Kemenkes Ungkap Negara Boncos Rp17,5 Triliunan karena Polusi

Rindi Salsabilla, CNBC Indonesia
24 August 2023 20:00
Kepadatan arus lalu lintas kendaraan mobil dan motor di Jl. Lebak Bulus, Jakarta Selatan. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Kepadatan arus lalu lintas kendaraan mobil dan motor di Jl. Lebak Bulus, Jakarta Selatan. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa bulan belakangan ini, kualitas udara di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) serta beberapa wilayah di Indonesia semakin memburuk. Akibatnya, tidak sedikit masyarakat yang mengeluh alami gangguan kesehatan.

Mengutip dari unggahan Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI), polusi udara menyumbang sebanyak 36,6 persen kasus penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), 32 persen kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan pneumonia, 29,7 persen kasus asma, 12,5 persen kasus kanker paru, dan 12,2 persen kasus tuberkulosis.

Kelima penyakit pernapasan tersebut juga menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia, menurut data Global Burden Diseases 2019. 

"Jika polutan dihirup terus-menerus dalam waktu yang lama, dapat berdampak negatif pada kesehatan," tulis Kemenkes melalui unggahan Instagram resminya (@kemenkes_ri), Kamis (24/8/2023).

"Dampak buruknya bisa bermacam-macam. Selain berdampak pada kekebalan tubuh, polusi juga dapat memicu timbulnya penyakit pernapasan, seperti kanker paru, asma, PPOK, tuberkulosis, dan pneumonia," lanjut Kemenkes.

Dalam unggahan yang sama, Kemenkes mengungkapkan bahwa penyakit pernapasan menjadi beban tertinggi program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) selama periode 2018-2022 dengan rincian sebagai berikut.

  1. Kanker Paru menelan biaya (Rp766 miliar) - 150.268 pasien BPJS

  2. Asma menelan biaya (Rp1,4 triliun) - 2,1 juta pasien BPJS

  3. PPOK menelan biaya (Rp1,8 triliun) - 1 juta pasien BPJS

  4. Tuberkulosis menelan biaya (Rp5,2 triliun) - 1,8 juta pasien BPJS

  5. Pneumonia menelan biaya (Rp8,7 triliun) - 2,1 juta pasien BPJS

Jika ditotal, negara menghabiskan lebih dari Rp17,5 triliun untuk mengobati penyakit pernapasan yang disebabkan oleh polusi udara.

Tips agar tak mudah sakit di tengah ancaman polusi

Dokter melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap pasien bergejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Selasa (15/8/2023). Tingginya angka polusi udara di Jakarta belakangan ini menyebabkan jumlah warga yang terinfeksi penyakit ISPA meningkat. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)Foto: (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Dokter melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap pasien bergejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Selasa (15/8/2023). Tingginya angka polusi udara di Jakarta belakangan ini menyebabkan jumlah warga yang terinfeksi penyakit ISPA meningkat. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

1. Bernapas lewat hidung

Clinical & Scientific Lead AsaRen, dr. Meryl Kallman, meminta masyarakat untuk kembali rutin menggunakan masker dan bernapas lewat hidung, bukan mulut. Sebab, hidung adalah 'air purifier' alami manusia karena memiliki penyaring alami berupa bulu hidung.

"Kalau harus beraktivitas di luar, sebaiknya gunakan masker respirator, seperti N95. Lalu, perlu diingat untuk bernapas lewat hidung karena hidung semacam 'air filter' (penyaring udara) bawaan," kata dr. Mimi kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Senin (14/7/2023).

"Kalau tarik napas, kita harus tarik napas lewat hidung. Kalau napas lewat mulut, itu lebih banyak polusi yang bisa masuk ke paru-paru," paparnya.

2. Gunakan air purifier tambahan

dr. Mimi juga menyarankan penggunaan air purifier atau penyaring udara di dalam ruangan. Sebab, polusi di dalam ruangan terbukti lebih tinggi apabila dibandingkan dengan luar ruangan.

"Penggunaan air purifier di dalam ruangan sangat direkomendasikan karena bisa menyaring polutan di udara, apalagi jika semua hal tersebut (polutan) berada di satu ruangan tanpa ventilasi," kata dr. Mimi.

3. Jaga pola makan dan konsumsi vitamin

Masyarakat juga harus mulai melakukan pola hidup sehat untuk menghindari risiko penyakit akibat kualitas udara buruk, salah satunya dengan menjaga pola makan seimbang.

"Rekomendasi sejak awal zaman kedokteran masih berlaku saat ini, yaitu kita harus menjalani gaya hidup sehat, tidur yang cukup, minum air yang cukup, dan menjaga pola makan seimbang dengan nutrisi yang tepat," ungkap dr. Mimi.

"Zinc (seng) dan vitamin C adalah nutrisi yang harus selalu tercukupi karena dapat mendukung fungsi kekebalan yang sehat," imbuhnya.

4. Olahraga dalam ruangan

Dalam menerapkan pola hidup sehat, dr. Mimi mengimbau setiap individu untuk menyeimbangkan aktivitas sehari-hari dengan rutin berolahraga ringan. Ia mengatakan, olahraga dapat dilakukan di dalam ruangan untuk menghindari paparan polusi udara.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Duh, Ini Yang Terjadi di Dalam Tubuh Kalau Hirup Udara Kotor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular