5 Penyakit yang Dipicu Polusi Udara, Gak Cuma Batuk-Pilek

Rindi Salsabilla, CNBC Indonesia
10 August 2023 07:30
Suasana gedung bertingkat tertutup kabut polusi udara di Jakarta, Selasa (8/8/2023). Pemprov DKI Jakarta mengimbau warga menggunakan masker untuk mengantisipasi polusi udara di Ibu Kota akibat polusi udara Jakarta dinilai sangat buruk.  (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: CNBC Indonesia/Faisal Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa waktu belakangan ini, kualitas udara yang buruk akibat polusi udara di kota-kota besar Indonesia menjadi sorotan. 

Melansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI), empat dari sepuluh penyakit dengan kasus terbanyak per 100 ribu penduduk adalah penyakit respirasi akibat polusi udara, yakni penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), kanker paru, pneumonia, dan asma.

"Ada empat faktor resiko penyakit paru, yakni polusi udara, riwayat merokok, infeksi berulang, dan dan genetik. Polusi udara menyumbang 15 hingga 30 persen," tulis Kemenkes RI, dikutip Rabu (9/8/2023).

Selain gangguan sistem pernapasan, polusi udara ternyata juga menimbulkan masalah kesehatan lain. Apa saja? Berikut rangkumannya.

Suasana gedung bertingkat tertutup kabut polusi udara di Jakarta, Selasa (8/8/2023). Pemprov DKI Jakarta mengimbau warga menggunakan masker untuk mengantisipasi polusi udara di Ibu Kota akibat polusi udara Jakarta dinilai sangat buruk.  (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)Foto: CNBC Indonesia/Faisal Rahman
Suasana gedung bertingkat tertutup kabut polusi udara di Jakarta, Selasa (8/8/2023). Pemprov DKI Jakarta mengimbau warga menggunakan masker untuk mengantisipasi polusi udara di Ibu Kota akibat polusi udara Jakarta dinilai sangat buruk. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

1. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA adalah penyakit yang menyebabkan peradangan di saluran pernapasan manusia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ISPA adalah penyebab utama angka kematian akibat penyakit menular di dunia.

Salah satu penyebab ISPA adalah kualitas udara yang buruk, termasuk polusi. Umumnya, ISPA menimbulkan gejala batuk, demam, nyeri kepala, hidung tersumbat, nyeri tenggorokan, dan kesulitan bernapas.

2. Kardiovaskular

Prof. Agus mengungkapkan bahwa partikel polusi udara dapat meningkatkan risiko serangan jantung sebesar 4,5 persen. Ia mengatakan, penyakit kardiovaskular atau jantung muncul setelah adanya masalah pada organ pernapasan.

Polutan yang masuk melalui alveoli dan mengalir ke pembuluh darah menyebabkan terjadinya inflamasi sistemik pada jantung. Akibatnya, terdapat risiko terjadinya gangguan vaskuler yang berhubungan dengan hipertensi, disfungsi endotel, dan terjadinya penyakit jantung.

"Setiap peningkatan partikel 10 mikrogram akan meningkatkan mortalitas jantung 1,4 hingga 1,5 persen dan serangan jantung 4,5 persen," papar Prof. Agus.

3. Stroke

Dokter spesialis paru, Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, mengungkapkan bahwa stroke adalah penyakit yang mengintai akibat polusi udara. Stroke merupakan kondisi ketika pasokan darah ke otak mengalami pengurangan dan gangguan akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik).

Prof. Agus mengatakan, sekitar 23 hingga 37 persen kematian dini akibat stroke disebabkan oleh polusi udara yang sangat buruk. Bahkan, ia mengungkapkan bahwa polutan berdampak tujuh kali lipat terhadap stroke secara umum.

"Sebanyak 16,9 persen dari 15 juta kasus stroke setiap tahunnya berkaitan dengan polusi. Itu berhubungan dengan aterosklerosis (penyumbatan arteri oleh plak) dan hipertensi (tekanan darah tinggi) yang muncul karena polutan," papar Prof. Agus dalam temu media daring oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Selasa (8/8/2023).

"Bahkan, berbagai riset menunjukkan bahwa polutan memiliki dampak tujuh kali lipat lebih banyak pada stroke secara umum," lanjutnya.

4. Stunting pada Anak

Prof. Agus mengatakan, polusi udara adalah salah satu pemicu terjadinya stunting pada anak. Menurut WHO, stunting adalah jenis malnutrisi yang ditandai dengan tinggi badan di bawah rata-rata dan tidak sesuai dengan usia.

Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia ini menjelaskan, polutan yang dihirup anak dapat mengakibatkan gangguan pada sistem sirkulasi pernapasan. Sirkulasi oksigen yang terganggu dapat membuat jumlah oksigen yang dibawa ke dalam tubuh menjadi lebih rendah.

"Ketika sirkulasi terganggu, oksigen yang dibawa menjadi lebih rendah. Kalau dia menjadi lebih rendah, anak kekurangan oksigen secara defisit minor, tetapi jangka panjang akibatnya pertumbuhan jadi lebih lambat," jelas Prof. Agus.

Ia mengatakan, sejumlah riset di beberapa negara dengan polusi udara tinggi, seperti Bangladesh, Afrika, dan China, menemukan bahwa polutan menimbulkan risiko stunting pada anak dua kali lebih tinggi. Sebagian besar kasus stunting pada anak terjadi akibat polusi di dalam rumah.

"Sebanyak 90 persen risiko stunting pada anak-anak ini terjadi setiap peningkatan polusi udara di dalam rumah," kata Prof. Agus.

5. Gangguan Perkembangan Otak Anak

Prof. Agus yang merupakan Guru Besar Bidang Pulmonologi dan Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengatakan, anak-anak yang menghirup polutan atau zat berbahaya penyebab polusi setiap hari mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan, termasuk gangguan kognitif.

"Diperkirakan, dua miliar anak di seluruh dunia terdampak dari polusi udara berat yang berdampak pada pertumbuhan perkembangan, termasuk gangguan kognitif," ujar Prof. Agus.

Prof. Agus mengatakan, polusi udara yang masuk melalui saluran pernapasan anak akan mengalir ke dalam bagian otak. Akibatnya, otak akan mengalami peradangan dan terjadi neurodegenerasi atau penurunan fungsi otak dengan hilangnya sel saraf secara progresif.

Menurut Prof. Agus, peradangan dan neurodegenerasi akibat polusi udara dapat berdampak secara signifikan terhadap kognitif anak-anak yang masih dalam proses pertumbuhan.

"Berbagai riset menunjukkan bahwa peningkatan polutan ini berkaitan dengan tingkat inteligensi dan intelektual yang lebih rendah pada anak-anak usia di bawah 2 tahun, prasekolah, maupun usia sekolah," ungkap Prof. Agus.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Termasuk Kanker, Ini 6 Penyakit yang Bisa Muncul dari Polusi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular