
Ngeri! Polusi Udara Sebabkan 37% Kematian Dini Terkait Stroke

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa waktu belakangan ini, kualitas udara di Jakarta, Indonesia, semakin memburuk. Bahkan, kualitas udara Jakarta menjadi 'langganan' masuk ke dalam kategori tidak sehat menurut Air Quality Index (AQI).
Melansir dari IQAir, AQI menunjukkan bahwa kualitas udara Jakarta berada di angka 154 dan menduduki posisi kedua setelah Dubai, Uni Emirat Arab (nilai AQI 156), sebagai kota dengan udara terkotor di dunia, Selasa (8/8/2023).
Dokter spesialis paru, Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, mengungkapkan bahwa kualitas udara buruk sekaligus polusi memiliki sederet dampak yang buruk bagi kesehatan, tidak hanya paru-paru. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh kualitas udara buruk dan polusi adalah stroke. Stroke merupakan kondisi ketika pasokan darah ke otak mengalami pengurangan dan gangguan akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik).
Prof. Agus mengatakan, sekitar 23 hingga 37 persen kematian dini akibat stroke disebabkan oleh polusi udara yang sangat buruk. Bahkan, ia mengungkapkan bahwa polutan berdampak tujuh kali lipat terhadap stroke secara umum.
"Sebanyak 16,9 persen dari 15 juta kasus stroke setiap tahunnya berkaitan dengan polusi. Itu berhubungan dengan aterosklerosis (penyumbatan arteri oleh plak) dan hipertensi (tekanan darah tinggi) yang muncul karena polutan," papar Prof. Agus dalam temu media daring oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Selasa (8/8/2023).
"Bahkan, berbagai riset menunjukkan bahwa polutan memiliki dampak tujuh kali lipat lebih banyak pada stroke secara umum," lanjutnya.
Dalam paparannya, Prof. Agus turut mengungkapkan bahwa menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar tujuh juta orang di dunia meninggal dunia secara prematur setiap tahunnya akibat polusi udara.
"Sebanyak 21 persen karena infeksi paru pneumonia, 20 persen karena stroke, 34 persen karena jantung, dan 19 persen karena penyakit paru kronik,," jelas Prof. Agus.
"Sekitar 47 persen kematian karena penyakit paru ini ada kaitannya dengan polusi udara sehingga harus mendapat perhatian," imbuhnya.
Prof. Agus mengatakan, polusi udara di dalam ruangan dan di luar ruangan (indoor dan outdoor) menduduki urutan kelima sebagai faktor risiko kematian tertinggi di Indonesia. Ia mengungkapkan, hampir seluruh kota-kota besar di Indonesia terjadi polusi dan masuk kategori tidak sehat.
Dengan demikian, Prof. Agus menyoroti Pemerintah Indonesia untuk segera melakukan sejumlah perbaikan kualitas udara, seperti melakukan uji emisi kendaraan bermotor di wilayah perkotaan, meningkatkan jumlah transportasi umum, hingga menambah area hijau sebagai paru-paru kota.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Polusi Udara Memburuk, Ini 5 Cara Mudah Bersihkan Paru-paru