Konsumsi Mangga Bikin Penyakit Diabetes Tambah Parah? Ini Jawabannya

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
24 August 2025 08:00
Ilustrasi buah mangga (Freepik)
Foto: Ilustrasi buah mangga (Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Seorang ahli diabetes ternama di Mumbai, India, Rahul Baxi mengaku sering mendapatkan pertanyaan klasik saat musim panas tiba di Negeri Hindustan tersebut. Katanya, pertanyaan seperti "bolehkah saya makan mangga?.

"Mangga, dengan rasa manis yang khas dan pilihan varietasnya yang banyak, memang jadi ikon musim panas di India. Wajar saja kalau orang-orang ingin menikmatinya," ujar Rahul Baxi, melansir dari BBC News, dikutip Minggu (24/8/2025).

Tapi, menurutnya, pertanyaan sederhana itu sebenarnya penuh dengan salah kaprah, mulai dari anggapan bahwa mangga harus total dihindari, sampai ke keyakinan ekstrem sebaliknya, bahwa makan mangga berlebihan bisa 'menyembuhkan diabetes'.

Kenyataannya, khasiat mangga berada di antara keduanya.

"Faktanya, banyak pasien kembali untuk pemeriksaan lanjutan setelah musim mangga, seringkali dengan kadar glukosa yang tinggi, dan terkadang, penyebabnya mungkin hanya karena terlalu banyak mengonsumsi buah kesayangan ini," katanya.

Dilema yang terus-menerus ini membuat banyak penderita diabetes waspada terhadap buah mangga. Namun, penelitian baru menunjukkan bahwa mangga mungkin bukan buah jahat seperti yang sering digambarkan.

Dua uji klinis baru di India mengubah pandangan umum tentang diet, dengan menunjukkan bahwa konsumsi mangga yang terkontrol sebagai pengganti karbohidrat (dalam bentuk roti) sebenarnya dapat meningkatkan gula darah dan kesehatan metabolisme pada penderita diabetes tipe 2.

Mangga Miyazaki. (Dok. Freepik)Foto: Mangga Miyazaki. (Dok. Freepik)
Mangga Miyazaki. (Dok. Freepik)

Diabetes tipe 1 terjadi ketika pankreas memproduksi sedikit atau tidak menghasilkan insulin sama sekali, sedangkan pada tipe 2, tubuh menjadi resistan terhadap efek insulin.

Menurut Federasi Diabetes Internasional (IDF), diabetes tipe 2 mencakup lebih dari 90% kasus global. Diabetes tipe 2 merupakan penyebab beban penyakit terbanyak kedelapan di dunia, dan diproyeksikan akan menempati peringkat kedua pada tahun 2050. Meskipun belum sepenuhnya dipahami, diabetes tipe 2 berkaitan erat dengan kelebihan berat badan, usia, etnis, dan riwayat keluarga.

Sementara itu menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), di India diperkirakan ada 77 juta orang dewasa menderita diabetes tipe 2, dan hampir 25 juta orang menderita pradiabetes dan berisiko tinggi terkena kondisi tersebut.

Namun, di tengah tantangan tersebut, temuan baru menawarkan secercah harapan yang mengejutkan, terutama bagi pecinta mangga. Sebuah studi percontohan yang sebentar lagi akan dipublikasikan di European Journal of Clinical Nutrition, melibatkan 95 orang partisipan. Hasilnya, tiga varietas mangga populer asal India, seperti Safeda, Dasheri, dan Langra, ternyata memicu respons glikemik yang mirip atau bahkan lebih rendah dibandingkan roti putih setelah dua jam uji glukosa.

Sebagai informasi, respon glikemik sendiri adalah ukuran seberapa cepat dan besar makanan menaikkan gula darah setelah dikonsumsi.

Hasil pemantauan gula darah secara berkelanjutan selama tiga hari, baik pada penderita diabetes tipe 2 maupun non-diabetes, juga menemukan hal menarik. Para peserta diabetes menampilkan gula darah setelah makan jadi jauh lebih stabil ketika mereka mengonsumsi mangga. Menurut para peneliti, getaran yang rendah ini bisa membawa manfaat kesehatan jangka panjang.

"Mangga adalah buah yang sangat digemari dan dicemooh karena kemungkinan mengandung glukosa dan efek peningkatan berat badan," jelas Dr. Sugandha Kehar, penulis pertama dalam studi ini.

"Studi-studi ini menunjukkan bahwa dalam diet yang dianjurkan, konsumsi mangga tidak merugikan kadar glukosa darah dan bahkan mungkin bermanfaat," sambungnya.

Temuan ini semakin diperkuat lewat uji klinis acak selama delapan minggu yang dilakukan di Fortis C-DOC Delhi, dengan dukungan pendanaan dari Dewan Penelitian Medis India. Dari 35 peserta diabetes tipe 2 yang mengganti roti sarapan mereka dengan 250 gram mangga, terlihat perbaikan pada sejumlah indikator penting, seperti glukosa puasa, HbA1c (tes rata-rata gula darah), resistensi insulin, berat badan, lingkar pinggang, hingga kadar kolesterol baik (HDL).

"Kami menunjukkan manfaat mengonsumsi mangga dalam dosis kecil sebagai pengganti karbohidrat (roti) saat sarapan dalam dua studi terperinci untuk pertama kalinya, sekaligus menepis semua spekulasi mengenai efek metabolik yang merugikan dari konsumsinya," ujar Prof. Anoop Misra, penulis senior sekaligus pemimpin studi tersebut.

"Namun kuncinya adalah moderasi dan pengawasan klinis-ini bukan izin untuk pesta mangga tanpa batas," lanjut dia.

Ketika ditanya apa arti secukupnya, Prof. Misra menjelaskan, "Jika batas harian Anda adalah 1.600 kalori, kalori dari mangga harus menjadi bagian dari total tersebut, bukan tambahan. Satu buah mangga seberat 250 gram, kira-kira satu buah kecil, mengandung sekitar 180 kalori. Seperti dalam penelitian, Anda akan mengganti jumlah karbohidrat yang setara dengan mangga untuk mendapatkan hasil yang sama."

Rahul Baxi juga menekankan hal yang sama kepada pasiennya. "Jika kadar glukosa terkontrol, saya mengizinkan dan bahkan membujuk pasien saya untuk menikmati mangga dalam jumlah terbatas, sekitar setengah porsi yang mengandung 15 gram karbohidrat, sekali atau dua kali sehari," jelas Baxi.

Menurut Baxi, kuncinya ada di kontrol porsi. Ia biasanya menyarankan mangga dikonsumsi di antara waktu makan, bukan sebagai hidangan penutup. Lebih baik dipadukan dengan protein atau serat, dan sebaiknya tidak dikombinasikan dengan sumber gula lain seperti nasi, roti, jus, atau milkshake.


(wur/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trik Mudah Kurangi Kadar Gula dalam Nasi untuk Penderita Diabetes

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular