Masker Kain Tak Ampuh 'Tangkal' Polusi, Ini Sebabnya
Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker selama beraktivitas di luar rumah demi menghindari polusi udara. Penggunaan masker yang tepat disebut bisa mengurangi dampak penyakit dari paparan polusi.
"Yang kita sarankan masker KN95 dan KF94 karena masker tersebut secara struktural dapat mencegah terjadinya masuknya partikel PM2.5 tersebut ke saluran napas. Kita tidak menganjurkan masker kain untuk melakukan proteksi terhadap infeksi tersebut," kata dia dalam Sustainable Future, CNBC Indonesia (Senin, 25/9/2023).
Diketahui PM2.5 adalah partikel udara yang berukuran lebih kecil dari atau sama dengan 2.5 mikrometer. Partikel PM2.5 yang termasuk debu, jelaga, kotoran, asap, dan tetesan cair hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga menyebut bahwa tidak semua masker bisa efektif menyaring polusi mengingat polusi udara terdiri partikel mikro yang sangat kecil.
Menurut dia, masker KF94 efektif dapat memfilter kurang lebih 95% partikel ukuran 2,5 mikrometer atau PM 2,5. Sementara masker KN95 masih bisa efektif memfilter PM 2,5 sebesar 80-95%.
"Maskernya harus KF94 atau KN95 karena memiliki kerekatan untuk menahan partikel mikro 2,5. Karena itu yang bahaya bisa masuk paru, dia masuk ke pembuluh darah saking kecilnya," papar Budi.
Sebagai informasi, polusi udara membuat BPJS Kesehatan harus menghabiskan dana sedikitnya Rp10 triliun untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh polusi. Adapun enam penyakit utama yang berkaitan dengan polusi adalah pneumonia atau infeksi paru, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), asma, kanker paru, tuberkulosis, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Bahkan, sepanjang 2023 Kementerian Kesehatan melihat ada tren kenaikan beban BPJS untuk penyakit terkait pernapasan, terutama ISPA, asma dan pneumonia.
(rah/rah)