Menkes BGS Soroti Masalah Kesehatan Lansia: Aktivitas Fisiknya Kurang

Fergi Nadira,  CNBC Indonesia
14 November 2025 11:30
Choochart Supkerd, 63, who studies at the School for the Elderly in Chiang Rak Noi subdistrict, cleans his house in Ayutthaya, Thailand, March 28, 2018. Supkerd attended a 12-week course at the school which he said was a welcome relief from his "stressful" life. "It's stressful just living day by day. I don't have an income," he said. "I receive disabled welfare of 800 baht ($25.60/month)." The school was a place for him to make friends. "I will probably go back to feeling lonely sometimes but I'm also proud of this, of gaining some knowledge in class that would be useful for my daily life." REUTERS/Athit Perawongmetha  SEARCH "PERAWONGMETHA SCHOOL" FOR THIS STORY. SEARCH "WIDER IMAGE" FOR ALL STORIES.
Foto: Ilustrasi lansia. (REUTERS/Athit Perawongmetha)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menekankan, masalah terbesar yang dihadapi penduduk lansia Indonesia adalah rendahnya aktivitas fisik. Hal ini ia sampaikan dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI, saat memaparkan hasil pemeriksaan Cek Kesehatan Gratis (CKG) pada kelompok usia lanjut, Kamis (13/11/2025).

Dalam paparannya, aktivitas fisik rendah tercatat sebagai salah satu masalah kesehatan pada lansia yang mengikuti pemeriksaan CKG. Selain itu, lansia juga banyak mengalami gangguan mobilitas, masalah gigi, gangguan penglihatan, dan hipertensi.

"Yang paling tinggi itu aktivitas fisiknya kurang," kata Budi dalam rapat tersebut.

Menkes menjelaskan, salah satu pendekatan yang diambil pemerintah adalah mendorong gaya hidup aktif dengan menyediakan lingkungan yang memudahkan masyarakat untuk bergerak, termasuk berjalan kaki. Ia mencontohkan di Singapura, di mana infrastruktur jalannya dirancang untuk membuat warganya terbiasa berjalan dari satu titik ke titik lainnya.

"Misalnya kayak Singapura, itu trotoarnya digedein, dikasih pokok, supaya orang-orang dibiasakan jalan kalau mau dari satu lokasi ke lokasi lain," ujar Budi.

Ia menilai kondisi trotoar di Indonesia masih jauh tertinggal. "Kalau di Indonesia kan trotoarnya belum sebenarnya luas. Masih, sebetulnya tiga orang jalan susah," katanya.

Budi menegaskan, pendekatan promotif, seperti menyediakan ruang aman untuk berjalan atau beraktivitas fisik memiliki dampak besar bagi kesehatan jangka panjang kelompok lansia. Aktivitas fisik, menurutnya, adalah faktor penting agar lansia tetap sehat dan tidak cepat jatuh ke penyakit degeneratif.

Ia juga mencontohkan, pejabat Kemenkes sendiri mulai menunjukkan gaya hidup aktif sebagai bagian dari edukasi kesehatan publik. "Wamen saya naik sepeda berapa puluh kilometer," ujarnya sambil merujuk pada pentingnya menjaga kebugaran.

Indonesia memasuki fase penduduk menua, dan Menkes menegaskan layanan lansia tidak bisa lagi dianggap sebagai isu sampingan. "Lansia itu naik, banyak kota kini memiliki jumlah lansia yang lebih besar dibanding kelompok usia muda," kata ia.

Karena itu, Budi memasukkan paket-paket layanan lansia ke dalam sistem pembiayaan IDRG, termasuk pemeriksaan 16 parameter kesehatan khusus lansia seperti fungsi fisik, anemia, hingga indikator penyakit kronis.

Menkes menyampaikan pendekatan lingkungan sehat, termasuk menyediakan trotoar yang layak, perlu diadopsi oleh pemerintah daerah. Ia mengatakan Kemenkes siap membantu advokasi agar daerah menyiapkan fasilitas yang membuat masyarakat, terutama lansia, lebih mudah bergerak.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Kabar Baik untuk Tenaga Kesehatan Indonesia, Simak!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular