4 Gejala Utama Stunting, Bukan Cuma Tubuh Pendek

Rindi Salsabilla, CNBC Indonesia
15 June 2023 17:30
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menggandeng Korps Brimob Polri dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk menurunkan angka stunting di Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara. (Dok: Humas Brimob)
Foto: Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menggandeng Korps Brimob Polri dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk menurunkan angka stunting di Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara. (Dok: Humas Brimob)

Jakarta, CNBC Indonesia - Stunting adalah salah satu masalah kesehatan yang menjadi fokus perhatian Pemerintah Indonesia. Saat ini, Pemerintah menjadikan percepatan penurunan stunting sebagai salah satu program prioritas nasional.

Melalui program tersebut, pemerintah menargetkan angka stunting menurun jadi 14 persen pada 2024. Selain itu, pemerintah juga mendorong masyarakat untuk mulai mengenali dan memahami gejala-gejala stunting pada anak.

Sebenarnya, apa itu stunting?

Mengutip dari laman resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stunting adalah jenis malnutrisi yang ditandai dengan tinggi badan di bawah rata-rata dan tidak sesuai dengan usia. WHO menyebutkan, stunting terjadi akibat kekurangan gizi kronis yang dapat dikaitkan dengan kemiskinan, kesehatan, dan gizi ibu yang buruk.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) menyebutkan bahwa stunting adalah bentuk kegagalan pertumbuhan atau growth faltering akibat tidak cukupnya nutrisi yang diterima anak sejak kehamilan sampai usia 24 bulan. Keadaan stunting dapat semakin parah bila tidak terimbanginya kejar tumbuh atau catch up growth anak.

Kondisi yang bisa terjadi mulai dari janin dan baru terlihat saat berusia dua tahun ini dapat mempengaruhi kemampuan mental dan belajar anak. Menurut Kemenkes, anak yang mengalami stunting memiliki rata-rata skor Intelligence Quotient (IQ) sebelas poin lebih rendah dibandingkan skor IQ anak normal.

Stunting diukur sebagai status gizi dengan memerhatikan tinggi atau panjang badan, usia, dan jenis kelamin balita. Kebiasaan masyarakat yang tidak rutin mengukur tinggi atau panjang badan balita menyebabkan kejadian stunting jarang disadari.

Berikut gejala stunting pada anak yang dapat dilihat dari seribu hari awal kehidupan anak, dilansir dari laman resmi Kemenkes.

  1. Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya

  2. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya

  3. Berat badan rendah untuk anak seusianya

  4. Pertumbuhan tulang tertunda

Terdapat sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting pada anak, yakni.

  1. Mengonsumsi satu tablet tambah darah seminggu sekali bagi remaja putri dan satu tablet tambah darah setiap hari dengan minimal 90 tablet selama kehamilan bagi ibu hamil

  2. Rutin periksa kehamilan minimal enam kali dan dua kali oleh dokter menggunakan USG

  3. Memberikan asupan protein hewani yang cukup bagi bayi berusia di atas enam bulan

  4. Datang dan melaksanakan pemantauan pertumbuhan, perkembangan, dan imunisasi ke pos pelayanan terpadu (posyandu) setiap bulan

  5. Memberikan eksklusif air susu ibu (ASI) selama enam bulan yang kemudian dilanjutkan hingga usia dua tahun.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Cuma Badan Pendek, Ini 4 Gejala Stunting pada Anak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular