Duh, Ini Yang Terjadi di Dalam Tubuh Kalau Hirup Udara Kotor

Rindi Salsabilla, CNBC Indonesia
11 August 2023 18:50
Suasana gedung bertingkat tertutup kabut polusi udara di Jakarta, Selasa (8/8/2023). Pemprov DKI Jakarta mengimbau warga menggunakan masker untuk mengantisipasi polusi udara di Ibu Kota akibat polusi udara Jakarta dinilai sangat buruk.  (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Ilustrasi polusi di Jakarta (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa waktu belakangan ini, kualitas udara di DKI Jakarta yang semakin memburuk menjadi sorotan utama publik. Bahkan, sejumlah media asing turut menyoroti dengan menyebut Jakarta sebagai kota paling kotor.

Umumnya, kualitas udara yang buruk dikaitkan erat dengan gangguan sistem pernapasan. Namun, dokter spesialis jantung sekaligus Head of Clinical & Research AsaRen, dr. Arief Wibowo, mengungkapkan bahwa kualitas udara yang buruk, terutama akibat polusi, juga berdampak buruk bagi kesehatan jantung.

dr. Arief mengatakan, campuran partikel halus yang terdapat di Partikulat (PM2.5), yakni oksida nitrogen, karbon monoksida, dan zat-zat partikel kecil halus lainnya sangat berbahaya bagi kesehatan pembuluh darah dan jantung.

Mengutip laman resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), PM2.5 adalah partikel udara yang berukuran lebih kecil dari atau sama dengan 2.5 mikrometer.

Sementara itu, IQAir melaporkan bahwa polusi udara PM2.5 adalah ancaman kesehatan terbesar di dunia. Ukurannya yang kecil membuat PM2.5 dapat tetap melayang di udara untuk waktu yang lama dan bisa diserap jauh ke dalam aliran darah saat terhirup.

"Polutan yang terhirup ini tidak hanya merusak paru-paru, tapi juga aliran darah. Akibatnya, dia (polutan) dapat menyebabkan respon inflamasi atau peradangan yang sifatnya sistemik atau di seluruh tubuh," ujar dr. Arief kepada CNBC Indonesia, Jumat (11/8/2023).

Menurut dr. Arief, zat partikel halus atau polutan dari polusi udara yang masuk ke dalam tubuh melalui pembuluh darah mampu mengubah cara kerja sel menjadi tidak seimbang. Akibatnya, fungsi kardiovaskular atau jantung dan pembuluh darah akan terganggu.

"Ini namanya epigenetik. Jadi, dia memodifikasi DNA kita, tapi tidak mengubah urutannya," papar dr. Arief.

"Jadi, ada pengaruh partikel-partikel halus terhadap gen kita sehingga meningkatkan respon peradangan. Pada akhirnya, hal itu dapat mengganggu fungsi kardiovaskular yang menyebabkan risiko penyakit jantung," lanjutnya.

Salah satu risiko penyakit jantung yang mengintai bila terlalu sering menghirup polusi udara adalah aterosklerosis atau penumpukan lemak di dalam pembuluh darah. Arief mengatakan, aterosklerosis adalah salah satu pemicu utama serangan jantung.

Sementara itu, dokter spesialis paru, Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, turut mengungkapkan bahwa partikel polusi udara dapat meningkatkan risiko serangan jantung sebesar 4,5 persen. Ia mengatakan, penyakit kardiovaskular atau jantung muncul setelah adanya masalah pada organ pernapasan.

Polutan yang masuk melalui alveoli dan mengalir ke pembuluh darah menyebabkan terjadinya inflamasi sistemik pada jantung. Akibatnya, terdapat risiko terjadinya gangguan vaskuler yang berhubungan dengan hipertensi, disfungsi endotel, dan terjadinya penyakit jantung.

"Setiap peningkatan partikel 10 mikrogram akan meningkatkan mortalitas jantung 1,4 hingga 1,5 persen dan serangan jantung 4,5 persen," papar Prof. Agus dalam temu media daring oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dikutip Jumat (11/8/2023).


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 4 Jenis Penyakit Jantung Ini Bisa Muncul Gegara Polusi Udara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular