Menkes Sebut Baru 234 Kabupaten/Kota Bisa Layani Kateterisasi Jantung
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Kesehatan menargetkan layanan kateterisasi jantung dapat dilakukan di 514 kabupaten/kota di tanah air. Namun demikian, ada tantangan dalam bentuk penyediaan alat hingga tenaga kesehatan.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, layanan kateterisasi jantung krusial bagi orang yang terkena serangan jantung. Golden time adalah 4,5 jam.
"Layanan ini kalau orang kena serangan jantung seperti yang main badminton kayak kemarin itu, itu kalau bisa di-tackle dengan cepat, di bawah 4,5 jam, dia survive. Alat ini tidak usah bedah," kata BGS, sapaan akrab Budi Gunadi Sadikin, dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR di ruang rapat Komisi IX DPR, Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (3/7/2024).
"Masalahnya nggak ada yang memikirkan dulu 4,5 jam ditaruhnya di mana. Jadi saya tanya 'wah kalau gitu harus di kabupaten/kota'. 'Kenapa mikirnya gitu pak?' Gak mungkin orang kena serangan jantung di Sukabumi mesti dibawa ke Bandung, di Sukabumi dibawa ke Jakarta, kan meninggal dia karena itu lebih dari 4,5 jam pasti. Jadi dia mesti dirawat di kabupaten/kota," lanjutnya.
BGS kemudian menceritakan ketika melakukan exercise terkait hal ini, dia menanyakan kepada para ahli berapa kabupaten/kota yang belum punya layanan kateterisasi jantung. Sebab, BGS berpikir sudah banyak yang punya.
"Ternyata dijawab oleh para ahli-ahli senior, bapak nanyanya salah. Berapa kabupaten/kota yang sudah punya? Yang sudah punya dari 514 kabupaten/kota bapak ibu, 44 atau kurang dari 10%," kata BGS.
"Bahkan dari 34 provinsi, 6 provinsi tidak memiliki. Waktu itu ada Bangka Belitung, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat. Jadi kalau bapak ibu punya saudara kena serangan jantung di Ambon yang bisa dilakukan dokternya adalah berdoa supaya kalau dibawa ke Makassar, Manado, masih hidup untuk dilakukan intervensi," lanjutnya.
Oleh karena itu, BGS bilang Kemenkes menargetkan layanan kateterisasi jantung bisa dilakukan di 514 kabupaten/kota. Per minggu lalu, sudah diisi 234 kabupaten/kota.
"Sudah ada alatnya, tapi kita kekurangan dokternya 130an. Karena ini membutuhkan dokter subspesialis di atas dokter spesialis," ujar BGS.
Dia juga mengatakan kalau Kemenkes melakukan exercise untuk stroke. Sebab, alatnya sama seperti cathlab.
"Jadi satu alat kita bisa pakai untuk stroke kita bisa pakai untuk jantung. Kalau di jantung layanannya kateterisasi, kalau di sini layanannya trombektomi. Kalau di jantung kita butuh spesialisnya jantung pembuluh darah subspesialis intervensi atau spesialis penyakit dalam subspesialis KKV, kalau di sini ada tiga, spesialis neuro, spesialis bedah saraf, atau spesialis radiologi. Tapi harus ada subspesialis. Jadi bapak bayangkan gapnya jauh sekali padahal kita mau taruh ini di 514 kota," kata BGS.
(miq/miq)