
Rusia Berhasil Bikin Vaksin Kanker yang Banyak Mengintai Gen Z

Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia mengumumkan keberhasilan uji klinis awal vaksin Enteromix. Vaksin berbasis mRNA ini diklaim 100 persen efektif menyusutkan tumor kanker tanpa menimbulkan efek samping serius.
Veronika Skvortsova, kepala Badan Medis-Biologi Federal Rusia (FMBA), mengumumkan temuan tersebut di Forum Ekonomi Timur (EEF) di Vladivostok, menurut laporan kantor berita Rusia TASS.
"Penelitian ini berlangsung selama beberapa tahun, dan tiga tahun terakhir dikhususkan untuk studi praklinis wajib. Vaksin ini sekarang siap digunakan dan kami sedang menunggu persetujuan resmi," ujar Skvortsova mengutip News Week.
Skvortsova menekankan bahwa hasil praklinis mengonfirmasi keamanan vaksin, bahkan dengan pemberian berulang, dan efektivitas yang signifikan.
Menurut laporan TASS, target awal vaksin ini adalah kanker kolorektal, jenis kanker yang belakangan makin banyak diderita oleh generasi muda, mulai dari milenial hingga Gen Z.
Para peneliti mengamati pengurangan ukuran tumor dan perlambatan perkembangan tumor berkisar antara 60 hingga 80 persen tergantung pada karakteristik penyakit. Studi juga menunjukkan peningkatan tingkat kelangsungan hidup yang disebabkan oleh vaksin.
Berbagai laporan media juga menunjukkan bahwa vaksin tersebut telah menunjukkan efikasi 100 persen dalam uji praklinis, meskipun klaim ini belum diverifikasi.
Dr. David James Pinato, seorang ilmuwan klinis dan konsultan onkologi medis di Imperial College London, dalam wawancara dengan News Week, mengutarakan pandangannya terkait potensi vaksin baru ini.
"Kekhawatiran saya terhadap kualitas data yang dirilis, dari perspektif ilmiah, adalah saya belum sepenuhnya memahami tahap pengembangan vaksin kanker Rusia ini," ujar Pinato.
Pinato menjelaskan bahwa pengujian praklinis biasanya dilakukan pada hewan, sehingga diperlukan pengujian lebih lanjut pada manusia untuk memastikan hasil efikasinya.
"Fakta bahwa pendekatan vaksin telah mencapai efikasi 100 persen pada hewan (jika memang demikian) sama sekali tidak berarti. Hal ini karena seringkali sistem kekebalan model hewan pengerat atau spesies lain yang digunakan untuk menguji vaksin ini secara klinis tidak mereproduksi kompleksitas genom kanker atau sistem kekebalan manusia," paparnya.
"Jika ini benar-benar hasil praklinis, sungguh menakjubkan dan menarik. Ini adalah salah satu hasil potensial yang kemudian dapat mengarah pada pengembangan obat di masa depan, tetapi belum dapat direkomendasikan untuk penggunaan klinis saat ini," sambungnya.
Pinato mengakui bahwa beberapa laporan media menyinggung uji coba fase 1 vaksin. Ini adalah studi yang dilakukan pada manusia untuk pertama kalinya dan tujuannya adalah untuk menunjukkan apakah suatu obat aman, bukan apakah efektif.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gen Z Rentan Kena Kanker Kolorektal, Ini Biang Keroknya Menurut Ahli
