dan Bangladesh (2,2). Penurunan angka kelahiran ini akan mengubah peta demografi dan ekonomi dunia.
Negara dengan populasi menua seperti China, AS, atau Eropa menghadapi tantangan serius seperti tenaga kerja berkurang, sementara beban pensiun meningkat. Sebaliknya, negara dengan populasi muda seperti Nigeria (4,5 pada 2023) dan Pakistan (3,6) berpotensi mendapat bonus demografi lebih lama, meski tetap harus diimbangi penciptaan lapangan kerja dan pembangunan ekonomi.
Berikut adalah tren penurunan angka fertilitas di 10 negara dengan populasi terbesar pada 2023:
- China - 1,0
- Rusia - 1,4
- AS - 1,6
- Brazil - 1,6
- India - 2,0
- Indonesia - 2,1
- Bangladesh - 2,2
- Pakistan - 3,6
- Etiopia - 4,0
- Nigeria - 4,5
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Paspor Terkuat ASEAN 2025, Indonesia Kalah dari Timor Leste
