
Penyebab Sebenarnya Kasus Antraks di Gunungkidul Terungkap

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) mengungkapkan penyebab kasus kematian tiga pasien antraks di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kamis (6/7/2023).
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes, dr. Imran Pambudi, menyebutkan bahwa kasus penyebaran antraks berawal dari penyembelihan dan mengonsumsi hewan ternak milik seorang warga berinisial KR. Menurut dr. Imran, hewan ternak milik KR yang mati pertama adalah seekor sapi pada 18 Mei 2023 lalu dan diikuti kematian seekor kambing.
"Jadi, sapinya ini sakit, kemudian disembelih, dan dibagikan [kepada] keluarga untuk dikonsumsi. Ini yang jadi salah satu penyebab penyebarannya," ujar dr. Imran dalam konferensi pers daring, Kamis (6/7/2023).
Dua hari kemudian, yakni 20 Mei 2023, seekor kambing milik KR ditemukan mati. Kambing tersebut turut disembelih dan dibagikan kepada masyarakat sekitar untuk dikonsumsi. Kemudian pada 20 Mei 2023, sapi milik SY mati dan juga dibagikan kepada warga untuk dikonsumsi.
Menurut dr. Imran, korban meninggal akibat antraks (WP) diketahui sempat membantu SY untuk menyembelih sapinya.
"Pada 1 Juni 2023, bapak WP masuk ke rumah sakit dengan keluhan gatal-gatal, bengkak, dan luka. Waktu diperiksa, sampelnya positif spora antraks dari sampel tanah tempat penyembelihan sapi tadi," papar dr. Imran.
"Kemudian tanggal 3 Juni ini yang sakit tadi (WP) dirujuk ke Sardjito pengambilan sampel darah dan didiagnosis bahwa dia itu suspek antraks. Kemudian tanggal 4 Juni, Bapak WP meninggal," imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kemenkes mengungkapkan bahwa hingga saat ini terdapat 93 kasus positif antraks dan tiga kasus meninggal. Tiga korban meninggal berasal dari Kecamatan Semanu, Gunungkidul, DIY.
Sebagai informasi, antraks merupakan penyakit zoonosis (ditularkan dari hewan) yang disebabkan oleh bakteri bacillus anthracis. Umumnya, penyakit ini menyerang hewan herbivora, seperti sapi, kambing, hingga domba dan dapat menular ke manusia.
"Penyakit ini bisa menular kepada manusia. Bakteri penyebab Antraks ini bila kontrak dengan udara akan membentuk spora," jelas dr. Imran.
"Spora ini fungsinya sebagai pelindung sehingga bakteri yang ada di dalam spora akan sulit untuk mati. Ini bisa bertahan selama puluhan tahun di dalam tanah," imbuhnya.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kemenkes: Kasus Antraks Gunungkidul Masuk Kategori KLB