Peneliti China Lakukan Cangkok Paru-paru Babi ke Pasien Mati Otak

Linda Hasibuan, CNBC Indonesia
Selasa, 26/08/2025 11:20 WIB
Foto: Ilustrasi (File Foto - AFP via Getty Images/PETER PARKS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Untuk kali pertama, para ahli di China melakukan transplantasi paru-paru babi ke manusia yang mengalami kematian otak. Paru-paru babi itu dimodifikasi secara genetik ke manusia sehingga mereka dapat melihat bagaimana sistem kekebalan tubuh manusia menangani prosedur tersebut.

Laporan Live Science menyebut eksperimen serupa yang melibatkan pasien mati otak sebelumnya juga telah dilakukan di AS, tetapi melibatkan organ babi yang berbeda, seperti ginjal dan jantung, dan eksperimen sebelumnya di China melibatkan hati babi. Eksperimen ini telah membuka jalan bagi transplantasi organ babi ke pasien manusia yang masih hidup, meskipun sejauh ini hanya segelintir prosedur yang telah dilakukan.

Eksperimen terbaru, yang dijelaskan pada hari Senin (25/8) di jurnal Nature Medicine, berlangsung di Guangzhou, China. Serta melibatkan seorang pria berusia 39 tahun yang telah dinyatakan mati otak sebelum prosedur tersebut.


Ini merupakan kali pertama dokter mencoba mentransplantasikan paru-paru dari spesies lain ke manusia. Prosedur yang dikenal sebagai xenotransplantasi paru-paru.

"Bagi tim kami, pencapaian ini merupakan awal yang bermakna," ujar rekan penulis studi, Dr. Jiang Shi, seorang dokter di departemen transplantasi organ di Rumah Sakit Afiliasi Pertama Universitas Kedokteran Guangzhou, kepada STAT.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki bagaimana sistem kekebalan tubuh manusia dapat bereaksi terhadap transplantasi semacam itu, bukan untuk mengklaim kesiapan klinis saat ini.

Dengan kata lain, teknik ini belum siap untuk digunakan pada pasien yang masih hidup dan masih dalam tahap uji praklinis.

Setelah ditransplantasi, paru-paru babi mempertahankan viabilitas dan fungsionalitas selama sembilan hari, meskipun menunjukkan tanda-tanda penolakan dini 24 jam setelah prosedur. Percobaan berakhir pada hari ke-9 atas permintaan keluarga pasien.

Dari laporan tersebut, tidak jelas berapa lama paru-paru tersebut akan bertahan jika dibiarkan lebih lama, tetapi organ tersebut telah mengalami kerusakan pada hari ke-9.

Berdasarkan studi saat ini, belum jelas seberapa baik paru-paru babi dapat menopang pasien jika ia dilepaskan dari mesin penopang hidup, ujar Dr. Richard Pierson, ahli bedah transplantasi toraks di Rumah Sakit Umum Massachusetts di Boston yang tidak terlibat dalam prosedur terbaru ini, kepada Science News.

"Studi di masa mendatang dapat menyempurnakan pendekatan xenotransplantasi paru-paru dan semakin mendekati penerapan klinis. Studi ini memberikan wawasan penting tentang hambatan imun, fisiologis, dan genetik yang harus diatasi, dan membuka jalan bagi inovasi lebih lanjut di bidang ini," kata para penulis studi.


(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Industri Kecantikan Tumbuh Pesat, Kemasan Jadi Kunci Daya Tarik