Mahalnya Biaya Anak Sekolah, Ada SPP hingga Labubu dan iPad

Fergi Nadira & Linda Hasibuan, CNBC Indonesia
31 July 2025 17:35
Ilustrasi Sekolah. (CNBC Indonesia/Muhamad Sabki)
Foto: Ilustrasi Sekolah. (CNBC Indonesia/Muhamad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun ajaran baru seharusnya jadi momen yang menggembirakan, namun bagi banyak orang tua, ini justru menjadi musim 'tekor'. Biaya pendidikan anak yang kian mahal ditambah permintaan perlengkapan sekolah yang makin mengikuti tren membuat keuangan keluarga makin tertekan.

Annisa Pancaputri, seorang ibu asal Tangerang, curhat soal mahalnya biaya anak sekolah. Dia memiliki dua anak, satu bersekolah di SD Sinar Cendekia Islamic School dengan biaya SPP Rp1,6 juta per bulan. Anak keduanya yang baru masuk TK pun dikenai biaya Rp800 ribu per bulan di sekolah yang sama.

Annisa sempat melakukan survei ke sejumlah sekolah swasta, termasuk ke Sekolah Insan Cendekia yang mematok SPP tahunan sebesar Rp62 juta atau sekitar Rp5 juta per bulan. Harga itu hampir setara Upah Minimum Regional (UMR) wilayah Jakarta.

Meski pemerintah menyediakan opsi sekolah negeri tanpa biaya SPP, sebagian orang tua tetap memilih sekolah swasta karena menilai kurikulum dan pengajarannya lebih unggul. Namun konsekuensinya jelas, yaitu biaya lebih besar yang harus diantisipasi jauh-jauh hari.

"Kalau bisa, sekolah bagus ya pengennya di swasta. Tapi konsekuensinya ya harus siap dana lebih besar," ujar Annisa.

Sementara itu, Prita menyebut bahwa komponen biaya sekolah kini tak cuma SPP, tapi juga gadget untuk mendukung kegiatan belajar anak. 

"Anakku meminta iPad, karena selain untuk menunjang aktivitas belajar di sekolah, juga untuk menyalurkan hobinya menggambar," kata Prita kepada CNBC Indonesia.

Karena kebutuhan ini, dia rela menguras kocek lebih dalam. Prita sudha menghabiskan lebih dari Rp 7 juta untuk gadget sang anak.

Bukan Sekadar SPP, Anak Juga Minta Barang Tren Medsos

Survei Credit Karma yang dikutip CNBC Make It menunjukkan, banyak anak di AS meminta perlengkapan sekolah berdasarkan tren media sosial, mulai dari boneka gantungan tas seperti Labubu dan Jellycat, hingga tumbler merek Stanley dan Owala.

Sebanyak 58% orang tua mengaku anak-anak mereka meminta pakaian dan aksesori tertentu, 55% minta sepatu kets bermerek seperti Nike atau Adidas, dan 43% menginginkan perangkat elektronik seperti iPad atau AirPods. Sementara 37% anak-anak minta botol minum bermerek, dan 32% ingin aksesori ransel yang sedang tren.

Di AS, harga Adidas Sambas bisa mencapai US$ 80 (sekitar Rp1,3 juta), sementara tumbler Stanley dibanderol mulai dari US$ 30 (sekitar Rp500 ribu). Di sisi lain, harga alat tulis biasa pun mengalami kenaikan 20% sejak sebelum pandemi.

Tekanan finansial pun mendorong sebagian orang tua untuk mengambil utang. Sebanyak 44% responden dalam survei Credit Karma mengaku harus berutang demi mencukupi kebutuhan tahun ajaran baru anak mereka, naik dari 34% tahun sebelumnya.


(hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tok! MK Tetapkan Pemerintah Wajib Gratiskan Biaya SD-SMP Swasta

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular