
Fenomena Matcha Mania: Ketika Bubuk Teh Hijau Bak Emas Berharga

Jakarta, CNBC Indonesia - Minuman matcha tiba-tiba jadi bahan pembicaraan di internet. Belum lagi banyak cafe yang juga menyajikan minuman khusus matcha.
Tren ini juga berjalan di luar negeri. Fenomena tersebut membuat matcha berharga layaknya emas.
Salah satu yang mendapatkan berkah dari bubuk hijau itu adalah Atelier Matcha berasal dari Jepang. Pemiliknya Chitose Nagao mengatakan tak pernah membayangkan kedainya akan didatangi banyak orang bahkan antrean mengular sebelum kafe dibuka.
Menjelang sore pun tetap banyak orang yang datang, termasuk dari luar negeri. Namun kaleng bubuk matcha sudah habis terjual.
Kini bisnisnya berkembang pesat. Dia memiliki dua toko di Jepang, satu di Ho Chi Minh Vietnam dan satu gerai baru yang segera dibuka di Cebu Fillipina.
Matcha bukanlah sesuatu yang baru di Jepang. Negara itu telah mengonsumsinya sejak abad ke-12.
![]() Matcha. (Dok. Pixabay) |
Namun tren konsumsi matcha yang meningkatkan menimbulkan banyak tantangan. Salah satunya permintaannya ikut meroket, karena informasi matcha mengandung banyak antioksidan.
Ekspor teh hijau dari Jepang juga meningkat empat kali lipat dari satu dekade lalu menjadi 36,4 miliar yen (Rp 4 triliun) tahun lalu. Amerika Serikat (AS) menerima 44% kiriman dari negara itu, sebagian besarnya berbentuk bubuk seperti matcha.
Jepang memutar otak untuk mengatasi hal ini. Pemerintah mempertimbangkan memberikan subsidi petani untuk mendorong lebih banyak dari mereka membuat lahan tencha, teh untuk matcha, dikutip dari CNBC Internasional, Jumat (5/9/2025).
Masalah lain tenaga kerja yang kurang jadi tantangan di Jepang. Memanen tencha perlu bekerja dengan lebih banyak tenaga, namun tidak ada cukup orang untuk melakukan proses memanen, mengukus, dan mengeringkan daun sebelum digiling jadi bubuk.
Para pengecer juga menghadapi masalah naiknya harga matcha. Asosiasi Teh Jepang Global mencatat harga tencha di Kyoto melonjak 170% dibandingkan tahun sebelumnya mmenjadi 8.235 yen (Rp 912.700) per kilogram.
Rekor tertinggi sebelumnya adalah pada 2016, dengan harga 4.862 yen (Rp 538.900) per kilogram.
Bukan hanya harga, namun persediaan juga semakin sulit. Toko-toko akhirnya menerapkan pembatasan pembelian, agar stok lebih lama, mencegah adanya menimbun serta penjual ilegal.
Salah satu yang melakukannya adalah Kaminari Issa yang memiliki empat toko menjual bir matcha hingga krim sus matcha di distrik Asakusa, Tokyo. Dia mengatakan menerima banyak pesanan, bahkan satu ton matcha.
"Kami senang, namun barang yang bisa kami jual terbatas," dia mengungkapkan.
Ekspor teh hijau Jepang, termasuk matcha, naik 25% nilainya menjadi 36,4 miliar yen (US$252 juta) pada tahun 2024, sebagian besar didorong oleh meningkatnya permintaan teh bubuk seperti matcha, menurut data Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang.
Berdasarkan volume, ekspor teh hijau Jepang naik 16%. Sementara itu, harga tencha atau daun teh giling telah mencapai rekor tertinggi, dengan lelang di Kyoto pada bulan Mei mencapai 8.235 yen per kg, meningkat 170% dari tahun sebelumnya dan jauh di atas rekor sebelumnya sebesar 4.862 yen yang dicapai pada tahun 2016, menurut Asosiasi Teh Jepang Global.
(npb/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jepang Alami Kelangkaan Matcha, Ini Biang Keroknya
