Waspada! 4 Risiko Selalu Makan Gorengan Tiap Buka Puasa

Rindi Salsabilla, CNBC Indonesia
13 April 2023 16:05
Cover CNBC Insight Ramadan, Gorengan
Foto: Cover Insight Ramadan/ Gorengan/ Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Gorengan, seperti bakwan, pisang goreng, tahu isi, risol, hingga tempe mendoan selalu menjadi menu favorit masyarakat Indonesia untuk berbuka puasa. Porsinya yang pas untuk berbuka puasa dan harganya yang murah selalu membuat gorengan menjadi salah satu pilihan utama.

Sebenarnya, mengonsumsi gorengan untuk berbuka puasa sah-sah saja. Namun, porsi dan kebiasaan makan gorengan untuk berbuka puasa harus dikendalikan. Sebab, mengonsumsi terlalu banyak gorengan bisa berdampak buruk bagi kesehatan.

Berikut risiko kesehatan yang mengintai bila terlalu banyak dan sering makan gorengan untuk berbuka puasa.

1. Obesitas

Makanan yang melalui proses penggorengan cenderung mengandung kalori dan lemak yang tinggi. Sebab, makanan yang digoreng akan kehilangan kadar air yang terkandung di dalamnya dan menyerap lemak berlebih. Akibatnya, makanan tersebut akan memiliki kadar lemak yang tinggi.

"Sebagai contoh, 100 gram kentang yang dipanggang akan mengandung 93 kalori dan 0.13 gram lemak, sedangkan pada 100 gram kentang yang digoreng akan mengandung 312 kalori dan 15 gram lemak," papar dokter spesialis gizi klinik dari Eka Hospital Cibubur, dr. Imelda Goretti melalui keterangannya, dikutip Kamis (13/4/2023).

Imelda mengatakan, makanan yang memiliki kalori serta lemak yang tinggi dapat meningkatkan risiko obesitas. Obesitas adalah kondisi ketika lemak yang menumpuk di dalam tubuh sangat banyak. Bila tidak segera ditangani, obesitas bisa meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, hipertensi, hingga diabetes.

2. Kanker

Imelda mengatakan, makanan yang digoreng berpotensi tinggi menghasilkan zat akrilamida. Akrilamida adalah senyawa berbahaya yang timbul jika makanan digoreng terlalu lama dalam minyak.

"Diketahui, [zat akrilamida] merupakan zat beracun penyebab kanker yang terbentuk dalam makanan selama proses memasak suhu tinggi, seperti menggoreng," jelas dr. Imelda.

Ia menjelaskan, zat akrilamida adalah reaksi kimia dari gula dan asam amino yang disebut asparagine. Zat ini terbentuk di dalam beberapa makanan, seperti kentang, daging merah, dan makanan bertepung yang diproses dengan suhu tinggi, salah satunya dengan digoreng.

3. Penyakit Jantung

Gorengan berpengaruh besar pada risiko meningkatnya tekanan darah, obesitas, dan penyumbatan pembuluh darah yang dapat menyebabkan penyakit jantung. Hal ini karena gorengan memiliki kadar lemak jenuh dan lemak trans yang tinggi sehingga bisa berdampak buruk bagi kesehatan jantung.

4. Diabetes Tipe 2

Menurut studi oleh Shenzhen University Health Science Center, mengonsumsi gorengan secara terus-menerus berkaitan erat dengan risiko pengembangan diabetes tipe 2.

Berdasarkan penelitian tersebut, risiko diabetes tipe 2 seseorang yang makan gorengan empat hingga enam kali per minggu dapat meningkat hingga 39 persen. Sementara itu, jika gorengan dimakan lebih dari tujuh kali dalam seminggu, peningkatannya menjadi 55%.

"Penelitian menemukan orang yang sering mengkonsumsi makanan cepat saji memiliki risiko mengalami resistensi insulin dan menyebabkan diabetes tipe 2," kata dr. Imelda.

Sebagai alternatif, dr. Imelda menyarankan untuk mengonsumsi makanan sehat, seperti kurma, jus buah, dan air mineral sebagai menu berbuka puasa. Selain itu, ia juga mengimbau masyarakat untuk mulai mengubah pola hidup dengan menggunakan metode masak selain goreng, yakni rebus, kukus, atau panggang.

"Makanan yang dipanggang dengan oven pemanggang maupun air fryer bisa menghasilkan makanan dengan nilai kalori serta lemak yang lebih rendah. Penggunaan oven dan air fryer juga dapat mengurangi penggunaan minyak hingga 70 sampai 80 persen," jelas dr. Imelda.


(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Buka Puasa Pakai Gorengan Bisa Kena Serangan Jantung?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular