Psikolog Negara Paling Happy di Dunia Ungkap Arti Kehidupan
Jakarta, CNBC Indonesia - Psikolog dari Finlandia, negara nomor paling bahagia di dunia, Frank Martela, mengungkapkan arti kehidupan yang sebenarnya hanya dalam lima kalimat.
Martela bercerita, sebagai seorang filsuf dan ahli psikologi, kerap ditanya banyak orang arti kehidupan. Menurutnya, pertanyaan ini lebih dalam untuk mengetahui apa yang membuat hidup terasa lebih berharga dan layak?
Menjawab pertanyaan itu, ia memanfaatkan pengalaman hidupnya sebagai warga negara terbahagia di dunia enam tahun berturut-turut menurut World Happiness Report, yakni Finlandia.
"Selama tinggal di negara ini sepanjang hidup saya, saya mempelajari bahwa menemukan makna hidup bermuara pada lima kata: make yourself meaningful to others," kata Martela dikutip dari CNBC Make It, Sabtu (1/7/2023)
Makna kehidupan sesungguhnya yang termuat dalam kata "buatlah diri anda bermakna bagi orang lain" itu menurut Martela dapat dilakukan dengan lima cara berikut ini:
1. Jalani hidup untuk dirimu sendiri, bukan sesuai ekspektasi orang lain
Martela mengungkapkan bahwa di Finlandia, kecemasan masyarakat terhadap status cenderung menyusut saat ini akibat orang-orang tidak lagi peduli menjalani kehidupan sesuai dengan definisi kesuksesan masyarakat yang kaku.
Oleh sebab itu, ia menyarankan supaya dalam menjalani kehidupan, anda sendiri harus memahami apa yang baik untuk anda dan harus memahami apa yang membuat diri anda sendiri bahagia sebelum memberikan sesuatu kepada orang lain.
2. Jadilah seorang ahli dan bagikan pengetahuan anda ke orang lain
Ia menganggap, untuk memperoleh kebahagian sehingga dapat bermakna bagi orang lain, anda ataupun setiap individu lainnnya harus ahli dalam satu bidang, lalu menjadi sangat tertarik pada bidang itu, dan terakhir membagikan keahlian itu kepada orang lain, atau dalam kata lain memberi dampak positif bagi masyarakat.
"Setelah Anda menemukan pekerjaan atau hobi yang membuat Anda merasa puas, pusatkan semua fokus Anda untuk menjadi ahli di dalamnya. Kemudian bagikan dengan komunitas Anda," ucap Martela.
3. Berlatih berbuat baik kepada orang lain secara acak
Untuk menggapai kebahagian, Martela juga menyarankan supaya setiap individu selalu berlatif untuk melakukan kebaikan secara acak setiap hari ke pada siapapun. Misalnya, memberi air minum kepada tukang pos, lalu menghabiskan waktu bersama kakek atau nenek, serta membantu turis menemukan jalan ketika nyasar.
"Membantu orang tidak hanya merasa senang pada saat itu, melainkan bermanfaat bagi kesehatan jangka panjang Anda juga. Studi menunjukkan bahwa orang yang memberikan dukungan emosional kepada keluarga, teman, dan tetangga mereka cenderung hidup lebih lama," ucap Martela.
4. Jadilah tetangga yang baik
Martela berujar, dalam sejarah Finlandia ada kebiasaan yang terus dijaga hingga saat ini, yakni Talkoot atau Gotong-royong. Kebiasaan ini menurutnya menyebabkan masyarakat Finlandia selalu aktif terlibat satu sama lain dalam suatu tempat untuk mengurus berbagai hal.
"Seperti membangun atap lumbung, mereka akan mengadakan pertemuan. Tetangga akan berkumpul secara sukarela dan bekerja seharian untuk membantu, kemudian merayakannya dengan makanan dan minuman," tuturnya
Dari kebiasaan yang terus terjaga ini, menyebabkan masyarakat Finlandia kata Martela selalu semangat ketika melaksanakan kewajiban sipil, misalnya membayar pajak. Mereka menilai urusan itu penting untuk kebaikan bersama.
5. Ajak orang lain ketika bersantai
Menurut Martela, melatih diri untuk bahagia dan berarti bagi orang lain dapat dilakukan dengan cara mengajak orang lain menikmati waktu senggang atau santai bersama. Kebersamaan dalam diam ini menurutnya sudah cukup membuat manusia saling terhubung dan mencintai.
"Bagi saya, pergi ke sauna bersama ayah atau teman saya, lalu duduk diam di luarnya dan menyaksikan alam - ombak laut yang menghempas ke pantai, kicauan burung, pepohonan yang berdengung tertiup angin - adalah saat-saat yang memiliki makna bersama yang dalam dan terkoneksi," tuturnya.
Ia menganggap, budaya ini juga sama seperti kata pepatah Finlandia: "Berbicara adalah perak, tetapi diam adalah emas."
(luc/luc)