Perbedaan Gejala Cacar Monyet dan Cacar Air, Wajib Tahu!

Rindi Salsabilla, CNBC Indonesia
25 October 2023 08:10
Pusat Pengendalian Penyakit meneliti virus MonkeyPox di lapangan. (via Getty Im/The Washington Post)
Foto: Pusat Pengendalian Penyakit meneliti virus MonkeyPox di lapangan. (via Getty Im/The Washington Post)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus cacar air atau monkeypox menjadi isu kesehatan utama setelah Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) kembali menemukan kasus cacar monyet di Jakarta pada Kamis (12/10/2023) lalu.

Salah satu gejala umum cacar monyet dan cacar air adalah muncul ruam di bagian tubuh. Namun, bagaimana cara membedakan gejala antara cacar monyet dan cacar air?

Menurut dokter spesialis kulit dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit Indonesia (PERDOSKI), Dr. dr. H. Prasetya Mawardi, SpKK, gejala khas cacar air dimulai dari lesi yang muncul di wajah dan menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh.

Menurut dr. Prasetya, kondisi ini tidak ditemukan di pasien cacar monyet. Sebab, lesi yang muncul di punggung dan badan penderita cacar monyet relatif sedikit.

"Lesi karena cacar monyet lebih banyak muncul di bagian wajah atau anggota gerak atas atau tangan," kata dr. Prasetya dalam konferensi pers PB IDI pada 2022 lalu, dikutip Rabu (25/10/2023).

Umumnya, cacar monyet dimulai dari bintik-bintik yang menonjol yang membentuk lepuh kecil berisi cairan. Lepuh akibat infeksi virus monkeypox ini kemudian membentuk koreng yang akhirnya akan rontok.

"Pada monkeypox, ada plenting kecil dan segera berkembang relatif padat, kelainan kulitnya, yang menunjukkan itu adalah infeksi virus, dan biasanya banyak tersebar di area wajah dan tangan," jelas dr. Prasetya.

Sementara itu, Juru Bicara Kemenkes RI, dr. Mohammad Syahril, mengungkapkan bahwa gejala khas cacar monyet yang tidak dapat ditemukan pada kasus cacar air adalah ada pembesaran kelenjar di leher, ketiak, atau selangkangan.

"Masa inkubasi [cacar monyet] itu terbagi dua, pertama masa invasi yang berkisar satu sampai lima hari. Gejala yang khas itu demam tinggi yang biasanya di atas 38 derajat Celsius, sakit kepala berat," papar dr. Syahril dalam program Profit CNBC Indonesia TV pada 2022 lalu, dikutip Rabu (25/10/2023).

"Dan satu gejala khas yang membedakan dengan cacar yang lain adalah adanya pembesaran kelenjar di leher, di ketiak, maupun di selangkangan," jelas dr. Syahril.

Kemudian, masa inkubasi kedua, yakni masa erupsi, terjadi setelah hari keenam yang berlangsung hingga 21 hari. Adapun, gejala saat masa erupsi adalah timbul bintik-bintik merah, ruam-ruam, dan cacar yang berisi air.

"[Gejala tersebut] di muka, di sekitar mulut, di tangan, dan di kaki," sebut dr. Syahril.

Update Kasus Cacar Monyet di Indonesia

Melansir dari detiknews, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta kembali menemukan kasus baru cacar monyet. Dengan demikian, total jumlah kasus cacar monyet di DKI Jakarta hingga Selasa (24/10/2023) adalah 10 orang.

"Update Monkeypox DKI Jakarta per 24 Oktober 2023 pukul 10.00 WIB. Kasus positif total 10 orang," kata Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (25/10/2023).

Secara rinci, kasus positif cacar monyet pertama ditemukan di Jakarta pada Agustus 2022 lalu. Kemudian, satu kasus baru cacar monyet kembali ditemukan pada 13 Oktober 2023, satu kasus pada 19 Oktober 2023, lima kasus pada 21 Oktober 2023, dan dua kasus pada 23 Oktober 2023.

Ngabila mengatakan, satu pasien cacar monyet telah dinyatakan sembuh sehingga jumlah pasien yang masih menjalani perawatan di rumah sakit adalah sembilan orang.

Sementara itu, 11 orang yang menjadi suspek cacar monyet telah menjalani pemeriksaan di laboratorium PCR. Selain itu, Dinkes DKI Jakarta juga melaporkan dua orang probable atau menunjukkan gejala, tetapi belum melakukan tes PCR. Lalu, enam orang suspek telah dinyatakan negatif.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gejala & Penularan Cacar Monyet yang Sudah Masuk Indonesia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular