
Skill Penentu Kesuksesan Anak yang Sering Diabaikan Orang Tua

Jakarta, CNBC Indonesia - Setiap orang tua pasti merasa bangga jika anaknya pintar dan sering mendapat nilai bagus di kelas. Meski demikian, kepintaran akademik maupun skor IQ yang tinggi bukanlah penentu kesuksesan anak.
Psikolog anak, Michele Borba mengatakan faktor yang bisa menentukan kesuksesan anak adalah sebuah soft skill yang bisa diajarkan sejak dini oleh orang tua. Adapun skill penting tersebut adalah ketekunan dan kegigihan.
Ketekunan sendiri dapat diartikan sebagai sikap gigih yang ditandai dengan kerja keras seseorang, bahkan meski menghadapi kegagalan berkali-kali, sampai akhirnya ia berhasil mencapai tujuannya. Ketekunan adalah salah satu bentuk soft skill yang muncul antara usia 3 hingga 7 tahun (dan terus berkembang selama bertahun-tahun).
Anak-anak yang memiliki ketekunan dan tidak mudah menyerah memiliki kepercayaan diri yang tinggi bahwa usaha mereka akan membuahkan hasil baik. Dengan demikian, anak tetap termotivasi untuk bekerja keras dan menyelesaikan apa yang mereka mulai, walaupun ada banyak kendala dalam prosesnya.
"Saya menemukan bahwa ketekunan adalah soft skill nomor 1 yang membedakan anak-anak yang memiliki motivasi tinggi dengan mereka yang mudah menyerah," ujarnya, pada CNBC .
Cara mengajarkan ketekunan kepada anak sejak dini
Sebuah studi oleh Massachusetts Institute of Technology menemukan bahwa anak-anak berusia 15 bulan dapat mempelajari ketekunan jika orang tua mereka mencontohkan perilaku tersebut.
Para peneliti menemukan anak-anak yang melihat orang dewasa berjuang untuk mencapai tujuan, berusaha lebih keras menyelesaikan tugas sulit mereka sendiri. Hal itu bila dibandingkan dengan anak-anak yang melihat orang dewasa berhasil dengan mudah.
Studi ini juga menemukan bahwa anak-anak dapat belajar pentingnya berusaha setelah melihat hanya dua contoh orang dewasa yang berjuang keras.
Ada sejumlah cara yang dapat dilakukan orang tua menurut Michele, misalnya tidak memberikan tekanan kepada anak untuk selalu berhasil, selalu mengapresiasi usaha yang dilakukan anak (berfokus pada proses, bukan hasil akhir), beri anak pemahaman bahwa kesuksesan hanya bersifat sementara, dan selalu pahami tingkat kemampuan anak.
Psikolog dari Stanford University, Carol Dweck menemukan bahwa kecerdasan anak cenderung tidak bertahan ketika kepintaran mereka dipuji. Sebab, anak akan merasa cepat puas. Namun, anak akan merasa lebih termotivasi dan akan terus berusaha keras ketika dipuji atas usaha dan kerja kerasnya, bukan hasilnya.
Menurut Dweck, memuji usaha anak, bukan hasil yang diperoleh mampu mengembangkan ketekunan mereka. Selain itu, bila usahanya dipuji, anak akan terdorong untuk sukses tanpa mengharapkan imbalan, seperti hadiah.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 7 Skill Penanda Anak Bakal Sukses, Ajarkan Sejak Dini Ya Bund