Daftar 6 Makanan Penyebab Kanker, Wajib Hindari!

Linda Hasibuan, CNBC Indonesia
Senin, 30/12/2024 15:50 WIB
Foto: Ilustrasi Gorengan (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Dafar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Kanker merupakan salah satu penyakit yang kompleks. Adapun jenis kanker yang paling umum adalah kanker payudara, paru-paru, usus besar dan prostat.

Melansir Healthline, sejumlah penelitian menyebut bahwa beberapa jenis kanker disebabkan karena berbagai faktor. Salah satunya dari faktor gaya hidup dan pola makan.

Makanan yang dapat meningkatkan risiko kanker


Beberapa makanan dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2 dan obesitas, yang dikaitkan dengan jenis kanker tertentu. Makanan lain mengandung karsinogen, yang merupakan zat berbahaya yang dapat menyebabkan kanker.

Perlu dicatat bahwa paparan karsinogen tidak selalu menyebabkan kanker. Hal ini bergantung pada genetika Anda, serta tingkat dan durasi paparan karsinogen.

Berikut adalah beberapa makanan yang dapat memicu risiko kanker.

1. Daging olahan

Daging olahan adalah jenis daging apa pun yang diawetkan dengan cara diasapi, diasinkan, diawetkan, atau dikalengkan. Sebagian besar daging olahan adalah daging merah.

Beberapa contoh daging merah yang telah diolah adalah sosis, hot dog, kornet, dendeng sapi, ham dan salami.

Metode yang digunakan untuk membuat daging olahan dapat menghasilkan karsinogen. Misalnya, menurut studi tahun 2018, pengawetan daging dengan nitrit dapat membentuk karsinogen yang disebut senyawa N-nitroso.

Pengasapan daging juga dapat menyebabkan pembentukan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) yang bersifat karsinogenik.

Menurut ulasan tahun 2019, daging olahan merupakan faktor risiko utama kanker kolorektal. Ulasan lain tahun 2019 juga menemukan bahwa daging olahan dikaitkan dengan kanker lambung.

2. Gorengan

Saat makanan bertepung dimasak di suhu tinggi, senyawa yang disebut akrilamida terbentuk. Makanan bertepung yang digoreng memiliki kandungan akrilamida yang sangat tinggi. 

minyak goreng 2 liter kemasan mencapai Rp.38-40 ribu itu kalo sedang ada promo di swalayan, tapi kalau tidak promo harga Rp. 40 ribu keatas. Untuk penjualan Ira tetap menjualnya 1 gorengan Rp.1.500 sedangkan untuk modal berjualan biasanya Rp. 600 ribu sekarang menjadi Rp.800 ribu.Harga ini tentu naik sangat tinggi dibandingkan sebelumnya dan cukup menyulitkan dirinya sebagai penjual makanan. "Kalau ukuran gorengan dikecilin, pasti protes. Padahal bukan hanya minyak goreng yang mahal," tutur Ira. Keluhan sama juga diungkapkan penjual gorengan keliling lain. Ferdi (29) mengaku "selalu membeli minyak kemasan untuk menjamin gorengan yang dijualnya enak. "Apalagi saya jualan di dekat perkantoran. Jadi enggak enak kalau pakai minyak goreng curah," tuturnya. Ferdi juga mengaku keberatan dengan harga yang serba mahal, baik minyak goreng maupun komoditas lain. Ia mengaku tidak bisa menaikkan harga makanan dan gorengan yang dijualnya. Untuk itu ia sangat berharap agar harga minyak goreng bisa segera turun atau digelar operasi pasar. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)" title="Ilustrasi Gorengan Minyak" />Foto: Ilustrasi Gorengan (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Menurut tinjauan tahun 2018, akrilamida ditemukan bersifat karsinogenik dalam penelitian yang dilakukan pada tikus. Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) menganggap senyawa tersebut juga kemungkinan bersifat karsinogenik bagi manusia.

