Bekal Mi Instan Pakai Telur dan Nasi Bisa Picu Obesitas Anak
Jakarta, CNBC Indonesia - Anak sekolah mulai memulai tahun ajaran baru setelah menjalani liburan panjang. Salah satu bekal populer di kalangan anak sekolah di Indonesia adalah mi instan yang dikombinasikan dengan telur dan nasi. Biasanya, bekal ini diberikan kepada orang tua karena praktis, mudah, dan mengenyangkan anak.
Namun, orang tua harus waspada dan harus mulai mempertimbangkan pemberian bekal tersebut. Sebab, kombinasi tiga pangan tersebut bisa memicu obesitas karena memiliki kandungan kalori yang sangat tinggi.
Pengurus Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) sekaligus dokter spesialis penyakit dalam spesialis endokrin, dr. EM Yunir, mengatakan bahwa mengonsumsi mi instan dengan telur dan nasi cukup berbahaya bagi tubuh.
Menurut dr. Yunir, tingginya kalori yang terkandung di dalam mi instan, telur, dan nasi dapat menyebabkan obesitas bila dikonsumsi secara bersamaan. Secara rinci, mi instan mengandung 420 kalori, telur 70 kalori, dan nasi putih 100gr sebanyak 129 kalori.
"Mi dan telur saja kalorinya sudah hampir 500, ada sekitar 496 kkal (kilokalori.) Ditambah nasi misal satu centong perkiraan ada 100 gram, berarti sudah 200 kkal, totalnya hampir 700 kkal sekali makan," kata dr. Yunir dalam konferensi pers daring, Senin (10/7/2023).
Melansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), total jumlah kalori yang dianjurkan untuk anak-anak berusia tujuh hingga sembilan tahun adalah 1.800 kkal. Sementara itu, anak-anak berusia sepuluh hingga 12 tahun adalah 2050 kkal.
Dengan demikian, seporsi bekal mi instan, telur, dan nasi memenuhi hampir 50 persen kebutuhan kalori. Angka tersebut belum termasuk sarapan, makan malam, dan jajan anak.
Menurut dr. Yunir, ada sejumlah gejala obesitas yang harus diwaspadai pada perjalanan pasien-pasien dengan berat badan berlebih, yakni.
- Sesak napas saat beraktivitas ringan
- Selalu merasa mengantuk
- Kelainan di kulit
- Nyeri punggung di bagian bawah
- Pengapuran dini sendi lutut
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi kegemukan keseluruhan pada anak berusia lima hingga 12 tahun adalah sebesar 20 persen. Secara rinci, prevalensi tersebut mencakup gizi lebih sebesar 10,8 persen dan obesitas 9,2 persen.
(hsy/hsy)