Gejala & Cara Penularan Virus Marburg, Tingkat Kematian 88%

Rindi Salsabilla, CNBC Indonesia
Rabu, 29/03/2023 15:40 WIB
Foto: Ilustrasi keleawar yang menyebarkan virus marburg (AP/Sakchai Lalit)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengeluarkan sinyal kepada masyarakat Indonesia untuk berwaspada terhadap ancaman virus Marburg yang berasal dari Guinea Ekuatorial. Sebab, virus tersebut memiliki risiko kematian hingga 88 persen.

"Virus Marburg atau filovirus adalah salah satu virus paling mematikan dengan fatalitas mencapai 88 persen. Penyakit virus Marburg merupakan penyakit demam berdarah yang jarang terjadi," sebut Juru Bicara Kemenkes, dr. Mohammad Syahril dalam keterangannya, Selasa (28/3/2023).

"Kita perlu tetap melakukan kewaspadaan dini dan antisipasi terhadap penyakit virus Marburg," lanjutnya.


Virus yang masih satu famili dengan ebola itu berasal dari kelelawar. Dilansir dari laman resmi Kemenkes, virus Marburg dapat ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lainnya, termasuk urin, air liur, keringat, tinja, bekas muntahan, ASI, hingga cairan semen atau sperma.

Virus Marburg dapat masuk melalui kulit yang terluka yang tidak terlindungi. Selain itu, virus ini juga dapat menyebar melalui benda-benda yang terkontaminasi Marburg.

"Virus ini satu famili dengan virus ebola. Penularan kepada manusia terjadi melalui kontak langsung dengan orang ataupun hewan yang terinfeksi, atau melalui benda yang terkontaminasi oleh virus Marburg," kata dr. Syahril.

Gejala Virus Marburg

Umumnya, gejala yang dialami pasien virus Marburg serupa dengan malaria, tifus, dan demam berdarah yang terjadi di Indonesia, yakni demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, mual muntah, diare, dan perdarahan. Penyakit ini juga dapat menyebabkan perdarahan pada hidung, gusi, dan vagina atau melalui muntah dan feses yang muncul pada hari kelima sampai hari ketujuh.

Kemenkes menyebutkan, meskipun kelelawar host alami virus Marburg bukan spesies asli Indonesia dan belum ditemukan di Tanah Air, masyarakat tetap harus berwaspada karena Indonesia masuk jalur mobilisasi kelelawar ini.

Sebagai informasi, wabah Marburg pertama kali terjadi pada 1967. Pada saat itu, sebanyak 31 orang terinfeksi dan tujuh di antaranya meninggal secara bersamaan di Kota Marburg dan Frankfurt, Jerman. Sementara itu, dua kasus lainnya terjadi di Serbia.

Hingga saat ini, berdasarkan laporan kasus yang diterima Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terdapat sembilan kematian dan 16 kasus suspek yang dilaporkan di Provinsi Kie Ntem, Guinea Ekuatorial.


(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kisah Marshel Widianto, Dulu Susah Kini Hidup Ala Rich People