Menurut penelitian tahun 2020, akrilamida merusak DNA dan menginduksi apoptosis, atau kematian sel.

Makan banyak makanan yang digoreng juga meningkatkan risiko Anda untuk diabetes tipe 2 dan obesitas. Kondisi ini dapat meningkatkan stres oksidatif dan peradangan, yang selanjutnya meningkatkan risiko kanker Anda.

3. Makanan yang dimasak terlalu lama

Makanan yang dimasak terlalu lama, terutama daging, dapat menghasilkan karsinogen. Menurut sebuah artikel tahun 2020, memasak daging dengan suhu tinggi menghasilkan PAH dan amina heterosiklik (HCA) yang bersifat karsinogenik. Zat-zat ini dapat meningkatkan risiko kanker dengan mengubah DNA sel-sel Anda.

Untuk mengurangi risiko karsinogen dari memasak dengan suhu tinggi, cobalah menggunakan metode memasak yang lebih sehat seperti merebus atau memanggang pada suhu yang lebih rendah, memasak dengan api kecil dalam panci kuali atau slow cooker.

4. Produk susu

Meskipun kalsium sangat bagus untuk kekuatan tulang, para ahli menemukan kaitan antara asupan kalsium tinggi dengan perkembangan kanker prostat. Ini karena produk susu kaya kalsium bisa menurunkan beberapa hormon penting yang berfungsi melindungi pria dari sel kanker prostat.

Makanan olahan susu meliputi produk-produk seperti susu, keju dan yogurt. Menurut ulasan tahun 2020, mengonsumsi produk olahan susu meningkatkan kadar faktor pertumbuhan mirip insulin 1 (IGF-1).

Hal ini dikaitkan dengan risiko kanker prostat yang lebih tinggi. IGF-1 dapat meningkatkan proliferasi, atau produksi, sel kanker prostat.

5. Makanan manis dan karbohidrat olahan

Makanan manis dan karbohidrat olahan secara tidak langsung dapat meningkatkan risiko kanker. Beberapa contoh makanan ini meliputi, minuman manis bergula, makanan panggang, roti putih, nasi putih dan sereal manis.

Mengonsumsi makanan manis dan bertepung dalam konsentrasi tinggi dapat meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2 dan obesitas. Menurut sebuah studi tahun 2020, kedua kondisi tersebut memicu peradangan dan stres oksidatif. Hal ini dapat meningkatkan risiko terkena jenis kanker tertentu.

Menurut sebuah tinjauan tahun 2019, diabetes tipe 2 meningkatkan risiko kanker ovarium, payudara, dan endometrium (rahim).

Konsumsi gula dan karbohidrat olahan yang tinggi juga dapat menyebabkan kadar glukosa darah tinggi, yang menurut sebuah studi tahun 2017, dapat menjadi faktor risiko kanker kolorektal.

Untuk membatasi dampak kesehatan dari karbohidrat olahan, cobalah mengganti makanan ini dengan alternatif yang lebih sehat seperti,roti gandum utuh,pasta gandum utuh, nasi merah dan gandum.

6. Alkohol

Terlalu banyak minum alkohol telah terbukti meningkatkan risiko kanker mulut, kerongkongan, hati, usus besar, dubur, dan payudara. Faktanya, konsumsi alkohol dianggap sebagai penyebab utama kanker kedua di dunia, setelah merokok.

Menurut tinjauan tahun 2017, asetaldehida meningkatkan kerusakan DNA dan stres oksidatif. Asetaldehida juga mengganggu fungsi kekebalan tubuh Anda, sehingga menyulitkan tubuh Anda untuk menargetkan sel prakanker dan kanker.

Pada wanita, alkohol meningkatkan kadar estrogen dalam tubuh, menurut sebuah studi tahun 2015. Hal ini terkait dengan risiko yang lebih tinggi untuk kanker payudara reseptor estrogen positif.


(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Inovasi Rendang Low Fat, Antara Warisan dan Teknologi