
Udara Jakarta Disangka Dingin Berkabut, Ternyata Polusi Tebal

Jakarta, CNBC Indonesia - Warga Jakarta dua hari ini pada pagi hingga sore disuguhi pemandangan kota yang tampak berkabut. Kabut yang nampak sejuk dingin tersebut ternyata bukan uap air, melainkan asap polusi.
Data dari aplikasi pemantauan udara Nafas Indonesia menunjukkan, kualitas udara di sebagian besar wilayah Jabodetabek berada pada kategori tidak sehat. Indeks Kualitas Udara terlihat merah (tidak sehat) di sejumlah daerah di sebagian besar Jakarta.
Angka PM2.5 (partikel polutan berukuran sangat kecil yang bisa masuk ke paru-paru) di banyak titik di Jakarta mencapai lebih dari 150 µg/m³, bahkan menembus angka 160 µg/m³di beberapa lokasi. Nafas mengatakan, fenomena ini terjadi akibat inversi suhu, di mana lapisan udara dingin yang biasa berada di atas justru berada di bawah dan memerangkap polutan di permukaan.
Kondisi ini diperparah oleh kemarau basah yang membuat lapisan udara cenderung diam, sehingga polusi dari kendaraan bermotor, industri hingga pembakaran sampah tidak bisa tersebar ke atmosfer yang lebih tinggi.
"Banyak yang mengira Jakarta lagi berkabut, padahal itu polusi. Ini partikel halus dari udara kotor yang ngumpul di sekitar kita," tulis akun Instagram @nafasidn yang memantau kondisi ini secara real-time, seperti dikutip Selasa (1/7/2025).
Pada Mei 2025 lalu, Nafas dalam NBD Report edisi Mei 2025 turut menyoroti Jakarta yang tetap menjadi salah satu kota dengan paparan polusi tertinggi di Indonesia. Dalam laporan tersebut disebutkan tingkat PM2.5 rata-rata harian di Jakarta beberapa kali melampaui ambang batas aman WHO, yakni 15 µg/m³.
Secara keseluruhan, NBD mencatat hampir 70% wilayah perkotaan di Indonesia terutama di Pulau Jawa mengalami kualitas udara yang memburuk dalam dua tahun terakhir. Ini utamanya akibat pertumbuhan kendaraan pribadi dan lemahnya regulasi pembatasan emisi.
Meskipun begitu, beberapa upaya mulai diterapkan, salah satunya adalah program Clean Air Zone yang mendorong kawasan perkantoran, sekolah, dan fasilitas olahraga untuk menggunakan penyaring udara dan sistem ventilasi yang aman. Kesehatan masyarakat pun jadi taruhan.
Paparan polusi jangka panjang diketahui dapat menyebabkan gangguan paru-paru, memperburuk kondisi asma, dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk mengecek kualitas udara harian, menggunakan masker saat berada di luar ruangan, dan mengurangi aktivitas fisik di pagi hari saat konsentrasi polusi tinggi.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Warga Jakarta, Begini Cara Menghindari Kematian Akibat Polusi Udara
