Waspada! Kasus Kanker Penis Diprediksi Naik 77%, Ini Sebabnya

Rindi Salsabilla, CNBC Indonesia
12 July 2024 08:15
Ilustrasi penis / alat genital pria
Foto: Charlesdeluvio visa Unsplash

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa waktu belakangan ini, jumlah kasus kanker penis yang tergolong langka mulai meningkat di beberapa negara. Bahkan, sejumlah ahli memperkirakan kasus kanker penis bisa meningkat hingga 77 persen pada 2050 mendatang.

Melansir dari Science Alert, meskipun tingkat kasus tertinggi cenderung terjadi di negara-negara berkembang, kasus kanker penis ternyata turut meningkat di sebagian besar negara Eropa.

Dilaporkan, kasus kanker penis cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya usia populasi di suatu negara. Adapun, salah satu faktor yang mendorong terjadinya kanker penis adalah usia yang telah menyentuh di atas 50 tahun.

Selain itu, faktor risiko lain yang mendukung munculnya penis adalah kulup yang menyempit, tidak disunat, kebersihan alat kelamin buruk, kebiasaan merokok, mengidap HIV/AIDS, dan terinfeksi virus human papillomavirus (HPV). Menurut ahli, kanker penis jarang terjadi pada laki-laki yang sudah disunat saat lahir.

Diagnosis kanker penis seringkali terlambat karena pasien cenderung merasa bersalah atau malu. Selain itu, banyak laki-laki yang dilaporkan melakukan pengobatan secara mandiri dengan krim antimikroba atau steroid sambil menunda janji bertemu dokter.

Tak hanya itu, ternyata dokter yang salah mengklasifikasikan lesi juga sering menjadi penyebab kanker penis terlambat dideteksi. Jika sel-sel ganas telah menyebar ke kelenjar getah bening di selangkangan, tingkat keberhasilan penyembuhan kanker penis kemungkinan jauh lebih rendah.

Sebanyak 90 persen dari kasus penis disebabkan oleh sel skuamosa yang terdapat di kulit penis. Bahkan, sebanyak 95 persen kasus penis berawal dari sel kanker yang tumbuh pada jaringan skuamosa pada penis, terutama di area kepala penis.

Sementara itu, penyakit ganas lainnya, seperti melanoma, karsinoma sel basal, atau sarkoma lebih jarang terjadi. Infeksi HPV telah diidentifikasi pada sekitar setengah kasus kanker sel skuamosa.

HPV yang menyebar melalui kontak kulit merupakan infeksi seksual yang paling sering ditularkan pada manusia. Sebanyak lebih dari 70 persen orang dewasa yang aktif secara seksual disebut akan tertular infeksi HPV pada masa remaja.

Biasanya, infeksi tidak menimbulkan gejala dan dapat hilang hingga beberapa tahun tanpa komplikasi jangka panjang. Namun, infeksi HPV disebut tidak memberikan perlindungan terhadap potensi infeksi di masa depan.

Infeksi ini dapat menetap tepat di bawah permukaan kulit. Dalam kasus pada penis, hal ini dapat menyebabkan perubahan pada tekstur dan warna kulit, serta bisul atau kutil yang tidak menimbulkan rasa sakit.

Dilaporkan, jenis HPV dengan tingkat risiko tinggi yang paling umum adalah HPV 16. HPV jenis ini dapat memicu perubahan ganas pada jaringan penis atau leher rahim, mulut, tenggorokan, vulva, vagina, dan anus.

Efek suntikan terhadap kanker penis kemungkinan besar bakal memakan waktu lebih lama untuk muncul karena terdapat rentang waktu yang lama antara infeksi HPV dan munculnya kanker.

Umumnya, jaringan kanker dapat berhasil diangkat melalui laser atau bedah mikro yang dikombinasikan dengan kemoterapi atau radioterapi. Namun, ada beberapa tumor yang tidak merespons pengobatan dengan baik sehingga penis terancam harus diamputasi.

Sebelumnya, sebanyak 6.500 laki-laki di Brasil terpaksa menjalani operasi amputasi penis akibat kanker. Menurut data Kementerian Kesehatan Brasil, selama periode 2012-2022 ada 21 ribu kasus kanker penis dengan angka kematian mencapai empat ribu orang.

Berdasarkan studi yang dipublikasikan JMIR Public Health and Surveillance pada 2022, Uganda menjadi negara dengan jumlah kasus kanker penis terbanyak di dunia, yakni dengan 2,2 kasus per 100 ribu laki-laki.

Kemudian, Brasil menjadi negara kedua dengan jumlah kasus kanker penis terbanyak, yakni 2,1 kasus per 100 ribu laki-laki. Lalu, negeri tetangga Indonesia, Thailand juga masuk ke dalam deretan negara dengan catatan kasus kanker penis terbanyak bersama India, yakni 1,4 kasus per 100 ribu.

"Meskipun jumlah kasus dan angka kematian kanker penis di negara-negara berkembang masih lebih tinggi, jumlah kasusnya meningkat di sebagian besar negara-negara Eropa," kata tim peneliti yang dipimpin Leiwen Fu dan Tian Tian dari Universitas Sun Yat-Sen, China, dikutip Kamis (11/7/2024).


(rns/rns)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Heboh Kanker Sarkoma, Begini 6 Ciri-Cirinya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular