Dokter: Polusi Udara Bikin Anak Bodoh dan Stunting
Jakarta, CNBC Indonesia - Kualitas udara yang buruk akibat polusi udara seringkali dikaitkan erat dengan gangguan sistem pernapasan. Namun, polusi udara ternyata juga dapat memengaruhi perkembangan anak.
Dokter spesialis paru, Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, mengungkapkan bahwa anak-anak yang menghirup polutan atau zat berbahaya penyebab polusi setiap hari mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan, termasuk gangguan kognitif.
"Diperkirakan, dua miliar anak di seluruh dunia terdampak dari polusi udara berat yang berdampak pada pertumbuhan perkembangan, termasuk gangguan kognitif," ujar Prof. Agus dalam temu media daring oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Selasa (8/8/2023).
Prof. Agus mengatakan, polusi udara yang masuk melalui saluran pernapasan anak akan mengalir ke dalam bagian otak. Akibatnya, otak akan mengalami peradangan dan terjadi neurodegenerasi atau penurunan fungsi otak dengan hilangnya sel saraf secara progresif.
Menurut Prof. Agus, peradangan dan neurodegenerasi akibat polusi udara dapat berdampak secara signifikan terhadap kognitif anak-anak yang masih dalam proses pertumbuhan.
"Berbagai riset menunjukkan bahwa peningkatan polutan ini berkaitan dengan tingkat inteligensi dan intelektual yang lebih rendah pada anak-anak usia di bawah 2 tahun, prasekolah, maupun usia sekolah," ungkap Prof. Agus.
Selain gangguan kognitif, Prof. Agus juga mengatakan bahwa polusi udara juga berkaitan erat dengan stunting pada anak. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stunting adalah jenis malnutrisi yang ditandai dengan tinggi badan di bawah rata-rata dan tidak sesuai dengan usia.
Prof. Agus menjelaskan, polutan yang dihirup anak dapat mengakibatkan gangguan pada sistem sirkulasi pernapasan. Sirkulasi oksigen yang terganggu dapat membuat jumlah oksigen yang dibawa ke dalam tubuh menjadi lebih rendah.
"Ketika sirkulasi terganggu, oksigen yang dibawa menjadi lebih rendah. Kalau dia menjadi lebih rendah, anak kekurangan oksigen secara defisit minor, tetapi jangka panjang akibatnya pertumbuhan jadi lebih lambat," jelas Prof. Agus.
Ia mengatakan, sejumlah riset di beberapa negara dengan polusi udara tinggi, seperti Bangladesh, Afrika, dan China, menemukan bahwa polutan menimbulkan risiko stunting pada anak dua kali lebih tinggi. Sebagian besar kasus stunting pada anak terjadi akibat polusi di dalam rumah.
"Sebanyak 90 persen risiko stunting pada anak-anak ini terjadi setiap peningkatan polusi udara di dalam rumah," kata Prof. Agus.
Dengan demikian, Prof. Agus mengimbau para orang tua untuk menjaga kualitas di rumah dengan tidak merokok, tidak menyalakan lilin atau perapian, menggunakan alat pembersih udara (air purifier), dan menerapkan pola hidup bersih serta sehat.
"Kita harus mengenali gejala keluhan yang muncul akibat polusi udara. Bila muncul, segera deteksi dini dan lakukan pengobatan dengan bawa ke rumah sakit segera," tegas Prof. Agus.
(hsy/hsy)